TIPS Fasilitasi Hutan Desa Part 1 (bilingual)
oleh : Muhammad Al Khalidi
Didalam sebuah keinginan untuk menjaga Hutan Secara LESTARI melalui Perhutanan Sosial dengan skema Hutan Desa. Langkah awal yang perlu dilakukan adalah membangun kesepahaman awal para pihak. Membangun kesepahaman adalah milestone (tonggak pencapaian) awal yang harus dicapai oleh semua program kehutanan masyarakat, tidak terkecuali Hutan Desa. Kesepahaman awal ini bukanlah berarti kesepakatan-kesepakatan normatif tetapi hubungan psikologis dan penetrasi program mulai dibangun dan dipahami oleh para pihak. Kesepahaman ini penting untuk direncanakan dan diupayakan agar para pihak mengerti maksud dan alur jenis intervensi sosial dan sekaligus momentum untuk menganalisis situasi ditahap awal.
Beberapa pertemuan informal dengan pihak-pihak kunci dalam pembangunan kawasan kehutanan di daerah dapat ditemui antara lain : Bupati, anggota DPRD, serta aktor-aktor gerakan masyarakat sipil lainnya. Sebaiknya pertemuan informal ini tidak hanya dilakukan di tingkat kabupaten, tetapi juga di tingkat komunitas/masyarakat. Pada tingkat masyarakat antara lain dengan diskusi mendalam, baik secara individu maupun diskusi kelompok terfokus kepada beberapa kepala desa dan lurah, tokoh-tokoh masyarakat dan pemuda.
Membangun kesepahaman tidak bisa dilakukan secara instan dan cepat, jika ingin memperolah dukungan para pihak secara lebih luas. Upaya ini membutuhkan waktu dan kesebaran untuk saling memahami satu sama lain dalam pengembangan Hutan Desa.
ENGLISH
In a desire to safeguard forests in a LESTARI through Social Forestry with Village Forest schemes. The first step that needs to be done is to build an initial understanding of the parties. Building on the understanding is an early milestone that all community forestry programs must achieve, not least the Village Forest. This initial understanding does not mean normative agreements but the psychological and program penetration relationships are being built and understood by the parties. This understanding is important to plan and strive for the parties to understand the purpose and flow of social intervention and at the same time to analyze the situation in the early stages.
Several informal meetings with key stakeholders in the development of forest areas in the regions can be found, among others: the Bupati, members of the DPRD, and other civil society actors. This informal meeting should not only be conducted at the district level, but also at the community / community level. At the community level, among others, through in-depth discussions, both individually and group discussions focused on several village and village heads, community leaders and youth.
Building an understanding can not be done instantly and quickly, if you want to gain broader support from the parties. This effort takes time and difficulties to understand each other in the development of Village Forest.
@alkhalidi92