Puisi #10 : semangkok bakso dan anak SMA
Sekarang sudah jam 16.30 akhirnya jam kerjaku selesai, untunglah hari ini aku tidak dapat jatah lemburan. Jadi aku bisa pulang cepat apalagi bus terakhir itu hanya sampai jam 19.00 kalau aku lembur sudah pasti aku ketinggalan bus.
Sebenarnya ada beberapa karyawan lama yang searah denganku dan menawarkan untuk pulang bersama tapi, aku masih merasa sungkan. Apalagi mereka adalah laki-laki yang sudah berkeluarga bagaimanapun aku tak ingin dibilang yang aneh-aneh oleh orang-orang. Sudahlah, memang lebih baik aku pulang sendiri dengan pak supir bus.
Aku pun menuju halte terdekat dari kantorku dan masih membawa mawar yang diberikan oleh Rino. Aku sengaja membawanya karena kalau ku tinggalkan atau ku buang pasti aku dimarahi oleh mbak Nita. Dia pasti akan bilang "Amara jangan buang pemberian orang lain, Pamali!".
Aku menunggu di halte sendirian, bunga itu terus saja ku pandangi. Terkadang aku berpikir apakah sikap ku tadi siang terlalu kasar terhadap Rino? Rino sepertinya tulus dengan pemberian ini, tapi kenapa aku masih belum bisa membuka diri terhadapnya? Sejujurnya saja aku masih ada perasaan dengannya. Apalagi semenjak dia datang menemuiku, tapi kepercayaan ku telah dia rusak sedemikian. Dan aku tak bisa memberikan perasaan yang sama seperti dulu.
Masih dalam lamunanku tanpa sadar didepan ku ternya ada orang lain yang sedang memperhatikan ku. Seorang dengan menggunakan sneaker dan celana abu-abu, dari bawah sepertinya dia anak SMA. Akupun mendongakkan kepala ku dan ternyata benar, dia anak SMA. Anak SMA yang bernama Kevin dan dia sangat menyebalkan.
"Sepertinya kakak sedang galau" ucap si Kevin.
"Apa urusanmu?" Jawabku ketus sekali.
"Aneh biasanya cewek kalau dikasih buka pasti ekspresinya bahagia atau nggak tersenyum gitu. Tapi kakak kok terlihat murung" tanyanya SKSD gitu dan mengambil posisi duduk di sebelah ku.
"Kamu kepo sekali ya dengan urusan pribadi ku" jawabku ketus lagi.
"Kak dilihat dari raut wajahmu saja udah ketahuan kalau kakak sedang galau" ucapnya dengan gaya layaknya orang dewasa.
"Hari ini kenapa nyebelin bangettttt" ucapku karena gemas dengan suasana saat itu. Akupun memilih turun dari halte dan berjalan menjauh. Kedatangan si Kevin membuat suasana hatiku semakin buruk saat itu. Aku terus berjalan, awalnya aku kira aku berjalan menuju kantor tapi ternyata aku berjalan menuju arah yang berlawanan.
Karena emosional ku yang sangat tinggi, tiba-tiba ada bunyi klakson motor. Dan seketika itu juga ada seseorang dari belakang yang menarik tangan ku sehingga aku melangkah mundur. "Ati-ati dong mbak, ini tuh jalanan umum. Kalau nyebrang lihat kanan kiri!!!" Ucap bapak pengendara motor tadi dan kemudian dia berlalu begitu saja. Sungguh kenapa aku ceroboh sekali hanya karena perasaan ku yang kalut aku jadi membahayakan diriku sendiri. Kemudian aku segera membalikan badanku, ternyata orang yang menyelamatkan ku adalah di Kevin anak SMA yang menyebalkan itu.
Sumber gambar : ndoromoe.files.wordpress.com/2015/07/asyik-ngobrol-mojok.jpg
Sebagai ucapan terima kasih akhirnya aku mentraktir dia makan bakso di dekat halte. Terlihat Kevin makan begitu lahap sekali, sepertinya dia tidak makan seharian.
Sumber gambar : makanbarengmelissa.files.wordpress.com/2015/07/p_20150704_124959.jpg
"Apa kamu masih lapar? Kalau masih aku pesankan satu mangkok lagi" Tanyaku.
"Sepertinya tidak perlu kak ini sudah cukup kenyang bagiku. Lagipula pasti kalau sampai rumah aku akan makan lagi, aku tidak ingin terlalu kenyang takutnya makanan dirumah tidak termakan" jelasnya sambil menyeruput kuah bakso.
"Atau mungkin kamu mau baksoku? Hari ini aku benar-benar tidak nafsu makan" ucapku.
"Makanlah kak, karena obat sakit hati hanyalah makan. Jangan sampai karena galau besar kakak jadi lupa dengan diri kakak sendiri" jelasnya yang sok menasehati.
"Kenapa tidak segera pulang ke rumah? Biasanya anak sekolah sepertimu pulang yang paling depan" ucapku.
"Hmmmm kayaknya kakak ini menilaiku hanya dari penampilan saja, meskipun tampilan ku seperti preman SMA tapi sebenarnya aku si jenius di SMA" ucapnya dengan gaya yang sombong, mendengar apa yang dia katakan membuatku tergelitik dan ingin tertawa. Rasanya memang tidak mungkin dia benar anak yang jenius di sekolah.
"Kakak ini pasti gak percaya, cari saja namaku Kevin Bramasta di google. Pasti kakak bakal langsung percaya" ucapnya yang semakin sombong.
"Sudahlah ayo segera pulang, aku ngga mau nanti ketinggalan bus" ucapku mengajak si Kevin itu pulang karena aku gak mau pulang malam apalagi sampai ketinggalan bus gara-gara dia.
Aku memanggil pelayan tukang bakso itu kali ini pertemuan ku dengan Kevin tidak semenyebalkan biasanya. Aku dan dia lalu pamit pergi menuju halte bus terdekat dan pulang bersama. Selama perjalanan pulang kami jadi sering mengobrol, dia tipekal orang yang humble, terlihat bagaimana dia mengajakku ngobrol dan membuat ku tertawa.
"Eh aku turun di halte depan dik, kita pisah disini ya. Aku duluan" ucapku berpamitan dengan Kevin.
Akupun meminta petugas bus untuk memberhentikan di halte berikutnya. Dan kemudian bus berhenti. Akupun turun dari bus dan berjalan menuju kostku, tapi kenapa rasanya ada orang yang membuntuti ku dari belakang? Tanpa berpikir panjang aku langsung memutar balik badanku. Dan ternyata itu adalah Kevin.
"Astaghfirullah, kenapa ngikutin aku pulang?!" Ucapku yang mulai curiga.
"Santai kak, aku nggak bermaksud jahat" ucap Kevin
"Lha terus bermaksud apa?" Tanyaku dengan galak
"Aku hanya mengkhawatirkan mu saja kak. Aku tahu sebenarnya Kakak sedang patah hati dengan seseorang dan aku khawatir kalau kakak tidak pulang dengan selamat, entah karena kecerobohan kakak yang gak hati-hati atau malah nanti kakak berniat bunuh diri" jelasnya cukup panjang.
"Ehhh... Aku gak mungkin sampe bunuh diri gara-gara galau" ucapku sambil memukul tangannya.
"Syukurlah kalo gitu. Aku tak menyangka ternyata kakak seperti anak SMA yang biasanya aku kenal di kelas" ucap Kevin.
"Maksudnya?" Tanyaku tak mengerti
"Sama seperti anak perempuan lainnya, aku pikir diusia kakak yang sekarang kakak sudah lelah dengan yang namanya drama cinta kehidupan tapi ternyata sama saja dengan temenku dikelas. Apa mungkin karena watak wanita kebanyakan hampir sama ya?" Ucap Kevin dan aku masih tidak paham apakah dia bermaksud melecehkan ku yang udah tua tapi masih galau-galau aja?
"Eh maksudnya gimana?" Tanyaku dengan galak lagi.
"Hehehe sudahlah kak lupakan saja yang aku katakan. Aku senang melihat kakak kembali galak, sepertinya kakak sudah baik-baik saja. jadi aku tak perlu khawatir lagi. Hati-hati dijalan, lain kali aku akan mengantar kakak sampai ke rumah, tunggu saja" ucap si Kevin dan langsung berlari kembali ke halte. Aku belum masih berdiri disitu memastikan Kevin benar-benar naik bus dan tidak mengikuti ku lagi. Meskipun kemarin dia menyebalkan tapi entah kenapa saat ngobrol dengan dia aku jadi sedikit lupa dengan perasaan ku terhadap Rino. Lebih baik aku segera pulang ke kost-an, tiba-tiba aku jadi sangat rindu dengan Tina.