Bukti Persahabatan Tiga Gadis
Uci, Caca, dan Ica telah membuktikan ikatan persahabatan mereka begitu kuat dan tulus.
Persahabatan tercipta ketika dua orang manusia atau lebih saling menghargai perbedaan, memahami isi hati, dan berjuang mempertahankan hubungan yang telah terjalin. Sahabat berusaha untuk selalu ada saat kita membutuhkannya. Sahabat tempat berbagi suka dan duka.
Aku akan menceritakan tiga kisah gadis yang membuktikan persahabatan merupakan ikatan kuat. 10 April 2018 aku mengunjungi Rumah Sakit Harapan Bunda, Seutui, Banda Aceh. Di kamar 231, Caca duduk bersila. Tangannya diinfus. Sakit lambung kambuh. Sementara esok adalah hari paling dinantikan, yaitu menunaikan janji “wisuda bersama” dengan Ica dan Uci. Sayangnya, tubuh Caca tidak mengizinkannya menunaikan janji itu. Dia benar-benar sakit. Berulang kali ia muntah saat makanan masuk ke kerongkongannya.
Sementara itu baju toga sudah siap digunakan. Panggung AAC Dayan Dawood Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) akan menjadi saksi bisu perhelatan wisuda mereka. Sayang seribu sayang, hari yang dinanti tinggal harapan kosong. Kakinya tidak akan menginjak panggung megah itu bersama ribuan wisudawan dan wisudawati lainnya. Namanya tidak akan pernah terpanggil melalui loudspeaker besar yang membuat namanya menggema di gedung itu.
Aku tak berani bertanya bagaimana perasaan Caca waktu itu. Tapi tidak terpancar kesedihan di wajahnya. Sikapnya sama seperti hari-hari biasa kala tubuhnya sehat dan bugar. Mungkin selama dirinya sakit selalu dikelilingi orang yang ia sayangi, atau ia menyembunyikan perasaan sebenarnya.
Hari wisuda tiba. Sesaat sebelum tiba, Uci dan Ica sempat video call dengan Caca yang terbaring di rumah sakit Uci menangis mengingat sahabatnya tidak bisa bersamanya. Caca yang seharusnya duduk di samping mereka tidak dapat hadir. Bagaimanapun, mereka sudah berjuang bersama menyelesaikan skripsi sehingga bisa mencapai tahap akhir, yaitu wisuda.
Uci dan Ica ingin memenuhi harapan sahabatnya yang ingin merasakan wisuda. Mereka mendatangi rumah sakit tempat Caca dirawat dan membawa sepaket toga lengkap. Mereka memakaikan Caca toga sambil menahan tangis. "Ca, selamat wisuda ya. Ni kami bawain toga untuk kita foto sama-sama supaya kau ngerasain gimana rasanya pakai toga," kata Uci dan Ica.
Caca akhirnya bisa merasakan wisuda.
Akhirnya hari itu, di depan dokter dan perawat, dengan toga di kepala Caca, ia menjalani prosesi wisuda. Terpancar kebahagiaan mendalam di tengah kondisi Caca yang masih diinfus. Sungguh persahabatan mereka adalah ikatan yang tulus. Mereka tidak perlu menjadi orang lain agar diterima yang lainnya. Menjadi diri dan merasakan nikmatnya berbagi, itulah persahabatan sejati. Begitulah bukti bahwa tiga gadis merasakan aroma kebahagiaan persahabatan.
Bagi kita yang memiliki sahabat, mari ikatan itu kita jaga hingga akhir hayat. Tak ada yang lebih mulia daripada mempererat silaturahmi. Di sisi lain, lika-liku dalam persahabatan selalu ada. Kerinduan yang membuat permasalahan di dalamnya selesai. Mengalir saja seperti air sungai. Permasalahan selesai dengan penuh kesejukan. Mengapa demikian? Karena masalah dengan sahabat luluh melalui rindu berjumpa dan berbicara dengannya.
Kisah yg mengharukan
Terima kasih banyak udah berkunjung.
Mengalir, sangat-sangat mengalir :)
Terima kasih udah membaca. Hehehe.
Pecah, sahabat itu tanpa batas, sakit, sehat sama-sama dirasa.
good job, tulisan yang bermakna..
Benar sekali, Bang Faisal.