Thediarygame 080124: Tingkah Bungsuku
Selalu ada kenangan untuk diabadikan.
Pagi ini, aku meninggalkan kasur yang selalu kurindukan dengan Hamdallah. Memuji Tuhanku yang masih memberi kesempatan untuk menikmati anugerah-Nya.
Belum azan. Aku bersua sekejab dengan tasbih. Menanti subuh yang hanya beberapa menit lagi. Kau tau dy? Mataku belum berdamai dengan kantuk. Tapi aku melawannya dengan susah payah. Tak ada yang patut diperjuangkan selain bersua dengan Tuhan. Itu patokan wahai mata. Sadarilah itu.
Setelah 2 rakaat dan 2 rakaat, aku membaca sedikit ayat yang diriwayatkan berfaedah bagi hidup dunia dan akhirat diwaktu ini. Waktu usai subuhan. Ingat hai jiwa! Semua harus Lillah.
Meninggalkan kamar dengan mata ingin terpejam aku menuju dapur. Memanaskan nasi dan menggoreng ikan. Aku lapar. Ingin makan. Tak banyak. Hanya sepiring yang tak penuh. Setelahnya aku menjahit selagi menunggu waktu berkoar-koar untuk 2 buah hati yang akan sekolah.
Hampir jam 7 sulungku mendekat. Ia merengek. Minta kutemani mandi. Sekalian membimbing anak perempuanku juga yang lebih banyak alasan.
Jam 7 30 aku mengantar mereka setelah sarapan alakadar. Pulang dengan bungsuku yang sudah membeli bekal. Alias jajan dua rebu.
Tiba di rumah aku mencuci piring lalu bersua dengan mesin jahit. Sebentar-sebentar aku harus meninggalkannya. Bungsuku banyak maunya. Rewelnya lagi kumat.
Hingga setengah 12 aku menyelesaikan menjahit lagi bangun lagi menjahit lagi bangun lagi. Jahitannya, masih banyak.
Aku menuju dapur, emak memintaku keledai apa Doi membeli tempe. Pulangnya, aku membantu emak memasak. Tugasku goreng-goreng. Goreng ikan, tempe dan tahu sambil makan.
Azan terdengar. Aku merampungkan makan siang lalu mengajak anak-anakku shalat. Sulungku bersiap mengaji. Anak perempuanku demam. Ia tidak pergi mengaji. Aku mengajaknya dan bungsuku untuk tidur. Aku pun ikut terlelap.
Hampir jam 3 aku terbangun. Lanjut menjahit. Ingin kurampungkan sore ini. Mudah-mudahan siap.
Aku boleh berencana. Tapi Yang Maha Menentukan Allah. Jahitannya masih belum siap. Bungsuku bangun minta kugendong. Hasilnya, aku meninggalkan lagi mesin jahitku.
Selagi menggendongnya, azan ashar terdengar dari mesjid. Aku mengajak bungsuku kekamar untuk mandi dan shalat. Tapi dia tidak mau. Setengah jam ngeyel dengan rajukannya, akhirnya selamat. Sulungku pulang dan mengajaknya bermain.
Aku menuju kamar. Mandi, shalat dan kembali mengajak bungsuku mandi. Kali ini, dia mau karena mandi dengan abangnya sambil bermain. Selepasnya, aku hanya duduk dengan emak dan adik-adik dihalaman sambil mengawasi anak-anakku bermain. Anak perempuanku pun ingin ikut bermain, padahal masih dalam mode kurang sehat. Melihatnya mulai loncat-loncat aku khawatir demamnya akan kembali. Mudah-mudahan tidak.
Azan berkumandang. Semua meninggalkan halaman. Aku mengajak ke 3 anakku shalat. Bungsuku pun mau. Selepasnya aku makan malam. Menyuapi anak-anakku dan kembali menjahit. Bungsu tak ingin cepat tidur. Ia memintaku menjahit saja. Sedang mereka bermain. Parah memang kelokan pikirannya. Yasudah. Alhamdulillah saja. Karena aku lagi mode malas.
Hampir jam 10 aku mengajak anak-anakku tidur. Bungsuku masih menolak. Dia bilang "mamak ceumeucop Ju lom maaaaak" (mamak menjahit lagi saja maaaaak). luar biasa bukan? Ya. Dia memang begitu adanya.
Dengan rayuan gombal yang menyedihkan, akhirnya ia mau ikut kekamar. Aku dan dua anakku shalat. Bungsuku memilih bermain. Setelahnya aku membaringkan tubuh yang untuk beristirahat.
Rupanya belum. Anak-anakku minta aku bercerita. Aku mengulang kejadian-kejadian keseharian kami yang membuat mereka tertawa. Akhirnya satu persatu tertidur. Tinggal bungsuku yang bicara berputar-putar. Ia masih enggan untuk tidur. Mata yang kupejamkan dibuka paksa sambil tertawa. Entah jam berapa kami tertidur. Entahlah. Yang jelas melewati pukul 00:00.
Salam selangit terbentang yang penuh bintang @dhafwa