Tantangan utamanya mencakup Skalabilitas yang diatasi dengan solusi Layer 2 ber-throughput tinggi, Regulasi yang menuntut kepatuhan finansial dan potensi adopsi CBDC, serta Kesenjangan Digital yang dijembatani lewat agen offline dan edukasi
Mengatasi tantangan-tantangan utama sangat penting untuk mengubah sistem kesejahteraan sosial berbasis blockchain yang diusulkan ini dari sekadar ide konseptual menjadi solusi nasional yang layak bagi Indonesia. Tiga tantangan inti—Skalabilitas, Regulasi, dan Kesenjangan Digital—mencerminkan hambatan teknis, hukum, dan sosial yang harus dikelola dengan cermat.
Skalabilitas menjadi perhatian utama karena program kesejahteraan nasional melayani jutaan warga negara dan harus memproses sejumlah besar transaksi dalam periode pencairan yang singkat. Sistem tidak boleh melambat atau menjadi terlalu mahal karena biaya gas yang tinggi. Untuk mengatasi hal ini, desain sistem harus menghindari ketergantungan hanya pada satu blockchain Layer 1 seperti mainnet Ethereum. Sebaliknya, sistem harus menggunakan solusi penskalaan Layer 2 seperti Optimistic Rollup atau ZK-Rollup, serta sidechain berizin.
Pendekatan ini memproses transaksi di luar rantai dan mengirimkan bukti aman kembali ke rantai utama, sehingga secara signifikan menurunkan biaya dan meningkatkan throughput. Pilihan lainnya adalah mengadopsi Teknologi Buku Besar Terdistribusi berkinerja tinggi yang dirancang untuk penggunaan perusahaan, seperti Hyperledger Fabric atau platform berizin lain yang sesuai, yang dapat memberikan kecepatan dan finalitas yang dibutuhkan oleh sistem pemerintah dengan tetap memprioritaskan kapasitas daripada desentralisasi publik sepenuhnya.
Tantangan kedua adalah regulasi karena blockchain masih merupakan bidang yang berkembang pesat, dan penyelarasan regulasi secara menyeluruh wajib dilakukan untuk setiap penerapan di pemerintahan. Sistem ini harus mematuhi persyaratan dari Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Bappebti. Ini termasuk memastikan bahwa mekanisme identitas digital seperti bukti tanpa pengetahuan (zero-knowledge proof) diakui secara hukum dan bahwa kontrak pintar memenuhi semua standar hukum untuk keberlakuan. Isu regulasi lainnya adalah klasifikasi dana yang didistribusikan.
Jika sistem menggunakan token digital atau stablecoin untuk pencairan, sifat aset tersebut—baik diperlakukan sebagai token utilitas maupun mata uang digital—harus sesuai dengan hukum Indonesia. Hal ini mungkin memerlukan kolaborasi dengan Bank Indonesia untuk menerbitkan mata uang digital bank sentral yang didukung pemerintah atau stablecoin yang disetujui. Selain itu, sistem harus mematuhi aturan perlindungan data nasional meskipun arsitekturnya terdesentralisasi. Bukti tanpa pengetahuan melindungi informasi penerima manfaat, tetapi harus ada tata kelola yang jelas mengenai lembaga mana yang bertanggung jawab untuk mengelola kunci akses dan mengirimkan data ke blockchain.
Tantangan ketiga adalah kesenjangan digital, karena banyak penerima manfaat di seluruh Indonesia mungkin tidak memiliki ponsel pintar, koneksi internet yang stabil, atau literasi digital yang memadai untuk mengoperasikan dompet blockchain. Salah satu cara untuk mengatasi hal ini adalah melalui model berbasis agen di mana pejabat desa atau cabang Kantor Pos yang tepercaya dilengkapi dengan perangkat yang aman. Agen-agen ini dapat memverifikasi penerima manfaat dengan biometrik yang terhubung dengan ID buku besar unik mereka dan menyediakan layanan seperti memfasilitasi penarikan tunai atau mencetak tanda terima bukti pembayaran.
Penerima manfaat tanpa ponsel pintar juga dapat didukung melalui kode USSD, yang memungkinkan pengguna telepon dasar untuk memeriksa saldo atau mengotorisasi pembayaran tanpa akses internet. Bersamaan dengan langkah-langkah teknis ini, pemerintah harus meluncurkan inisiatif literasi digital untuk mengajarkan warga negara—terutama lansia dan mereka yang berada di daerah terpencil—cara menggunakan dompet seluler dengan aman dan cara mengonfirmasi transaksi mereka.
Mengatasi tantangan-tantangan ini membutuhkan strategi yang komprehensif dan berlapis yang mengintegrasikan teknologi canggih dengan pendekatan praktis yang disesuaikan dengan kebutuhan lokal. Hanya dengan demikian, sistem dapat mencapai kecepatan, legalitas, dan aksesibilitas yang dibutuhkan untuk melayani semua penerima manfaat yang dituju.
Mpu Gandring ingin memberantas korupsi di Indonesia dengan teknologi blockchain! Anda ingin mendukung?
- Follow akun Mpu.
- Upvote dan resteem postingan Mpu.
- Share di Instagram, Facebook, X/Twitter dll.
- Biar pemerintah mendengar dan menerapkannya.






Upvoted! Thank you for supporting witness @jswit.