The Diary Game | 04 Desember 2024 - Dodolan dan Printilan
Halo Steemians
Setiap hari Rabu, jam 9 pagi sampai dzuhur, Saya punya aktifitas mengaji bareng teman-teman se-RT yang tergabung dalam grup "Khadijah". Saya baru bergabung di awal tahun ini setelah diajak oleh Bu Nila (yang pakai jilbab biru muda, ayah beliau orang Aceh, tapi sama sekali tidak bisa berbahasa Aceh karena lahir besar di Jakarta). Aturan main grup ini sangat sederhana. Kami akan bergiliran menjadi host setiap minggunya, ada 12 orang anggota. Setiap kali pengajian, masing-masing anggota akan membawa makanan yang tidak pernah ditentukan bentuknya, semampunya, seikhlasnya. Kadang-kadang, tuan rumah akan menyediakan makan siang namun itu sangat tergantung pada kemudahan yang mereka miliki, karena itu bukan perkara wajib.
Saya memulai hari dengan bangun untuk Shalat subuh yang agak terlambat, karena semalam tidurnya sekitar jam 2 pagi setelah bikin postingan sebelumnya. Adzan subuh di Pamulang sekitar jam 04:10 dan saya terbangun sejam setelahnya. Setelah Shalat, karena masih mengantuk lanjut tidur dulu sampai terbangun dengan alami pada jam 08:30. Ada waktu untuk siap-siap, shalat dhuha dan baru benaran keluar rumah dengan ditemani Maslakoe jam 9:10. Tumben, diantar? karena Maslakoe @dipoabasch nggak tega melihat Masbinoe-nya bawa 10 sisir pisang dalam kondisi cuaca gerimis, bergamis manis seperti anak gadis. Meskipun jarak dari rumah saya ke rumah Mbak Menik yang menjadi tuan rumah hanya 50 meter. Alhamdulillah, jadi peserta pertama yang hadir.
Tak lama kemudian anggota yang lain berdatangan dengan "tentengan" masing-masing dan pengajian pun dimulai dengan Saya bertindak sebagai pembuka acara lalu dilanjutkan dengan murajaah surat At-Takwir (QS:81). Karena sudah 2 pengajian sebelumnya tidak ada pelajaran tahsin yang baru, maka minggu ini disepakati untuk belajar dulu sebelum tadarus. Kami belajar tajwid pakai metode "Ummi" yang sudah sampai pada bagian Mad Far'i yang ke-9, yaitu Mad Lazim Mutsaqqol Kalimi, ke-10 Mad Lazim Mukhoffaf Kalimi, ke-11 Mad Lazim Mutsaqqof Harfi dan ke-12 Mad Lazim Mukhoffaf Harfi. Jujur saja, saat Saya belajar mengaji dengan guru di kampung, saya tidak diajarkan khusus tentang Mad ini, hanya diberitahu cara bacanya tanpa dijelaskan Mad apa itu. Jadi senang saja ketika belajar lagi, jadi semakin lancar saat mengaji sendiri.setelah pelajaran singkat, lanjut dengan tadarus dan selesai pada saat adzan dzuhur jam 12:00. Biasanya akan dilanjutkan dengan shalat berjama'ah, namun hari ini karena semua sepakat untuk shalat dirumah masing-masing, maka sambil menikmati hidangan dan melakukan "operasi plastik" alias bungkus-bungkus makanan untuk dibawa pulang aka dodolan yang dibawa masing-masing tadi, kami mendengarkan cerita pengalaman Mbak Menik saat melaksanakan Umrah minggu lalu.
Kembali ke rumah pada pukul 13:00, saya dahulukan shalat dzuhur lalu berdiskusi dengan maslakoe tentang apa yang akan jadi menu makan siang. Tukang sayur langganan sudah 3 hari tidak berjualan tanpa kabar, stok bahan makanan di kulkas juga tidak bisa diolah dengan bebas. Akhirnya saya memutuskan untuk menyuguhkan Mie Cuwe yang diberikan oleh Mbak Menik sebagai makan siang Bapak dan Maslakoe. disepakati lah bahwa bila tidak hujan, kita akan keluar untuk membeli bahan makanan di warung sayur di blok sebelah. Saya lalu beres-beres ruangan kerja yang sudah 2 tahun tidak saya pedulikan karena memang tidak ingin menyentuh laptop.
Sampai jam 17:00, Saya melanjutkan aktifitas saya online di Steemit, membaca, berkomentar sambil berusaha mengenali lingkungan steemit yang terasa seperti baru dengan situasi yang tidak terlalu jauh berbeda, sepi komentator. Menjelang Magrib, Jam 17:30, baru ingat bahwa saya belum belanja dan masak, sementara suara orang mengaji sudah terdengar lantang dari Mesjid seberang rumah. Tanpa banyak pikir lagi, Saya langsung pesan go-food saja lah.
Biasanya saya akan menghabiskan waktu shalat maghrib sampai Isya di Mesjid, namun karena tidak dapat izin pergi, gerimis juga masih turun dengan setia dari pagi tadi, Saya shalat dirumah saja. Setelah selesai shalat, Kurir berteriak dari luar rumah "permisi, pakeeeeeettttt... Mbak Cici!!", dengan penuh semangat anak mudanya menyambut sang kurir bernama Deni sambil nyengir. Waahh.. printilanku datang!!
Sebelumnya saya sudah beli dengan harga 25K(termasuk ongkir) yang ternyata tokonya ada di Medan. Lalu saya penasaran dengan barang itu yang berharga 7K tapi dikirim dari Surabaya, apakah barangnya berbeda kualitas. Dengan pikiran bahwa beli banyak juga nggak bakal mubazir karena bisa dipinjamkan atau dihadiahkan buat teman-teman berenang Saya, maka printilan ini sampai ditangan hari ini. 4 set seharga 26K yang lama pengirimannya 5 hari, sama seperti yang dari Medan. Setelah menyelesaikan pesanan dan bongkar kardus sebagai bukti bahwa barang sudah diterima, mata saya nyangkut pada sebuah printilan lainnya.
Saya memang agak keranjingan belanja online, beli sabun saja nggak ke Supermarket lagi. Kadang mau masak, minyak habis, garam habis. Mau minta tolong Maslakoe keluar belikan, kadang hujan pula. Akhirnya go-mart aja pakai aplikasi gojek. Ini mudah dilakukan kalau saldo gopay juga tersedia. Sudah jarang megang uang tunai selama 3 tahun terakhir ini. Jadi begitulah, karena ada suatu keadaan yang belum bisa saya jelaskan disini (masih menunggu proses hukum mungkin), saya jadi harus mulai kembali ke ekosistem yang sudah saya tinggalkan selama 3 tahun terakhir ini. Saya menggunakan steem yang sempat saya powerdown untuk mengisi saldo seabank dan gopay. Banyak transaksi yang terjadi di sekitar saya sekarang sifatnya cashless/non-tunai. Belanja di Tukang Sayur saja bayarnya lewat transfer atau Qris. Bayar uang masuk kolam renang, transfer, arisan transfer. Jadi sangat tergantung pada aplikasi dan ketersediaan dana di rekening. Memudahkan iya, tapi harus ekstra hati-hati jangan sampai kehilangan telepon genggam atau kunci ke setiap aplikasi yang ada didalamnya.
Hampir semua aktifitas perbankan bisa dilakukan sambil rebahan, maka harus cari cara untuk menghasilkan uang sambil rebahan juga kan?. Saya sedang menunggu kabar dari teman mantan sesama support staf splinterlands yang berasal dari Inggris sekarang buka Cafe di Bangkok. Beberapa hari yang lalu dia menawarkan pekerjaan yang bisa dikerjakan sambil rebahan. Tapi entahlah, Saya belum memutuskan untuk setuju karena pengalaman terakhir saya menerima pekerjaan yang dikerjakan sambil rebahan adalah kehilangan tabungan 6 juta rupiah.
Begitulah aktifitas saya hari ini, yang berakhir dengan membuat postingan ini (sementara) karena saya masih harus menyiapkan postingan lain untuk mengumpulkan recehan di platform lain juga. Saya harus akui bahwa steemit bisa membuat saya lega karena pada saat darurat kemarin, saya bisa mengatasi masalah keuangan saya walaupun hanya 25% dari total kebutuhan saat itu. Alhamdulillah, dari yang tidak pernah kirim steem ke toko crypto, jual Steem beli eth, lalu jual eth beli IDR dan IDR dikirim ke rekening, semuanya berjalan lancar dalam sekali duduk. Steemit ini seperti "celengan" yang tidak tersentuh sebelumnya. Pada saat darurat, ternyata sangat berguna. Kalau sudah begini, bagaimana saya bisa meninggalkan platform ini lagi?
Hari ini memang belum berakhir, tetapi saya harus menutup postingan ini. Insya Allah, ini adalah postingan the diary games perrtama saya sejak kembali ke steemit. Belum tahu apakah saya masih akan membuat positngan seperti ini lagi lain waktu. Saya masih harus banyak belajar tentang steemit sekarang, kembali ke posisi anak baru dan abaikan reputasi itu. itu hanya sesuatu yang tidak signifikan dengan isi rekening.
Masih on fire aja ni kak.. Salute!
gak on fire kali, cuma lagi mood anak mudanya. kebetulan semua bahan lagi ada buat dijadikan jejak kenangan, ini disebut semangat ngumpulin receh demi jajan online..hahaha.. apa kabar?
Kabar rada2 boleh lah ni kak. Pengen comeback juga ni kak. Masih malu2 mau dia...hahaha! Sehat kak?