Traditional rice pestle

Good morning my friends all hope you all in good health always. At this time I would like to share a post about traditional rice pesters. My purpose is to write this information because so that we know how the past conditions of society to produce rice before the development of modern times as it is today.

The people of Aceh call it * Jingki *. Almost every house in Aceh is * Jingki *. With this tool the people of Aceh pound rice into rice. They pound the rice takes up to three hours to become rice. Very long is not it ?. They work together one to three people for the process. Unlike today, people are starting to use machines for rice mills. It only takes 15 minutes for 50 kg of rice to be rice.

For now, people are starting to rarely use * Jingki * as a rice grinder. However * Jingki * is only used for grinding rice into flour only.

In addition as a tool to pound rice and flour. There is a special meaning in this work, which can also strengthen the relationship of brotherhood between citizens. In because when pounding rice and flour. The community works together, the neighbors are present to help each other with this activity conducted by women. With this they interact with each other so that cultivate the spirit of mutual cooperation and mutual help each other.

In addition, at this time * Jingki * has been mesiumkan to commemorate rice mashing tools traditionally ancient times. If you visit the place of tourist attractions of mesium, or traditional house of Aceh then you definitely find a * jingki * display there.

Here is my story today about * Jingki * as a traditional rice pest of Acehnese society. Thank you very much to all my friends who have visited my post today. If there is a mistake friends can comment here.

Indonesia

Alat penumbuk padi tradisional

Selamat pagi teman-teman saya semua semoga kalian semua dalam keadaan sehat selalu. Pada kali ini saya ingin berbagi sebuah postingan tentang alat penumbuk padi tradisional. Tujuan saya menulis informasi ini karena supaya kita tau bagai mana keadaan dahulu kala masyarakat menghasilkan beras sebelum per-kembangan zaman modern seperti saat ini.

Masyarakat Aceh menyebutnya Jingki. Hampir disetiap rumah warga di Aceh terdapat Jingki. Dengan alat inilah masyarakat Aceh menumbuk padi hingga menjadi beras. Mereka menumbuk padi memerlukan waktu hingga tiga jam untuk menjadi beras. Sangat lama bukan?.Mereka bekerja sama satu hingga tiga orang untuk proses tersebut. Tidak seperti sekarang ini, masyarakat mulai menggunakan mesin untuk penggilingan padi. Hanya memerlukan waktu 15 menit untuk 50 kg padi menjadi beras.

Untuk sekarang ini, masyarakat mulai jarang menggunakan Jingki sebagai alat penggilingan padi. Namun Jingki hanya digunakan untuk penggilingan beras menjadi tepung saja.

Selain sebagai alat untuk menumbuk padi dan tepung. Terdapat makna tersendiri dalam pekerjaan ini, yaitu juga dapat mempererat hubungan persaudaraan antara warga. Di karenakan ketika menumbuk padi dan tepung. Masyarakat bekerja sama, para tetangga turut hadir saling membantu kegiatan ini yang dilakukan oleh kaum perempuan. Dengan ini mereka saling berinteraksi sesama sehingga menumbuhkan semangat bergotong royong dan saling membantu sesama.

Selain itu, saat ini Jingki telah di mesiumkan untuk mengenang alat tumbuk beras secara tradisional zaman dahulu kala. Jika anda berkunjung ketempat-tempat wisata mesium, ataupun rumah adat Aceh maka anda pasti menemukan pajangan jingki disana.

Inilah cerita saya hari ini tentang Jingki sebagai alat penumbuk padi tradisional masyarakat Aceh. Terima kasih banyak kepada teman-teman semua yang telah mengunjungi postingan saya hari ini. Jika ada kesalahan teman-teman dapat berkomentar disini.