Reading: The Origins of Political Order (Bilingual)

in #book7 years ago (edited)

IMG_20180111_225813.jpg

![download (5).jpg](https://res.cloudinary.com/hpiynhbhq/image/upload/v1515685993/ofea7ttosedt19s9h3uq.jpg)

On this Saturday I would like to take the time to read some of the reviews of the latest political scientist Francis Fukuyama's book review. His new book is titled Political Order and Political Decay volume 2 of the previous book The Origin of Political Order.

Although I have not had time to devour the first series of books because my kindle lost stolen along with a laptop, but there are some great ideas in this book that need to be underlined. The previous book The Origin of Political Order depicts Fukuyama's depth and mastery of political science by translating the earliest events in human history to the modern age in an interesting conclusion through several disciplinary approaches.

The success of modern countries in establishing the political order does not depart only from the ability of these countries to apply the system of modern political order that occurs only in the phase of the modern world. The political order of the modern state has continuity with the chain of history, where the old civilization order of a society also influence how the society operates its political order in the modern era.

Fukuyama exemplifies China for example, this communist country that is famous for the merit of communist-style bureaucracy has actually been practicing this in the past empire. In the system of absolute monarchy government, objectivity in the hierarchy of leadership in bureaucracy and the military has long been practiced. Today, the best boys will be recruited by the communist party, and the best of the best will continue to move up the hierarchy until it reaches the top office, the chairman of the communist party and the leader of the country.


I am always furious with some of the opinions that mingle between modernity, globalization with the romantic history of a nation / society. It is as if being part of a modern global society, the chain of history is abolished, the community has absolutely no connection with its past history. Pre-modern history has always been regarded as something that is only a shadow of error and lack of the past. We must not be like the first, but must be as modern as the countries that precede us so we can move forward. Yet everything does not just appear, the roots of specific excellence in the past that characterized a society that later became the starting point of progress of a modern society. At least Fukuyama has explained the hook of the modern order of a society in the past.

Even so, a nation may indeed inherit an order that if the practice in the old order is still played, it can destroy an order that tries to practice democracy. Fukuyama pointed out Papua New Guniea. The pattern of tribal community relationships with patron-client practices where in the community the patron who is usually the head of a tribe or the leader of a large family network becomes a protective figure for his group by providing and distributing logistics for his clients. In practice in the era of democracy, the patron who holds political office will play an old role as a provider of logistics for his clients. This causes the practice of corruption, collusion and nepotism or the formation of patterns of clientism and rents in politics. This latter case seems somewhat similar and is found in some parts of Indonesia post-decentralization.

In his latest book Fukuyama starts talking about Political Decay, which could mean destruction or collapse. I wonder if Fukuyama's political decay is similar to the rise and fall of civilization of Ibn Khaldun or just about the failure of countries to adopt the modern political system or the failure to operate it or something else to discuss it? For that I will start reading some reviews and comments about this book.


Fukuyama

Di hari sabtu ini saya ingin menyempatkan diri untuk membaca beberapa artikel review buku terbaru ilmuwan politik Francis Fukuyama. Buku barunya berjudul Political Order and Political Decay volume ke 2 dari buku sebelumnya The Origin of Political Order.

Meski belum sempat melahap habis buku seri pertama karena kindle saya hilang dicuri beserta laptop, namun ada beberapa ide besar dalam buku ini yang perlu digarisbawahi. Buku sebelumnya The Origin of Political Order menggambarkan kedalaman dan penguasaan Fukuyama atas ilmu politik dengan menerjemahkan peristiwa paling awal dalan sejarah manusia hingga ke jaman modern dalam suatu kesimpulan menarik melalui beberapa pendekatan disiplin ilmu pengetahuan.

Keberhasilan negara-negara modern dalam membangun tatanan politik tidak berangkat hanya dari kemampuan negara-negara tersebut mengaplikasikan sistem tatanan politik modern yang hanya terjadi dalam fase dunia modern.Tatanan politik negara modern memiliki kesinambungan dengan mata rantai sejarah, dimana tatanan peradaban lampau suatu masyarakat turut mempengaruhi bagaimana masyarakat tersebut mengoperasikan tatanan politiknya di era modern.

Fukuyama menyontohkan Cina misalnya, negara komunis ini yang terkenal dengan merit birokrasi ala partai komunis sebenarnya sudah mempraktikkan ini pada masa kekaisaran yang lampau. Dalam sistem pemerintahan monarki absolut, objektifitas dalam hierarki kepemimpinan dalam birokrasi dan militer telah jauh lama dipraktikkan. Kini, pemuda-pemuda terbaik akan direkrut partai komunis, dan yang terbaik diantara yang terbaik akan terus beranjak jenjang hierarkinya hingga mencapai jabatan puncak, ketua partai komunis dan menjadi pemimpin negeri ini.


Saya selalu geram dengan beberapa pendapat yang membeturkan antara modernitas, globalisasi dengan romantisme sejarah sebuah bangsa/masyarakat. Seolah-olah dengan menjadi bagian dari masyarakat global yang modern, mata rantai sejarah dihapuskan, masyarakat tersebut sama sekali tidak punya hubungan lagi dengan sejarah masa lalunya. Sejarah pra-modern selalu dianggap sebagai sesuatu yang hanya jadi bayang-bayang kesalahan dan kekurangan masa silam. Kita tak boleh seperti dulu, melainkan harus menjadi modern sebagaimana negara-negara yang mendahului kita agar kita bisa maju. Padahal semuanya tak muncul begitu saja, akar-akar keunggulan yang spesifik di masa lalu yang menjadi ciri khas suatu masyarakatlah yang kemudian menjadi titik tolak kemajuan suatu masyarakat modern. Setidaknya Fukuyama telah menjelaskan hubung kait tatanan modern suatu tatanan masyarakatnya di masa lampau.

Meski begitu, suatu bangsa bisa saja memang mewarisi sebuah tatanan yang apabila praktik dalam tatanan lama tersebut tetap diperankan, ianya dapat menghambata sebuah tatanan yang coba mempraktekkan demokrasi. Fukuyama menyontohkan Papua New Guniea. Pola hubungan masyarakat kesukuan dengan praktik patron-klien dimana dalam masyarakat tersebut si patron yang biasanya kepala suku atau pemimpin sebuah jaringan keluarga besar menjadi sosok pelindung bagi kelompoknya dengan menyediakan dan mendistribusikan logistik bagi kliennya. Dalam praktiknya di era demokrasi, si patron yang memegang jabatan politik akan memainkan peran lama sebagai penyedia logistik bagi kliennya. Hal ini yang menyebabkan terjadinya praktik korupsi, kolusi dan nepotisme atau terbentuknya pola klientisme dan rente dalam politik. Kasus terakhir ini sepertinya agak mirip dan ditemukan di beberapa wilayah Indonesia pasca desentralisasi.

Dalam buku terbarunya Fukuyama mulai berbicara tentang Political Decay, yang bisa berarti kehancuran atau keruntuhan. Saya penasaran apakah istilah political decay nya Fukuyama ini mirip seperti rise and fall of civilizationnya Ibnu Khaldun atau hanya berkisar seputar kegagalan negara-negara dalam mengadopsi sistem politik modern atau kegagalan dalam mengoperasikannya atau justru hal lain yang jadi bahasannya? Untuk itu saya akan mulai membaca beberapa review dan komentar tentang buku ini.

Sort:  

Politik adalah pendapatan . Apapun argumen yang dibangun untuk membuat sebuah konsep dalam politik, semua itu bagian dari kebutuhan kepentingan omset. Salam steemit.

Memang kenyataannya membuat kita pesimis terhadap politik. Tapi politik yg baik itu adalah berbasis ilmu pengetahuan.