Wisata Hati : Makam Teungku Ahmad Khatib Langien, Salah Satu Ulama Kitab Lapan
Lueng Putu, Pidie Jaya, Aceh, Indonesia
Syeikh Muhammad bin Khatib Al-Langien (Teungku Ahmad Khatib Langien) merupakan salah satu tokoh ulama kharismatik Aceh, beliau juga pengarang kitab yang handal. Kitab karangan beliau masih tetap dibaca sampai sekarang dan sudah tersebar di tingkat Asia Tenggara. Salah satu kitab karangannya yang sangat terkenal sampai sekarang adalah “Dawaul Qulub”, yang diselesaikan tahun jiim, hari sabtu, bulan Rabiul Akhir, atau sekitar tahun 1237 H/1821 M, atau pada masa pemerintahan Sultan Husen Alaidin Jauhar Alam syah (1209-1238 H, 1795-1823 M).
Dok. Pribadi
Kitab “Dawaul Qulub” sendiri bisa di terjemahkan berarti obat segala hati dari segala aib. Dari segi kandungannya secara keseluruhan banyak persamaan dengan Hidayatus Salikin karya Syeikh Abdus Samad Palembang, dan Dawaul Qulub menjadi kitab ke tujuh dalam Kitab Jam’u Jawami’il Mushannifat atau yang di kenal dengan nama kitab lapan.
Jika diperhatikan tahun penyelesaian kitab yang di karang pada tahun 1237 H/1821 M, dapat di simpulkan bahwa Tgk Ahmad Khatib Langien hidup di masa yang sama dengan Syeikh Abdullah Asyi yang merupakan pengarang kitab Syifaul Qulub yang di selesaikan tahun 1225 H/1810 M.
Dok. Beulangong Tanoh Team
Dalam kitab Lapan terdapat beberapa kitab yang telah di himpun dan disatukan oleh Syeikh Ismail bin Abdul Mutthalib Al-Asyi, di antaranya:
- Hidayatul Awan karya Syeikh Jalaluddin bin Kamaluddin Asyi, Faraidh al-Quran tanpa pengarang.
- Kasyiful Kiram karya Syeikh Muhammad Zain bin Jalaluddin Asyi, Talkhisul Falah karya Syeikh Muhammad Zain bin Jalaluddin Asyi
3.Syifaul Qulub karya Arif Billah Syeikh Abdullah Baid Asyi, Mawaizhul Badi’ah karya Syeikh Abdur Rauf Fansuri As-singkily. - Dawaul Qulub karya Syeikh Muhammad bin Syeikh Khatib Langien Asyi, I’lamul Muttaqin karya Syeikh Jamaluddin bin Syeikh Abdullah Asyi.
Tgk. Ahmad Khatib Langien menggambarkan bahwa Ulama Aceh dulu begitu produktif serta memberi konstribusi yang amat sangat berarti bagi pemikiran keislaman di Aceh dan sekitarnya. Kita berharap agar masyarakat pada umumnya, terutama Pemerintah untuk mengapresiasi karya para ulama-ulama Aceh masa lalu dan masa sekarang.