Sejarah; Asal Muasal Tradisi "Teut Budee Trieng"
SALAH satu warisan budaya yang terdapat di beberapa daerah di Aceh adalah teut bude trieng atau dalam bahasa Indonesia disebut menyalakan meriam bambu.
Meskipun beberapa tradisi lain mulai hilang digerus masa dan oleh generasi sekarang menganggapnya aneh, namun untuk tradisi yang satu ini masih begitu populer dan di pertahankan oleh masyarakat Aceh.
Jika dikaji, aktivitas teut budee trieng ini umumnya dilakukan oleh para pemuda dan remaja --yang secara biologis gendang telinganya masih kuat dan masih berenergi. Dan, aktivitas teut bude trieng lazimnya dilakukan saat malam hari di bulan puasa dan hari raya.
Namun demikian, jika ditelisik lebih mendetail ternyata asal muasal adanya tradisi teut budee trieng ini sudah ada sejak puluhan tahun lalu.
Konon, latar belakang tradisi ini disebutkan terinspirasi dari masuknya portugis ke Aceh. Hal ini dibuktikan dengan fakta dimana tiap wilayah manapun yang dijajah Portugis, masyarakatnya memiliki tradisi menyalakan meriam bambu, seperti halnya di Malaysia.
Sementara itu, ada juga versi lain yang mengatakan, bahwa tradisi teut bude trieng ini mulai ada pada era kesultanan Iskandar Muda, yang sengaja dipolakan sebagai sebuah cara atau aktivitas mengenang perang Badar yang terjadi pada hari ke 2 dibulan Ramadhan--sebuah perang terbesar saat Rasulullah masih hidup.
Makanya tradisi ini marak dilakukan oleh masyarakat Aceh dibulan Ramadhan atau saat lebaran tiba.
Namun demikian, menurut beberapa pendapat ahli sejarah, tradisi teut budee trieng ini sempat menghilang selama lebih kurang 32 tahun lamanya, tepatnya saat Aceh dilanda konflik berkepanjangan dengan pihak Jakarta (Pemerintah Pusat) yang merenggut ribuan korban jiwa.
Saat konflik terjadi di Aceh memang banyak aktivitas warga yang dilarang. Karena asumsi pihak keamanan Republik Indonesia, kegiatan semacam itu dapat membuat warga tidak nyaman.
Baru dikemudian hari setelah adanya perjanjian damai antara pemerintah RI dan GAM, tradisi teut budee trieng tersebut kembali dapat dinikmati warga saat penyambutan hari raya Idul Fitri dengan bunyi dentumannya yang menggelegar. #nyanban
Kamis, 21 Juni 2018 || @emsyawall
Nyan ka tet beude drom @emsyawall. Cerita yang bagus kawan
Terimakasih @bgreza. Tot ngen drom nyan metamorfosis dr bude trieng bg. Sb awai hna drom hehe
Dro Na ka teut barosa wal.
Hna, sb kabeh masa, katuha tanyoe haha
hahhahahhaa
Area Garot/ Aree, tiep thon na di tot. Yang terakhir malam uroe raya kedua barosa. Tgk. Imum Meunasah, hanjan lheuh Shalat Isya geubie pengumuman yang bahwa hanjeut tot kali nyoe, karena larangan Kapolreh. Man nyoe roh na Neujak nibak malam nyan, ubena larangan terlanggarkan.. hehehe
Mnyoe kajeut keu adat, adak dijat awak aparat ureung hana dideungoe le.
Peulom na anggapan "nyoe buet sithon sigoe, peu pasai jak tham". Hna cara aju bg @ojaatjeh