Drs. Isa Alima Ajak Warga Pidie: Lima Bungkus dari Setiap Rumah, Ribuan Harapan untuk Pengungsi Pijay

in Steem SEA16 hours ago

IMG-20251230-WA0069.jpg

Pidie, 30 Desember 2025 — Di tengah hujan yang terus turun dan banjir yang kembali meninggi, suara kemanusiaan menggema dari Kabupaten Pidie. Drs. Isa Alima, Pemerhati Sosial dan Kebijakan Publik Aceh, mengajak masyarakat Kabupaten Pidie yang tidak terdampak banjir untuk menunjukkan solidaritas nyata kepada saudara-saudara mereka yang kini mengungsi akibat banjir di Kabupaten Pidie Jaya (Pijay).

Ajakan tersebut disampaikan sebagai panggilan nurani, bukan kewajiban. Bentuknya sederhana namun bermakna besar: berbagi nasi bungkus dari rumah masing-masing, minimal lima bungkus per rumah bagi masyarakat yang berkemampuan. Sebuah langkah kecil yang jika dilakukan bersama, akan menjelma menjadi kekuatan kemanusiaan yang besar.

"Lima bungkus nasi dari setiap rumah mungkin terlihat kecil, tapi bagi mereka yang kelaparan di pengungsian, itu adalah ribuan harapan," ujar Isa Alima dengan nada penuh kepedulian.

Menurut Isa Alima, agar gerakan ini berjalan tertib dan tepat sasaran, perlu adanya koordinasi melalui Keuchik Gampong dan Forum Keuchik. Pengumpulan dan penyaluran bantuan dapat diatur per kecamatan, menyesuaikan kemampuan serta kondisi wilayah, sehingga semangat gotong royong tetap terjaga dan bantuan dapat diterima secara merata.

“Ini hanya saran dan ajakan, tidak harus dan tidak memaksa. Namun patut dipertimbangkan, karena di pengungsian ada anak-anak, ibu hamil, dan lansia yang sangat membutuhkan uluran tangan kita,” imbuh Isa Alima.

Ia juga menyampaikan hasil pemantauannya di lapangan, bahwa sejumlah gampong di Kabupaten Pidie telah lebih dahulu mencetuskan gerakan serupa. Warga secara swadaya mengajak sesama untuk menyiapkan dan mengantarkan nasi bungkus ke lokasi pengungsian di Pidie Jaya. Gerakan ini tumbuh dari kesadaran bersama, tanpa hiruk-pikuk, namun nyata manfaatnya bagi para korban banjir.

Dari Dapur ke Dapur: Solidaritas yang Menghangatkan

Di tengah bencana yang memisahkan, solidaritas justru menyatukan. Dari dapur-dapur sederhana masyarakat Pidie, kepedulian mengalir menembus batas wilayah, menguatkan saudara-saudara di Pijay yang tengah diuji. Aroma nasi hangat menjadi simbol harapan dan kebersamaan.

Ketika air meluap dan malam terasa panjang, lima bungkus dari setiap rumah dapat menjadi ribuan harapan—pengingat bahwa kemanusiaan selalu menemukan jalannya di tanah Aceh. Mari bergerak bersama, ulurkan tangan, dan sentuh hati sesama. (CM)