ketika seni memberi nilai baru pada sampah
Langit yang kian hitam mulai menunjukan rintikan hujan yang kian lebat, membuat para penikmat pameran ARTrash PROJECT mulai berhamburan memenuhi ruang pajangan hasil karya para seniman Komunitas Kanot Bu.
Di sebuah ruangan yang berukuran kecil yang awalnya menjadi tempat para seniman muda komunitas kanot bu berkumpul, disulap menjadi ruangan yang memajang sejumlah karya seni yang terbuat dari sampah. Sampah yang diolah oleh tangan dingin para seniman muda ini terasa sarat akan makna yang sarkasme dan kritis.
Reza Mustafa sang curator dibalik terselenggaranya acara ini, ia menjelaskan bahwa acara ini bentuk kepeduliannya dan teman-teman komunitas yang bekerja sama dengan beberapa LSM Young Southeast Asian Leaders Initiative (YSEALI), ia ingin memperlihatkan tentang bagaimana cara mengolah sampah menjadi sebuah seni, dan sebagai media yang dapat menyampaikan gagasan edukasi pelestarian lingkungan.
()
“Kita di sini lebih kepada menyebarkan gagasan melalui apapun, dengan perspektif seni, ketika kita bikin workshop kita tidak membatasi mereka untuk mengekplor apapun, yang penting barang yang digunakan adalah sampah yang ada disekitar kita,” ujar laki-laki berkulit gelap itu.
Namun saat ini orang-orang cenderung melihat sampah itu hanya bisa didaur ulang menjadi produk-produk yang dijual seperti tas dll. Padahal juga bisa membawa suatu gagasan yang bersifat sarkasme dan kritis, seperti hasil karya seni yang di pajang pada pameran ARTrash.
Sebuang tabung hitam bergambarkan mata dan mulut yang di atasnya terhimpun sampah-sampah yang sudah di rangkai sedemikian rupa sehingga terllihat seperti orang yang di penuhi sampah di kepalanya. Sebuah ARTrash yang dibuat oleh seniman muda Zulham Yusuf yang berjudul SAMPAH MEDSOS. Sampah fisik seperti daun kering, kaleng bekas, dan kertas bekas, untuk menjabarkan sampah-sampah non fisik misalkan hoax dimedsos, dan seakan-akan menggambarkan manusia sekarang yang hanya eksis di sosmed Yang bersifat pamer yang tidak penting dan dapat di anggap sampah belaka.
“Karya Pratito Arafat yang menjabarkan figur masyarakat urban yang berprilaku suka nyampah, lalu para aktifis lingkungan menyuarakan lindungi lingkungan dengan menjaga sampah, bahkan dia sendiri bisa saja menghasilkan sampah lalu menyalahkan kapitalis, sebenarya kalau aku sendri berpikir, ya sampah itu dari semua peradaban pasti menghasilkan sampah, karena ada barang sisa, bagaiman yang sampah bagaiman yang itu,” ungkapnya.
Ia juga mengatakan karya Pratito Arafat ini juga akan di berikan kepada Dinas Lingkungan Hidup dan karya seni lainnya juga akan di berikan kepada SMP 1, “kita akan kasih ke SMP 1 yang sudah berbasis linngkungan,” ungkapnya.
Dan juga ada salah satu karya seni Idrus Bin Harun yang berjudul bu gogok donya, karya seni berkaitan dengan idiom Aceh bu tulak kapai, Idrus sendiri merupakan seniman yang menyukai seni yang bersifat sarkas. Reza menjelaskan karya Idrus ini menceritakan satu kondisi dimana pada saat seseorang menginginkan makan yang lebih dari satu porsi, namun tidak bisa dikatakan tamak juga.
“Jika dihubungkan dengan fenomena persampahan, mungkin semesta kita membutuhkan sampah yang di kemas dalam bungkusan nasi, dia mewacanakan bahwa, sampah menjadi satu pemicu bagi peradaban, contoh kita membuat kenduri untuk memperlihatkan meriahnya sebuah kenduri, namun tetap menghasilkan sampah di belakangnya, dan itu tidak bisa menolak dalam kenduri misalkan, ada orang yang nyambut tamu berpakaian necis, tapi yang rapikan di belakang nyampah, perspektif itu yang mau di sampaikan oleh idrus, bahwa peradaban kita sendri di mulai dari menggunungnya sampah,” ungkapnya.
Dan masih banyak lagi karya seni yang di pamerkan pada pameran ARTrash yang bertempat di Bivak Emperom Lamtement, pameran ini akan berlangsung hingga tanggal 3 januari 2018.
![IMG_20180101_175243.jpg]
Hai @icha.zabachaer, apa kabar? Telah kami upvote dan resteem ke 1895 follower yaa.. =)
Terimakasih 😊
keren
diupvote balik ya @icha.zabachaer
di follback