Puisi #24 : Kehilangan

in #freewriting6 years ago


Sumber gambar :
https://www.madjongke.com/2017/12/jangan-salahkan-dia-yang-menghilang.html?m=1

Percakapan siang tadi rasanya semakin membuatku teringat akan Kevin. Apa yang salah? Tidak ada ada yang salah dari apa yang ku katakan bukan? Kevin memang tidak cocok untukku. Dia terlalu muda, dia tidak akan siap untuk menanggapi kedewasaanku.
Apa iya aku bisa hidup bersama dengan orang yang seperti adik ku sendiri? Ini mungkin sangat sulit. Tapi, sepertinya Kevin terlalu sakit hati denganku. Apa dia akan baik-baik saja? Aku harus yakin dengan menolaknya dia pasti akan menemukan wanita lain yang jelas sebaya dengannya.
Seminggu ku lalui hari tanpa Kevin, kemudian rasanya memang sedikit aneh. Yang biasanya setiap pagi memintaku untuk berangkat bersama, siang meminta untuk makan siang bersama. Sore selalu datang ke kantorku untuk pulang bersama dan malamnya dia menghampiriku untuk menemaninya belajar.
Rasanya hampir sepertiga waktuku setiap hari aku gunakan untuk bersama Kevin. Tapi lama kelamaan aku akan terbiasa. Tunggu saja sebulan lagi aku tidak akan memikirkannya lagi.

Pagi ini aku harus ke kantor agak pagi. Aku bersiap dengan berdandan tipis seperti biasanya. Setelah menghabiskan waktu 30 menit akhirnya aku siap untuk berangkat. Aku menuju motorku yang ada digarasi, tapi saat ku coba menyalakan mesinnya kenapa tidak bisa? Aku mencoba menyalakannya beberapa kali tapi tetap saja tidak bisa. Sepertinya motorku mogok lagi, untuk mempercepat waktu aku putuskan untuk berangkat menaiki bus. Sudah seperti biasanya sebelum berangkat aku menyerahkan kunci motor dan STNK ke Tina.
Aku bergegas menuju hakte dekat kost, nafasku rasanya hampir habis untuk berlari dari kost sampai halte bus. Tak berapa lama aku menunggu bus yang mengarah ke kantorku pun datang.

Didalam bu terlihat banyak sekali anak SMA disana, suasananya cukup ramai juga. Ini mengingatku saat aju pertama kalinya bertemu Kevin di Bus. Kami mengobrol bersama saat itu dan sifatku sungguh sangat jutek kepadanya. Dulu hampir setiap hari kami naik bus dan sekarang aku hanya menaiki bus ini sendirian ditengah keramaian aku hanya bisa mengamati orang-orang didalam bus, ada yang mengobrol dan ada juga yang sibuk dengan ponsel nya masinh-masing. Suasan begitu ramai tapi hatiku terasa sepi.
Perjalanan menuju kantor cukup lancar dan akhirnya sampai tepat 07.30 kondisi kantor masih sepi yang ada hanya beberapa cleaning service. Aku menuju meja kerja ku, terlihat disebelahku barang-barang mbak Nita sudah rapi tersimpan dalam kardus. Baru 3 hari lalu mbak Nita berhenti bekerja di kantor. Rasanya aku tambah sedih aku telah kehilangan sosok Kevin sekarang aku harus kehilangan mbak Nita. Mereka berdua adalah pendengar terbaikku. Setelah ini siapa lagi yang bisa ku ajak cerita? Tak ada yang seseru mereka. Aku terus memandangi laptopku, tak ada yang bisa ku ketik, tak ada yang bisa ku lakukan.
Rasanya badanku memang siap untuk bekerja tapi hati rasanya belum siap. Aku terus saja melamun dan mengamati layarku laptopku. Hingga ada suara keras yang mengagetkanku.
"Doorrrr!" ucap seseorang dari belakang ku dengan suara agak keras. Akupun langsung kaget dan membalikan badanku. Siapa sih orang yang iseng banget di kantor?
"Cie ngelamun aja nok" ucap orang itu dan kemudian duduk di sampingku.
"Astagfirullah, mbak Nita ngapain sih ngagetin orang"
"Haha, habisnya aku gemes dari tadi kamu ngalamun terus ok. Nanti kalau ketahuan pak Haidar gimana?"
"Ya pura-pura kerja aja. Paling juga dia ngomel dan ngasih ceramah kayak biasanya"
"Ngalamunin apa sih nok, sini cerita sama aku? Tentang Rino lagi?"
"Bukan Rino kali ini mbak"
"Siapa Kevin?"
"Iya" ucapku sambil sedikit tersenyum kecut karena pusing dengan kelakuan Kevin.
"Emanh si Kevin kenapa?"
"Dia suka sama aku mbak, dia juga udah nembak aku"
"Hah? Beneran? terus-terus?"
"Ya terus aku tolak lah"
"Kenapa di tolak?"
"Mbak, aku dan Kevin selisihnya 6 tahun. Apa kata orang-orang kalau kita bersama? Yang ada mereka bilang kalau aku pedofillia lah, atau tante-tante suka sama brondong la, atau apalah"
"Cuma itu aja"
"Mbak Kevin terlalu kekanak-kanakan buat aku. Yang aku perlukan itu sosok dewasa yang bisa men-support ku. Dan Kevin tidak cocok sepertinya dia terlalu muda dan tak mengerti dunia luar"
"Terus kalau Kevin nggak cocok, kamu cocoknya sama Rino mantan kamu itu?"
"Ya bukan Rino juga kali mbak. Aku sama Rino sekarang berteman dan berpatner itu saja"
"Lha terus siapa Kamu tuh terlalu pemilih deh. Nanti gak nikah-nikah loh"
"Enggak tahu deh mbak, akhir-akhir ini setelah pikiranku terpenuhi dengan Kevin"
"Kevin lagi, emang kenapa bukannya udah kamu tolak"
"Iya tapi setelah itu aku gak pernah lihat dia lagi. Padahal dulu hampir setiap hari dia gangguin aku. Dan hampir setiap hari juga aku memarahinya"
"Jadi?"
"Akhir-akhir ini aku kepikiran bagaimana jika aku bersama Kevin apa dia mampu mengikuti kedewasaanku? Lagipula Kisah cinta Raffi Ahmad sama Yuni Shara aja juga putus"
"Duh kamu ini sebenarnya gimana sih? Kalau kamu memang suka sama Kevin jangan melihat selisih diantara kalian dong. Kamu nyontohnya yang buruk, Amara diluar sana masih banyak loh cinta mereka berbeda usia tapi mereka tetep bahagia"
"Tapi Mbak"
"Tapi kenapa takut dengan tanggapan orang-orang? Selisih ku dengan suamiku itu 2 tahun lebih muda. Tapi apa itu masalah enggak. Kami tetap bersama dan menikah"
"Tapi mbak Kevin tuh beda"
"Amara, aku tahu Kevin itu berbeda dengan suamiku sekarang dari usia Kevin yang jauh lebih muda dan aku tahu kamu akan beranggapan banyak. Tapi yang jelas kamu pikirkan adalah perasaanmu. Siapa yang benar-benar ada di hatimu? Rino mantanmu itu kah? Atau malah Kevin. Jangan buat dirimu terlalu banyak berpikir untuk memilih. Mencari pasangan itu bukan hanya dipikirkan tapi juga dirasakan dengan hati"
"Aku gak tahu mbak harus gimana?"
"Yang perlu kamu yakini siapa yang benar ada dihatimu. Kevin atau Rino. Temui mereka berdua dan biar hatimu yang merasakannya"
Akupun mengangguk dan kamipun berpelukan. Sungguh hatiku benar lega setelah bertemu dengan mbak Nita, rasanya memang hanya dia yang mengerti apa yang ku rasakan. Dia adalah kakak yang bisa memberikan saran untukku dia bukan lagi patner kerjaku atau sahabat tapi dia adalah kakakku.

Setelah pulang dari kantor aku putuskan untuk bertemu dengan Kevin. Aku bingung harus bertemu dia dengan alasan apa? Aku tidak mau menemuinya dengan alasan aku ingin memastikan perasaanku padanya, itu sama saja aku memberikan harapan yang belum pasti pada Kevin.

Ahh.. Aku ingat souvenir pernikahan mbak Nita milik Kevin masih berada di kamar ku. Lebih baik aku memberikannya kepada Kevin sekarang. Aku mencoba memeriksa laci meja kerja, sepertinya aku menaruh benda itu disitu. Yeay, ketemu! saatnya ku temui Kevin di kostnya.
Aku mencoba mengetuk pintu Kost dan berteriak memanggil Kevin. Ini adalah pertama kalinya aku melakukan hal seperti ini. Padahal dulu Kevin sering banget melakukan ini di Kostku. Aku terus saja mengetuk pintu berharap Kevin mendengarnya dan segera membukakan pintu. Tapi yang kudapati adalah ibu kost Kevin. Untunglah aku mengenal ibu kost itu dan dia tidak memarahiku seperti gadis lain yang main ke kost putra.
"Eh mbak Amara ada apa?" tanya ibu kost.
"Eh ibu. Kevinnya ada bu?" tanyaku sedikit malu-malu.
"Mas Kevin udah pindah kostan dari 4 hari yang lalu mbak"
"Hah? Pindah kostan bu?"
"Iya, katanya sekarang dia tinggal nunggu pengumuman Hasil UN sama Ujian beasiswa perguruan tinggi jadi dia gak perlu ngekost"
"Hah? Beneran bu? Apa dia nggak mampir ke sini lagi?"
"Kayaknya nggak mbak, soalnya semua barang-barangnya udah diambil"
Akupun hanya terdiam dan tak tahu harus bagaimana? Aku mencoba merogoh Ponsel ku yang ada di saku celana. Belurang kali menghubungi nomer Kevin, dengan harapan dia mengangkatnya dan aku bisa berbicara dengannya. Sudah 10 kali aku menelponnya tapi tetap saja nomernya tidak aktif. Aku berusaha mengirim pesan padanya menanyakan dimana dia? Kenapa dia pergi begitu saja? Kenapa dia begini? Kamu jahat Kevin!! Tapi tak ada satu pun yang terbalas, aku mencoba beralih ke sosial medianya tapi sepertinya aku telah di blokir. Kenapa? Dia keterlaluan sekali, aku tidak pernah mengetahui dimana rumahmu? Tapi kenapa kamu pergi meninggalkanku? Kenapa kamu sejahat ini? Apa salah jika aku menolak mu sehingga kamu seperti ini?
"Mbak Amara" ucap Bu kost yang menepuk pundak ku.
"Ah iya bu gimana?"
"Saya baru inget, sebelum beres-beres mas Kevin nitip surat ini untuk mbak Amara. Tolong diterima ya mbak" ucap Bu kost yang memberikan ku sebuah amplop kecil yang berisikan kertas.

Apa-apaan ini memang dia siapa? Pergi begitu saja dan hanya meninggalkan sebuah surat. Itu tidak akan cukup membantu ku Kevin!
Akupun kembali ke kamar kostku, ku baca surat tersebut dengan pelahan dan kuamati setiap kata yang tertulis di dalamnya.

-Untuk Kak Amara-

Bagiku kau bukan hanya sekedar wanita dewasa saja
Yang jelas kau lebih indah
Aku ingin sekali merengkuhmu dengan hangat
Tapi sayangnya aku tak mampu.
Sebenarnya aku selalu bertanya?
Apa salahnya jika aku berbeda darimu?
Apa salahnya dengan perbedaan ini?
Aku selalu berusaha meyakinkanmu jika perbedaan itu indah
Tapi yang ku dapat hanyalah jarak yang memisahkan
Perbedaan yang harusnya tak berpengaruh bagiku
Kini membuatku sangat rindu padamu
Kini aku tak bisa bersamamu melihatmu saja itu dari jauh
Perbedaan ini membuatku tahu sebesar apa cintaku padamu
Dan kamu tak akan mengerti itu

-Kevin-

Apa?? Kenapa bukan alamat rumahnya yang tertulis?? Kenapa hanya bualan konyol seperti ini?? Aku tidak butuh ini Kevin! Aku butuh menemuimu. Kamu jahat sekali! Kenapa tidak pamit padaku!! Kenapa kamu menghilang disaat aku mencoba meyakinkan hatiku padamu!! Aku kecewa padamu Kevin. Kali ini aku tidak akan mencarimu, aku tidak akan membuang malam-malam ku untuk mencarimu seperti dulu. Kamu terlalu jahat sekarang. Aku tak bisa berhenti menangisi Kevin di kamar. Aku terus saja menangis. Sampai Tina saja tak bisa menenangkanku. Aku tahu Tina pasti bingung denganku, begitupun aku tak tahu kenapa bisa seperti ini.

Sort:  

Salam kenal Kak, wah dr Semarang ya? Satu provinsi kita Kak hehe

Posted using Partiko Android