Perempuan Aceh Dalam Konteks Kekinian (39:4)

in #aceh6 years ago

Kali ini, saya akan mereview Acehnologi pada sub bab 'Perempuan Aceh Dalam Konteks Kekinian'.
image
SumberGambar

Pada pembahasan kali ini berupaya untuk mengupas kehidupan perempuan di Aceh dalam era kontemporer. Kehidupan perempuan Aceh bisa dibilang paling yang mendominasi di daerah publik, mulai dari pinggir jalan (Gadis jagung bakar, Gadis Cafe, Gadis SPBU, Gadis Pulsa dan Kuota, dan lain sebagainya), dan bahkan sampai pada perkantoran dan kekuadaan(Perempuan Anggota DPRK, Perempuan PNS, Perempuan Wali Kota) dan lain sebagainya. Bahkan sampai perlombaan yang paling dominan menangnya adalah perempuan. Dari fenomena di atas, faktor yang memicu perempuan jadi seperti di atas yakni, kemampuan mereka menjaga dan mendidik anak-anaknya dan merawat cucu-cucunya yang bersifat baik, tegas, serius ataupun sebaliknya.

Kehidupan perempuan di perkotaan cenderung bekerja semua, mulai dari pasar, pombensin, pulsa, pegawai, warung makan, dan lain sebagainya. Jika kita bisa melihat isi rumah di dalam kota Banda Aceh, hampir perempuan tidak ada lagi yang berada di tunku api di dapur, sebab hampir semua tugas di dapur bisa dikerjakan oleh 'listrik', mulai dari mesin cuci, penanak nasi, dan dispenser. Hal diatas memang sudah menjadi hal umum khususnya di daerah kota Banda Aceh. Lalu hal ini belum lagi perempuan yang menjadi guru, dosen, kepala pemerintahan yang ada di Aceh.

Selanjutnya, akan muncul dampak secara kebudayaan yaitu, akan muncul perspektif di kalangan perempuan atau pandangan, bahwa profesi yang mula-mulanya 'milik' laki-laki, juga dapat dikerjakan oleh perempuan. Bisa jadi kedepannya beberapa tahun yang akan datang, akan ada pencuci mobil dari perempuan, penjual daging sapi atau ayam perempuan, karena profesi di atas sangat minim untuk dikerjakan oleh perempuan, tapi muncul pandangan bahwa profesi diatas bisa di ambil alih oleh perempuan. Artinya bahwa apabila ruang publik sudah berpindah pada perempuan, maka artinya akan terjadi perbuatan meninggalkan tempat asal yang dilakukan oleh perempuan secara besar-besaran ke kota, untuk mencari pekerjaan untuk memenuhi nafkahnya.

Jadi, harus diakui gejala diatas merupakan satu bagian kecil apa yang disebabkan oleh modernisasi. Kemuncukan ICT telah membuat berubahnya nasib perempuan yang mulanya dari dapur ke komputer. Kajian ini setidaknya telah memberikan gambaran sedikit perempuan dalam konteks kekinian di Aceh.


>Thank You Have a Visit!