Mencari Aurora ke kutub utara
Dalam penatnya belajar di perantauan, liburan merupakan sebuah kebutuhan untuk sedikit relax dan menikmati kebersamaan bersama teman-teman yang untuk sementara ini menggantikan peran keluarga di tanah rantau. Pada musim dingin kali ini saya dan beberapa teman memutuskan untuk melakukan perjalanan yang lain daripada perjalanan-perjalanan kami sebelumnya. Bila biasanya kami memilih untuk mengunjungi kota-kota yang merupakan destinasi wisata di Eropa, maka kali ini kami memilih untuk mengisi masa liburan dengan melihat dan menikmati keindahan aurora di lingkaran arktik.
Ketika sedang merencanakan perjalanan liburan musim dingin kali ini, seorang teman sempat bertanya sambil sedikit heran “apa winter di Jerman masih kurang dingin?”. Sambal saling menatap, gelak tawa pun memecah kekosongan percakapan malam itu. Pasalnya musim dingin di Jerman bisa mencapai -12°C yang letaknya lumayan jauh dari kutub utara. Sudah tentu dinginnya wilayah Tromsø, Norwegia, yang merupakan tujuan kami untuk liburan kali ini jauh lebih dingin kerena sebagian wilayahnya sudah memasuki area paling utara bumi dan mendekati kutub utara. Kami memilih Tromsø karena keindahan alamnya ditambah dengan indahnya cahaya dari utara (aurora) yang mempesona.
Aurora terbagi dua berdasarkan lokasi peristiwa itu terjadi, pada bumi bagian utara dikenal dengan nama Aurora Borealis (Northern Lights) dan pada bagian bumi bagian selatan dikenal dengan nama Aurora Australis (Southern Lights). Aurora adalah hasil dari peristiwa bertubrukannya electron dengan bagian terluar dari atmosphere bumi yang tidak mudah untuk dapat dilihat dengan mata telanjang. Peristiwa terjadinya aurora sama seperti peristiwa bagaimana pelepasan energy yang terjadi pada lampu neon. Peristiwa unik ini dapat dinikmati antara bulan September sampai Maret tiap tahunnya.
Perjalanan kami dimulai dengan penerbangan dari bandara Hamburg menuju Oslo. Di Oslo kami memiliki 10 jam waktu transit yang kemudian kami gunakan untuk mengunjungi warga Aceh yang sudah lama bermukin di kota tersebut. Sajian nasi goreng dan ikan asin goreng asli Leupung mampu menghangatkan dinginnya malam itu. Setelah saling tegur sapa dan berbagi kabar, perjalanan dilanjutkan menuju bandara Tromsø dari Oslo dengan durasi penerbangan 1 jam 50 menit. Dini hari kami tiba di Tromsø yang membuat kami terpaksa menginap di bandara bersama beberapa pelancong lainnya. Keesokan harinya kami memutuskan untuk melihat-lihat kota Tromsø lebih dekat. Tidak bisa dipungkiri, kota yang terletak di bagian utara Norwegia ini memiliki pemandangan alam yang indah dengan air lautnya yang sangat jernih. Sudah tentu kami terpana karena sudah lama tidak menikmati keindahan laut yang membawa kami berhenti sejenak untuk mengumpulkan kepingan memori akan keindahan laut di Aceh.
Menikmati keindahan aurora tidak bisa dilakukan di daerah perkotaan dimana terdapat begitu banyak distraksi yang berupa polusi cahaya dari pemukiman warga dan juga polusi udara dari pabrik sekitar, oleh kerena itu kami mencari penginapan yang jauh dari perkotaan. Kurang lebih satu jam perjalanan menggunakan bus harus kami lalui untuk sampai di penginapan yang telah kami pesan jauh-jauh hari tersebut yang bertempat di kota kecil yang bernama Laksvatn. Hal unik yang kami temukan pada perjalan musim dingin kali ini adalah tidak adanya cahaya matahari (daylight) selama musim dingin di bagian utara Norwegia ini, begitu juga ketika musim panas, di sini matahari tidak pernah terbenam.
Hal yang menarik pada perjalanan ini adalah karena baru kali ini kami membawa bahan makanan berat yang sudah kami persiapkan sebelumnya seperti ayam goreng, mie instant, ikan kaleng, roti, beras, sambalado, dll untuk satu minggu ke depan. Dikarenakan lokasi penginapan yang jauh dari perkotaan dan ketersediaan supermarket yang minim, cara ini terbukti ampuh untuk menekan pengeluaran biaya dan efisiensi waktu selama kami berada di sana. Lagipula Bahasa yang mereka gunakan tidak familiar bagi kami untuk menentukan halal dan haramnya kandungan pada setiap makanan yang beredar di took-toko di sana.
Indahnya cahaya hijau aurora hanya bisa kami nikmati sebentar saja dikarenakan cuaca yang kurang bersahabat di Laksvatn pada waktu itu. Setelah dua malam berada di Laksvatn, kami melanjutkan perjalanan kembali ke Tromsø untuk menjemput mobil yang kami sewa untuk perjalanan kami berikutnya menuju Hamnøy, sebuah kota kecil di Lofoten. Menyewa mobil di sini lebih baik karena wilayah eksplorasi kami di daerah pedalaman yang tidak begitu sering dilalui kendaraan umum.
Perjalanan ke Hamnøy tidak semulus yang kami bayangkan. Ada begitu banyak tantangan dalam perjalanan ini, salahsatunya badai salju yang dahsyat mengurangi jarak pandang si pengemudi. Licinnya badan jalan juga menjadi tantangan tersendiri bagi kami yang belum pernah mengemudi di Eropa, apalagi mengendarai mobil dengan posisi pengemudi di sebelah kiri. Sebagai penumpang, saya dan beberapa teman lainya memang harus sangat waspada dalam membantu pengemudi melihat rambu-rambu jalan yang beberapa diantaranya masih sangat asing bagi kami. Perjalanan yang seharusnya bisa ditempuh selama tujuh jam menjadi 12 jam pada saat itu dengan jarak pandang yang sangat pendek. Hal yang menyeramkan lainnya pada perjalanan kali ini adalah tidak jelasnya batas kanan jalan karena ditutupi salju tebal yang membuat kami dag-dig-dug sepanjang perjalanan, belum lagi si pengemudi yang belum pernah memegang setir sejak dua tahun terakhir.
Untuk bisa mengemudi di Eropa, surat izin mengemudi (SIM) dari Indonesia bisa diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris melalui beberapa agen yang kemudian diakui sebagai SIM international. Kita hanya perlu membayar beberapa dollar kepada penyedia jasa tersebut.
Sesampainya di Hamnøy, kami disambut oleh pemandangan alam yang luar biasa indahnya. Setelah beberapa saat beristirahat, kamipun siap untuk mengelilingi kota tersebut yang di bagian kiri dan kanannya terlihat pegunungan yang sudah ditutupi putihnya salju dan lautan yang mulai membeku. Selama mengelilingi Hamnøy kami sempat beberapa kali berhenti untuk melihat indahnya aurora.
Cahaya aurora cenderung berlangsung tidak begitu lama, namun juga tidak dalam waktu yang singkat pula, sekitar 30 menit sampai 2 jam. Namun terkadang cuaca yang tidak bersahabat membuat awan menutupi cahaya dari utara tersebut. Dinginnya malam juga membuat kami tidak sanggup berlama-lama di luar ruangan. Sebagai perbandingan, ketika tiba musim dingin di Jerman saya tidak pernah memakai sweater tebal di dalam jaket winter, hal tersebut tidak berlaku ketika berada di sini. Bagi teman-teman yang merencanakan untuk melihat aurora, saya sarankan untuk memeriksa ramalan cuaca pada saat tiba di lokasi observasi aurora. Berikut adalah beberapa perlengkapan yang saya rekomendasikan untuk dibawa: kamera, tripod, bahan makanan berat dan ringan (kering dan instant), senter, dan obat-obatan (demam, sakit perut, dll).
Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
http://blog.zakiulfuady.com/2017/01/22/petualangan-mencari-aurora/
Congratulations @proxjack! You have completed the following achievement on the Steem blockchain and have been rewarded with new badge(s) :
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!