Percakapan Bunda dan Pedekate-nya...

in #fiction6 years ago

IMG_20181215_172841_HDR.jpg

Sore adalah kebahagiaan bagi bundaku. Siang dianggapnya pagi. Pagi itu malam. Sedangkan malam itu ruang bagi dia mengadu segala hal dengan orang-orang. Tapi lebih sering dengan pedekatenya.

Bunda pernah bilang. Dia tidak akan pernah mau mengenang masa lalu. Itu kelam, katanya. Tapi dia percaya pada kenangan. Teras rumah telah dijadikan ruang untuk kenang.

Ia diam.

Hingga suatu ketika aku mendengar sebuah percakapannya dengan pedekatenya.

Di teras rumah;

Bunda: apa kabar bg?

Pedekate: baik dek. Adek apa kabar?

Bunda: baik juga bg?

Pedekate: udah makan dek?

Bunda: udah bg. Abang udah?

Pedekate: udah dek. Kemana aja hari ni?

Bunda: ayolah bg! Jangan formal kali. Mau dikemanakan pendekatan ini kalau percakapannya gini terus.

Pedekate: baiklah. Coba bilang dulu kekmana cara dapatin adek?

Bunda: tinggal ungkap aja kan. Bilang "i love you kek".

Pedekate: aduh!! semudah itu, coba persulit dulu.

Bunda: oke!

Bundaku mematikan hpnya. Dan pedekatenya langsung menelpon lagi. Tapi bundaku tidak mengangkatnya.

Lalu esoknya, pedekate itu mengirim sebuah pesan: kok dimatikan hp-nya semalam?.

Balas bundaku: katanya harus dipersulit. Maka nikmatilah kesulitan ini. Sampai jumpa!

Cuma fiksi. Ngertiin aja, Malming!