BIOGRAPHY_SINGKAT Sejarah Etnis Alas Atjeh Tenggara (1) Raja Lambing Pertama Bermukim di Tanoh Alas
#BIOGRAPHY_SINGKAT
Kutacane-Kata “Alas” sebenarnya diperuntukan bagi seseorang atau etnis (kelompok),sedangkan “daerah alas” yang disebut dengan “tanoh alas” adalah suatu tempat atau lokasi dimana sekelompok orang atau etnis alas menetap atau tinggal. Kata alas sendiri berasal dari nama seorang kepala etnis (cucu dari raja pertama) yang bermukim di tanoh Alas.Menurut catatan sejarah yang pernah ditulis dan diabadikan dalam sebuah buku yang dikarang oleh penulis berkebangsaan Belanda bernama Radermacher (1781:8) sejarah dan Seni Budaya Etnis Alas Ukhang Alas atau khang Alas atau Kalak Alas telah bermukim di lembah Alas jauh sebelum Pemerintah Kolonial Belanda masuk ke Atjeh.
Bila dilihat dari catatan sejarah masuknya Islam ke Tanah Alas, pada tahun 1325 (Effendy, 1960:26) maka jelas penduduk alas ini sudah ada walaupun masih bersifat nomaden dengan menganut kepercayaan animisme.
Seperti yang diungkapkan oleh Buhari Selian, salah seorang anggota DPRK Agara yang pernah menjadi seorang tenaga pendidik (guru) dan mempelajari sejarah etnis alas dari beberapa sepuh yang sekarang sudah wafat.
Desa yang paling tua di Tanah Alas adalah Desa Batu Mbulan dimana Raja pertama yaitu Raja Lambing bermukim dengan keluarganya yang sekarang dikenal dengan nama desa yang sama namun mayoritas penduduk disana saat ini bermarga Selian.
Raja Lambing yaitu keturunan dari Raja Lotung atau dikenal dengan cucu dari Guru Tatae Bulan dari Samosir Tanah Batak, Tatae Bulan adalah saudara kandung dari Raja Sumba. Guru Tatae Bulan mempunyai lima orang anak, yaitu Raja Uti, Saribu Raja, Limbong, Sagala, dan Silau Raja. Saribu Raja adalah merupakan orang tua dari Raja Borbor dan Raja Lotung. Raja Lotung mempuyai tujuh orang anak yaitu, Sinaga, Situmorang, Pandiangan, Nainggolan, Simatupang, Aritonang, dan Siregar atau yang dikenal dengan siampudan atau payampulan.
Sedangkan Pandiangan merupakan moyangnya Pande, Suhut Nihuta, Gultom, Samosir, Harianja, Pakpahan, Sitinjak, Solin di Dairi, Sebayang di Tanah Karo, dan Selian di Tanah Alas, Keluet di Atjeh Selatan.“Berarti Raja Lambing adalah moyang dari marga Sebayang di Tanah Karo dan Selian di Tanah Alas, Raja Lambing merupakan anak yang paling bungsu dari tiga bersaudara yaitu abangnya tertua adalah Raja Patuha di Dairi, dan nomor dua adalah Raja Enggang yang hijrah ke Kluet Aceh Selatan, keturunan dan pengikutnya adalah merga Pinem atau Pinim,”terang Buhari Selian.
Kemudian Raja Lambing hijrah ke Tanah Karo dimana keturunan dan pengikutnya adalah merga Sebayang dengan wilayah dari Tigabinanga hingga ke perbesi dan Gugung Kabupaten Karo.Diperkirakan pada abad ke 12 Raja Lambing hijrah dari Tanah Karo ke Tanah Alas, dan bermukim di Desa Batumbulan, keturunan dan pengikutnya adalah merga Selian. Di Tanah Alas Raja Lambing mempunyai tiga orang anak yaitu Raja Lelo (Raje Lele) keturunan dan pengikutnya ada di Ngkeran (Kecamatan Lawe Alas sekarang).
Kemudian Raja Adeh yang merupakan moyangnya dan pengikutnya orang Kertan (Dikecamatan Darul Hasanah sekarang), dan yang ketiga adalah Raje Kaye yang keturunannya bermukim di Desa Batumbulan (Dikecamatan Babussalam sekarang), termasuk Bathin. Keturunan Raje Lambing di Tanah Alas hingga tahun 2000, telah mempuyai keturunan ke 26 yang tersebar diwilayah Tanah Alas Atjeh Tenggara,Setelah Raja Lambing kemudian menyusul Raja Dewa yang istrinya merupakan putri dari Raja Lambing.
Raja Lambing menyerahkan tampuk kepemimpinan Raja kepada Raja Dewa (menantunya) Yang dikenal dengan nama Malik Ibrahim, yaitu pembawa ajaran Islam yang termashur ke Tanah Alas. Bukti situs sejarah ini masih terdapat di Muara Lawe Sikap Desa Batumbulan,Malik Ibrahim mempunyai satu orang putera yang diberinama ALAS dan hingga tahun 2000 telah mempunyai keturunan ke 27 yang bermukim di wilayah Kabupaten Atjeh Tenggara, Bandar Atjeh, Medan, Malaysia dan tempat lainnya.
Ada hal yang menarik perhatian kesepakatan antara putera Raja Lambing (Raja Adeh, Raja Kaye dan Raje Lele) dengan putra Raja Dewa (Raja Alas) bahwa syi’ar Islam yang dibawa oleh Raja Dewa diterima oleh seluruh kalangan masyarakat Alas, tetapi adat istiadat yang dipunyai oleh Raja Lambing tetap di pakai bersama, ringkasnya hidup dikandung adat mati dikandung hukum (Islam) oleh sebab itu jelas bahwa asimilasi antara adat istiadat dengan kebudayaan suku Alas telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu..[]
Denise All
#Arcitectural_Designer_di
#Bengkel_Sejarah & #Generasi_Muda_2018
Source
Plagiarism is the copying & pasting of others work without giving credit to the original author or artist. Plagiarized posts are considered spam.
Spam is discouraged by the community, and may result in action from the cheetah bot.
More information and tips on sharing content.
If you believe this comment is in error, please contact us in #disputes on Discord
Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
https://paparaninformasi.wordpress.com/2015/01/18/suku-alas/
Congratulations @rajabakoi! You received a personal award!
Click here to view your Board
Do not miss the last post from @steemitboard:
Congratulations @rajabakoi! You received a personal award!
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!