[RENEW] A POTRAIT OF ACEH: BETWEEN INDEPENDENCE AND SOCIAL CONFLICT
The writter gives the suggestion of this research that was pointed in the certain points as follows:
The writter suggest to the students therefore can learn more information about literature, by learning literature can know about the historical value and the thing which do not ever guessing before.
The writter suggests to the readers that the readers can take the positive value which was involved in this research, the fact also involved about the independence and social conflict
The writter suggest to the lecture can introduce about literature and hope this thesis being a good references to be learn as the subject for study
The writter suggest to the English department to display the collection of book about literature in the library and add the times for literature in order to make a students know much about literature.
Tulisan ini bercerita tentang kisah panjang konflik di Aceh. Hal ini menarik dikaji karena ada beberapa masalah penting yang tertuang didalamnya, seperti di bidang politik, ekonomi, pendidikan, dan hak asasi manusia. Saya memilih potret Aceh antara kemerdekaan dan konflik sosial sebagai objek tulisan di steemit ini. Narasi ini menggunakan bahasa yang sederhana. Oleh sebab itu, mudah dipahami oleh para pembaca. Tulisan ini juga menggunakan makna figuratif dan ironi dalam menyampaikan gagasan. Namun, jenis bahasa ini masih dikategorikan sebagai bentuk yang sederhana. Semoga pembaca bisa memahami ceritanya dengan mudah melalui aksi karakter utama di novel dan dapat menemukan hubungan masalah yang telah dinyatakan dalam tulisan ini.
Orang menggunakan bahasa untuk mengekspresikan gagasan, opini, perasaan dan pemikiran mereka. Apalagi bahasa sebagai medium yang dapat menciptakan sebuah karya sastra yang menakjubkan. Sastra adalah kata-kata atau gaya bahasa yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Sastra adalah hasil karya seseorang untuk mengungkapkan fenomena kehidupan masyarakat. Sejak dulu, sastra telah menjadi unsur kehidupan manusia dan juga kehidupan masyarakat. Sastra sebagai alat berkomunikasi juga telah memberikan begitu banyak hiburan dan inspirasi terbesar bagi perkembangan ilmu. Sastra juga sejenis informasi yang dibutuhkan oleh kalangan akademik. Menurut Lizebeth Goodman, Karya sastra mencakup bentuk tulisan yang kreatif dalam bereksperimen dengan bahasa untuk memberi kesan potret dan gagasan yang melibatkan imajinasi pembaca (Goodman, 2001: 5). Membaca adalah kebutuhan akan simulasi pikiran. Dengan membaca literatur, kita dapat mengekspresikan fakta dan imajinasi sebagai manifestasi kehidupan manusia dengan berbagai gaya bahasa sebagai medium. Sehingga memberikan pengaruh positif pada kehidupan manusia. Menurut Subhan, seseorang membaca karya sastra juga memiliki berbagai motivasi yang berbeda.
Beberapa karya sastra menjadi sangat populer sehingga mereka terkenal di dunia karena pemikiran kritis mereka tentang fenomena masyarakat. Salah satunya adalah novel, yang dapat menjadi salah satu alternatif dari berbagai teks . Menurut Robert DiYanni, dalam membaca novel fiksi dan non fiksi, kita dapat berbagi visi imajinatif, cara pandang terhadap dunia (DiYanni: 2004: 3). Ada pesan tertentu dalam novel tersebut, seperti kemerdekaan dan konflik sosial. Oleh sebab itu, membaca novel juga belajar tentang kehidupan.
Saya tertarik pada novel sastra Aceh agar "masyarakat Aceh menyadari bahwa ada banyak masalah konflik di Aceh pada masa itu dan selalu ada cara yang baik untuk mengatasinya." Dalam tulisan ini menekankan bagaimana teks tersebut menceritakan potret Aceh terutama antara kemerdekaan dan konflik sosial. Saya ingin memberikan warna bagi steemian khususnya generasi muda di Aceh dan Indonesia tentang pengalaman konflik di Aceh.
Saya memilih novel karena kemerdekaan dan konflik sosial tercermin dalam tulisan ini. Dengan harapan dapat memberikan pengalaman positif bagi pembaca steemian. Isi novel ini menggambarkan sejarah Aceh melalui seorang pemuda yang penuh semangat akan perjuangan untuk mencapai tujuan seperti menyelesaikan konflik dan perdamaian. Berdasarkan penjelasan di atas, saya akan melakukan analisis potret Aceh dalam novel Marwah di Ujung Bara Oleh Rh. Fitriadi.
Aceh adalah wilayah khusus di Indonesia. Wilayahnya terletak di ujung utara Sumatera. Ibukotanya adalah Banda Aceh. Wilayah Aceh dekat dengan Andaman dan Nicobar Islands, India dan dipisahkan oleh Laut Andaman. Pada awal abad ketujuh belas, Kesultanan Aceh adalah negeri yang paling kaya, berkuasa di wilayah Selat Malaka. Aceh memiliki sejarah kemerdekaan politik dan perlawanan oleh pihak luar, termasuk mantan penjajah Belanda dan pemerintah Indonesia. (Sulaiman: 2006: 4). Aceh memiliki sumber daya alam yang substansial, termasuk minyak dan gas alam. Beberapa perkiraan cadangan gas Aceh sebagai yang terbesar di dunia. Sehubungan dengan sebagian besar wilayah Indonesia, Aceh adalah daerah konservatif yang religius. Aceh memiliki proporsi muslim tertinggi di Indonesia.
DEFINISI KEMERDEKAAN.
Kemerdekaan adalah tindakan yang muncul atau berasal dari keinginan untuk tidak bergantung dan terikat. Sementara itu, menurut Prof. Dr. Driyarkara, filsuf kontemporer Indonesia, menulis dalam bukunya bahwa kebebasan atau kemerdekaan adalah kekuatan untuk mendefinisikan diri dalam melakukan sesuatu (Driyarkara: 2000: 60). Kemerdekaan adalah hak individu untuk menggunakannya atau tidak, tidak ada pihak yang bisa memaksa seseorang terhadap kemerdekaan yang dimilikinya. Manusia memiliki kemauan dan dorongan untuk melakukannya, sehingga kemerdekaan muncul dari dua hal. Dalam arti luas kemerdekaan dapat didefinisikan sebagai kegiatan yang menyangkut semua hal mulai dari yang terkecil sampai yang terbesar, tergantung seperti apa yang kita inginkan, baik secara individu maupun kelompok, namun kemerdekaan tetap tidak boleh bertentangan dengan norma dan peraturan yang berlaku.
DEFINISI KONFLIK SOSIAL.
Konflik juga ditafsirkan sebagai bentuk interaksi yang ditandai dengan keadaan saling mengancam, menghancurkan, melukai, dan menghilangkan sesuatu hal yang penting antara pihak-pihak yang terlibat. Konflik juga bisa melibatkan individu atau kelompok orang. Sesuai kenyataan konflik tidak lepas dari dinamika masyarakat. Konflik sosial dapat berakibat pada adanya disparitas ekonomi, konspirasi politik, pola pikir, dan ideologi. Konflik sosial sering muncul saat satu paradigma menganggap masyarakat tidak optimal dalam memahami pluraritas di masyarakat itu sendiri, terkadang perbedaan budaya, ras, agama dan warna kulit dapat memicu konflik sosial.
Secara harfiah, konflik adalah perselisihan atau kontroversi. Konflik sebagai perselisihan terjadi karena perbedaan. Konflik tidak selalu menyiratkan disfungsional. Tetapi, konflik sebenarnya bisa menjadi sesuatu yang fungsional. Dalam arti lainnya, konflik bisa menjadi wahana untuk mendorong perubahan menuju kondisi yang lebih baik (Francis, 2002: 7). Ada dua bentuk konflik, konflik horizontal, ini terjadi bila ada tabrakan sosial yang disebabkan oleh struktur sosial yang ada di dalam masyarakat itu sendiri. Penyebabnya bisa saja dari latar belakang yang berkaitan dengan etnis, agama, ekonomi, dan penegakan hukum yang lemah. Kedua, konflik vertikal dapat menyebabkan perselisihan masyarakat atau daerah dengan negara atau pemerintahan. Terkadang cara melihat sosiologis dan agama sebagai salah satu variabel pembentukan konflik.
HUBUNGAN ANTARA KEMERDEKAAN DAN KONFLIK SOSIAL DI ACEH.
Konflik adalah bagian dari proses sosial yang masuk akal dan tidak boleh dihindari. Sebenarnya, konflik bisa menjadi faktor positif atau dapat menjadi faktor pendukung perkembangan perdamaian. Konflik juga bisa membangun integritas kelompok dan integrasi sosial dalam skala yang lebih luas. Demikian sebaliknya.
Konflik sosial dapat berakibat pada adanya disparitas ekonomi, konspirasi politik, pola pikir, dan ideologi. Konflik sosial sering muncul saat pradigma menganggap masyarakat tidak optimal dalam memahami pluralitas dalam masyarakat itu sendiri, terkadang perbedaan budaya, ras, agama dan warna kulit dapat menyebabkan konflik sosial, begitu pula di Aceh.
Di bidang politik, konflik awal yang disebabkan oleh masyarakat Aceh tidak memiliki kebebasan dalam menentukan pilihan. Selain sistem yang sangat terpusat di orde baru memberikan posisi tawar yang lemah untuk Aceh sehingga berada pada posisi sejajar dan hanya melayani kepentingan eksploitasi politik dan ekonomi. Melalui sistem politik terpusat, pemerintah pusat menciptakan jaringan elit lokal karena menjadi boneka pemerintah pusat dan pengaruh paling menguntungkan pada kekecewaan pusat elit pemerintah memperburuk keadaan penduduk dan menjadi akar permasalahan yang berkontribusi besar terhadap konflik di Aceh. (Sulaiman: 2006: 3)
Konflik di Aceh adalah konflik yang disebabkan rasa kecewa yang telah lama terkubur di hati masyarakat Aceh yang merasa sangat dirugikan oleh pemerintah Indonesia. Hubungan yang kurang harmonis antara Aceh dan pemerintah pusat dan juga masalah bagi hasil yang sangat merugikan Aceh membuat konflik di Aceh semakin rumit. Kekecewaan masyarakat Aceh akhirnya disadari oleh pemberontakan yang dilakukan oleh rakyat Aceh atas nama Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
POTRET ACEH: ANTARA KEMERDEKAAN DAN KONFLIK SOSIAL DI ACEH.
Politik adalah masalah yang berkaitan dengan administrasi negara untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan di masyarakat melalui perumusan dan implementasi kebijakan publik. Kemerdekaan politik sebelum keadaan darurat militer terjadi, dan pemuda Aceh melakukan tindakan untuk menolaknya. Hal itu bisa dilihat dari kutipan berikut ini:
"Abu sudah mendapat telepon dari pihak kepolisian. Mereka tidak memberikan izin acara untuk kalian. Kalau kalian memaksakan diri, kalian akan ditangkap, "(Fitriadi, 2011: 58). "Mereka berangkat ke pendopo gubernur untuk berdialog dan membacakan naskah referendum di hadapan Pangdam dan rombongan, meski banyak yang suka dan tidak setuju. (Baharuddin (2012, 2012: 38). (Mereka pergi ke gubernur tenda untuk berdialog dan membaca naskah menuntut referendum sebelum Komandan Daerah beserta rombongannya meski banyak yang melarang dan tidak setuju). Berdasarkan kutipan di atas, saya menjelaskan bahwa pemuda masih pergi menemui gubernur meski belum memiliki izin. Ada pertemuan antara gubernur, komandan daerah. Pemuda mencoba bergabung dalam diskusi atau dialog dan membaca rekomendasi untuk menolak perencanaan darurat militer dengan berani. Pemuda tetap waspada untuk berkomunikasi karena akan ada tekanan lagi.
Kemerdekaan politik melalui kebijakan pemerintah adalah keputusan yang diambil oleh pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan di dalam negeri, terutama kebijakan Presiden mendukung darurat militer sebagai salah satu kebijakan pada saat itu.
*"Saya mengerti kesusahan Tuan Tuan. Ini benar-benar keputusan di luar hati nurani. Menjalankan operasi militer di daerah yang telah kenyang dengan operasi militer adalah tindakan di luar batas kemanusiaan. Namun, ini bukan keputusan kemanusiaan. Ini adalah keputusan di luar nurani. (Fitriadi, 2011: 388)
Berdasarkan kutipan di atas, saya menjelaskan bahwa pemerintah memiliki independensi untuk membuat satu kebijakan. Meski kebijakan ini membuat banyak orang kesulitan dalam keadaan darurat militer, independensi politik pemerintah saat itu tetap menerapkan kebijakan seperti ini.
Ada kekerasan tanpa memikirkan kemanusiaan yang dilakukan pemerintah saat itu. Pemerintah masih menggunakan ideologi perang untuk menyelesaikan konflik. Pemerintah ingin mencapai perdamaian dengan kekerasan. Fakta sejarah, mencakup konflik yang sedang berlangsung di Aceh. Menurut Tripa (2002: 31), "Konflik Aceh adalah satu akibat dari perbuatan yang salah pada masa lalu. Ia terjaga dan dibesarkan dalam sistem yang jauh dari titik yang manusiawi. Terlalu mengedepankan keamanan, bandingkan dengan pendekatan budaya dan agama. "Konflik di Aceh adalah bagian dari kesalahan penanganan di masa lalu, lahir dan dibesarkan dalam sistem yang jauh dari titik manusiawi. Terlalu memprioritaskan keamanan, dibandingkan dengan pendekatan budaya dan agama. Meskipun Aceh butuh pendekatan identitas). Di sisi lain, penasihat keamanan dan militer kepresidenan menolak surat rekomendasi tersebut. Surat ini harus dikirim ke presiden tapi mereka menerimanya. Jadi, kebijakan pemerintah bukan kesepakatan untuk Aceh.
Hak asasi manusia mengacu pada hak dasar seseorang untuk melakukan atau mendapatkan kebebasan, persamaan, keadilan, dapat dari negara, partai, atau individu. Jika hak manusia hilang, maka kemerdekaan sebagai manusia seutuhnya juga hilang.
Independensi Hak Asasi Manusia melalui Lembaga Swadaya Masyarakat
Mahasiswa dilindungi oleh Organisasi Non Pemerintah tentang Hak Asasi Manusia. Hal itu bisa dilihat dari kutipan berikut ini:
"Mereka dilindungi hak untuk bersuara dan pendapatnya oleh undang-undang. Pihak Koalisi HAM dan internasional tidak akan diam bila para sipil ini dipenjara atau lebih parah lagi ... "Al Hijri memutuskan untuk tidak melanjutkan ucapannya. Namun, kalimat yang dipenggal itu mudah untuk ditebak.(Fitriadi, 2011: 35)
Berdasarkan kutipan di atas, saya menggambarkan bahwa mahasiswa dan pelajar mendapat perlindungan dari Organisasi Non Pemerintah. Meski mahasiswa takut melakukan aksi dalam konflik ini, namun mereka dilindungi oleh hokum di Indonesia. Tapi, militer mencari target yang dicurigai GAM. Militer tidak peduli dengan Hak Asasi Manusia, karena hak asasi manusia adalah tugas Pemerintah, mereka hanya melakukan tugas mereka. Itu yang terjadi pada saat itu.
Gerakan pemuda mengacu pada kegiatan aktivis mahasiswa dalam melakukan perubahan agar kondisi Aceh mereda dan menjadi lebih baik. Sebuah konflik sosial pada gerakan pemuda yang disebabkan oleh tekanan (under pressure) juga terjadi untuk menolak penerapan darurat militer di Aceh. Tapi mereka kerap mendapat tekanan.
"Ya! Benar Kami dari perwakilan mahasiswa Teknik tidak ingin mengikuti kegiatan yang malah membahayakan kredibilitas mahasiswa. Ini bisa berimbas pada keselamatan nyawa. Kalian pihak BEM yang melakukan aksi dan melalui media massa, sementara kita ujung-ujungnya yang harus merasakan getah dari aksi tersebut. "(Fitriadi, 2011: 27)
Berdasarkan kutipan di atas, saya menggambarkan bahwa pemuda juga takut untuk melakukan tindakan dalam upaya menolak rencana darurat militer di Aceh. Pemuda tidak mau mengambil risiko di bawah tekanan. Pemuda tersebut tidak ingin dinilai sebagai pro GAM, karena bisa menjadikannya sebagai seseorang yang diduga separatis.
Menurut Baharuddin (2012: 17), selama konflik kekerasan berlangsung, aktivitas kampus tidak berjalan ideal. Keamanan, kenyamanan, dan kedamaian selalu terusik.
Banyak pemuda bergerak dari desa karena tidak ingin dicurigai sebagai GAM. Hal itu bisa dilihat dari kutipan berikut ini:
"Terpaksa dia memakai tongkat untuk membantu pergerakannya. Dan seperti yang kamu ketahui, sejak tahun 2011 hingga saat ini, desaku sudah kosong dari kaum lelaki (Fitriadi, 2011: 22)"
Berdasarkan kutipan di atas, saya menggambarkan bahwa masyarakat merasa situasi yang menyeramkan sehingga memutuskan untuk pindah. Meski bukan anggota GAM, angkatan bersenjata tetap menyesuaikannya.
Semua orang harus mengerti Pancasila dan Lagu Nasional sebagai pro pemerintah. Hal itu bisa dilihat dari kutipan berikut ini:
*"Demi nasionalisme, semua warga baik tua dan muda harus bisa meyanyikan lagu Indonesia Raya dan menghafal Pancasila! Yang tidak bisa menyanyikan Indonesia Raya akan dicap pemberontak. "(Fitriadi, 2011: 156).
Berdasarkan kutipan di atas, saya menggambarkan bahwa jika orang tidak menyanyikan lagu Indonesia dan mengingat Pancasila akan dicurigai sebagai GAM. Jadi, dari yang tertua sampai orang muda terpaksa mengingatnya. Saya menggambarkan bahwa jalan buntu pertemuan tentang kondisi Aceh. Baik GAM maupun Pemerintah tidak memiliki kesepakatan. Ini membuat kondisi Aceh lebih crussial.
Presiden sulit membuat keputusan. Hal itu bisa dilihat dari kutipan berikut ini:
"Ya ... keputusan Presiden benar-benar di luar sangkaan kita. Dia, terlalu penuh dengan teori penyelesaian konflik ala militer yang sudah lama menjadi gaya khas bangsa ini. Hal ini benar-benar telah membuat dan memberikan penilaian lain bagi bangsa ini. Seakan-akan kita kembali ke zaman sebelum reformasi. "(Fitriadi, 2011: 230)
Berdasarkan kutipan di atas, penulis menggambarkan bahwa keputusan presiden Megawati Soekarno Putri berdasarkan pengaruh lingkungannya. Dia percaya bahwa konflik bisa diatasi dengan perang. Presiden memutuskan untuk menerapkan darurat militer di Aceh. Menurut Baharuddin (2012: 53), berkali-kali operasi militer di Aceh selama Megawati menjadi presiden RI. (Berulang kali operasi militer yang diterapkan di Aceh selama Megawati menjadi presiden Indonesia).
Melalui tulisan ini, semoga dapat menjadi refleksi bagi seluruh masyarakat Aceh dalam memaknai dinamika sejarah konflik Aceh. Bagi masyarakat Aceh sudah lama di luar negeri diharapkan bersedia kembali ke Indonesia dan membangun daerahnya. Membawa pengalaman beharga di negara lain dan dapat menjadi agen perubahan di masyarakat nantinya. Terutama pemuda sebagai generasi Aceh yang sudah mapan dan mumpuni dibidangnya.
Peribahasa mengatakan "Hujan emas di negeri orang, hujan batu di negeri sendiri", artinya meskipun begitu makmur dan mewah hidup di negeri orang, negeri sendiri tetap yang paling baik.
Tulisan ini bukan bentuk provokasi. Mari mempelajari lebih banyak informasi tentang literatur klasik Aceh dan sejarah Aceh. Dengan mempelajari literatur, kita dapat mengetahui tentang nilai sejarah dan hal yang tidak pernah kita ketahui sebelumnya. Akhir kata, Semoga para pembaca dapat mengambil nilai positif yang tersirat dan tersurat dalam tulisan ini. Semoga !
Credit to:
Nurmulya dalam novel karya: Fitriadi, H.R. 2011. Marwah di Ujung Bara. Yogyakarta: ProBooks