The Diary-Game [Minggu, 22 Mei 2022] - Rekreasi Bersama Keluarga di Sabang
Hari Minggu merupakan hari indah bagi keluarga. Bagi kita semua. Selain bersantai ria di rumah, waktu yang ada bisa dimanfaatkan untuk kegiatan rekreasi bersama. Pada hari ini (22/5) Aku bersama keluarga sudah menyusun rencana untuk pergi rekreasi di beberapa lokasi di Sabang. Mumpung keluargaku lengkap. Sempurna hadirnya. Momen indah ini tak akan dilewatkan. Jauh datang dari Kota Medan jangan sampai tak ada catatan keindahan dan kemesraan.
Rencana kami akan pergi ke KM O dan Pantai Iboih serta bersnorkling ria di Pulau Rubiah. Untuk mensukseskan dan merangkul bahagia Aku menghubungi teman yang bernama Ai Dolphin, seorang pemuda yang bekerja sebagai guide bagi para tamu yang akan snorkling dan terkenal di Hasil koordinasi beliau bisa membantu kegiatan rekreasi keluarga setelah pukul 12.00 WIB. Beliau sedang melayani tamu dari Jakarta. Kami sepakat.
Awalnya kami akan berangkat pagi hari namun hasil koordinasi dengan Ai Dolphin maka pukul 10.30 WIB kami berangkat ke KM O terlebih dahulu. Jarak tempuh dari rumah saya, Komplek TNI AL Teuku Umar menuju KM O sekitar 45 menit. Cukup jauh bukan? Tapi karena ingin enjoy maka jauh pun didatangi.
Kami tiba di KM O sekitar pukul 11.15 WIB. Suasana belum ramai. Satu persatu pengunjung tiba. Aura keramaian mulai terasa. Setelah mobil diparkirkan, Kami mampir sesaat dikedai warga yang bangunannya menjorok ke laut. Sambil bercanda bahagia kami mencari kursi tempat duduk. Kebetulan belum ramai. Aku dan istri duduk bersama, Ada anakku duduk di kursi yang bisa langsung memandang lautan.
*Rujak dan seteguk kopi nikmat rasa *
Bersama keluarga santai makan rujak di KM 0
Tempat kami duduk sangat tinggi. Kalau melihat kebawah tampak jurang. Jika jatuh atau bangunan roboh bisa mati. Selain tinggi jaraknya didasar jurang banyak bebatuan besar yang dimandikan air laut. Laut tampak bergelombang apalagi angin kencang sangat terasa. Buih-buih putih diatas permukaan pertanda laut kurang bersahabat.Memang masih bisa ditempuh dan tidak parah amat gelombangnya.
Speedboat Membelah Laut
Aku melihat dari kejauhan sebuah speed boat berwarna putih nekad membelah samudera. Speed boat berukuran kecil yang diawaki dua orang menari kuat diatas gelombang. Berani sekali tanpa pelampung dibadan. Aku memandang kaki gunung. Awan mulai menutup gunung pertanda sebentar lagi akan turun hujan.
Sambil menanti prakiraan hujan dari-Ku, Aku memesan rujak, mie rebus, pisang goreng dan minuman kopi. Rujak di KM O infonya enak sekali. Cara buatnya pun sederhana. Mengisi waktu sebelum berfoto ria di monumen KM O kami pesan rujak, mie rebus, pisang goreng dan kopi. Rujaknya enak bingit. Mie rebusnya kebanyakan cabai hijau, waw pedas. Pisang gorengnya empuk nikmat dan kopinya pahit banget dan musti diberi penyedap gula agar nikmat terasa.
Saat menikmati hidangan tiba-tiba angin kencang plus hujan lebat lewat seketika. Tempias membuat kenikmatan mencicipi hidangan sirna. Hujan karena disapu angin maka sebentar saja. Sebelum melanjutkan kisah untuk foto di monumen makanan dan minuman harus dituntaskan. Untuk rujak sepiring Rp 10.000,-.Mie Aceh harga Rp. 15.000,-.Pisang goreng 2 porsi Rp 20.000,- dan kopi secangkir Rp 6.000,-.
Saat membayar sempat Aku bertanya pada kemana monyet-monyet yang biasanya bergelantungan didahan dan sekali-kali mencuri hand phone pengunjung. Rindu kelakar sang monyet liar.
Pengunjung semakin ramai. Ada komunitas anak muda saling membuat ekspresi diri layaknya kereta api berjalan saling pegang punggung dan tertawa lepas. Aku sempat menyelutuk bahwa ngak bahagia diwaktu kecil. Semua tertawa terpingkal-pingkal.
Bersama keluarga di KM O
Aku beserta keluarga mulai aksi dengan mengambil foto dari segala sisi. Gayanya dari serius hingga lebay plus tertawa bahagia melengkapi arsip foto keluarga. Lokasi KM O dibawah dan Monumen KM O dijadikan sebagai backround indah foto. Monumen ini baru saja direhap sehingga tampak indah dan menjadi tempat representatif untuk berfoto bersama keluarga.
Untuk kesekian kali Aku tak melihat monyet liar. Beberapa bulan yang lalu Aku kemari kalau sudah bawa gorengan atau ada keramaian monyet liar keluar dan datang mendekat. Usai sudah galeri foto dan perjalanan selanjutnya adalah menuju Pantai Iboih.
Sekitar pukul 12.15 WIB kami tiba di Pantai Iboih. Koordinasi tak pernah putus untuk kelancaran kegiatan. Koordinasi mudah diucapkan dan kadangkala sulit diaplikasikan. Butuh orang-orang komitmen untuk mencairkan dan menuntaskan muatan koordinasi.
Waktu duhur tiba dan laksanakan panggilanNya. Selesai barulah Aku jumpa dengan Ai Dolphin yang akan mensukseskan rekreasi kami sekeluarga. Berangkat dari Pantai Iboih dengan mengunakan speedboat miliknya. Gratis pulang pergi dan beberapa alat yang dipinjamnya. Bayar sewa hanya kamera untuk didalam laut dengan biaya Rp 100.000,-.Administrasi wajib Rp 50.000,-. Sewa baju renang buat anakku Sastra Rp 30.000,- dan biaya lainnya total sekitar 330.000,-. Alhamdulillah biaya guide karena sudah kenal tidak mau dibayar.
Memang Aku pernah memberikan pelanggan pada Ai. Aku tak minta bagian dari jasa. Rupanya Ai punya empati tinggi dan balas budi, padahal Aku ikhlas memberi relasi. Silaturahmi diperluas rezeki.Maka rezeki dari Allah melalui Ai Aku nikmati tanpa harus membayar jasa diri. Bisa dibayangkan jika bayar jasa maka sangat berat sekali.Beliau sendiri melayani kami berlima. Menyelam untuk foto berada didalam dan diatas bercanda sama ikan yang berwarna warni hilir mudik didepan mata serta mengelilingi tubuh.
Kegiatan Snorkling di Pulau Rubiah
Lama juga kami melaksanakan snorkling. Anak-anak sangat bahagia. Pengalaman yang tak terlupakan.Kisah di Pulau Rubiah menjadi kenangan. Selama anak-anak betah melihat ikan dalam pengawasan Ai, Aku sendiri asyik memberikan umpan ikan. Mie kuning sebungkus harga Rp 5.000,- asyik Aku bagikan. Ikan semakin banyak datang mengerubuti. Tiba-tiba kakiku merasakan sengatan tajam. Sakit dan berdenyut. Rupanya ada salah seekor ikan mengigit tumit kakiku yang telanjang.Sangat sakit dan langsung berdarah serta mulai bengkak. Aku menepi sambildl dongkol membuang semua umpan ikan. Denyut akibat gigitan ikan semakin terasa. Sakit sekali. Aku tanyakan dengan Ai dan ibu-ibu yang berjualan ikan apa yang usil mengigit. Katanya ikan Cabe-cabe. Bukan cabe-cabean. Kalau cabe-cabean konotasi negatif jika disandang sama insan hawa.
Aku tanyakan obat penghilang nyeri tak ada. Aku diberi segelas air hangat untuk kompres. Ngak mempan. Aku bahkan dianjurkan untuk kencing dan airnya dibasuh pada rasa sakit. Ide tersebut hampir saja kulakukan. Namun ketika pergi ingin buang air seni di WC, batal alias tak jadi. Kamar WC nya sangat bauk pesing, bauk kencing sangat menyengat. Tidak ada air dan banyak botol aqua yang berserakan. Pastilah yang kencing sambil tahan nafas macam orang nak mati membasuh pakai air aqua botol yang dibawa. Tragis sekali. Tak bersih dan tak menjaga kebersihan.
Di Pulau Rubiah hingga saat akhir Aku main dan mandi disana, tak ada air untuk bilas badan. Air tawar nihil. Listrik nihil. Tempat salat ada balai kecil yang sudah direhap. Namun untuk wudhu pakai menimba air disumur dan rasa asin. Bisa juga wudhu di laut. Sungguh tak ada sarana pendukung sarana dan prasarana yang memberikan kenyamanan para penikmat pariwisata. Harapan kedepan hendaknya menjadi perhatian karena hal ini sangat memberi manfaat untuk mengundang para wisatawan lokal dan interlokal.
Bersama Ai Dolfhin teman di Pulau Rubiah
Usai mandi kami bergegas menyeberang kembali ke Pantai Iboih untuk membasuh badan dan laksanakan salat ashar. Ai yang merupakan teman pada hari itu sangat memperlakukan kami dengan istimewa. Usai salat sambil menunggu yang lainnya Aku sempat saling berbagi cerita. Rupanya Ai Dolfhin merupakan salah satu korban banjir bandang tsunami.Namun nyawa beliau seakan dua, Ai selamat. Karena kuasa Allah masih bisa hidup karena logika manusia Ai tak mungkin hidup dengan tengelam diair selama sembilan jam. Enam jam dipusaran air dan 3 jam diatas permukaan air.
Ketika sadar Ai sempat melihat uang ratusan ribu lewat didepan mata. Namun tak diambil karena bukan haknya. Hebat masih bisa berpikir normal. Ai mengambil benda-benda yang dapat mengapung sebagai upaya penyelamatan diri. Lewat buah-buahan barulah dimakan pelan sebagai penganjal lapar dan penyambung hidup. Dengan izin Allah Ai selamat dan sehat hingga saat ini. Oh iya, Ai pernah mendapatkan rezeki nomplok tatkala di sekitar laut Sabang daerah ujung kareng, Ai menemukan muntahan ikan paus dan dijualnya dengan harga sekitar 80 juta-an. Rezeki anak saleh.
Deburan ombak semakin jelas terasa. Semakin sore disebabkan angin kencang memgoda maka laut pun bergemuruh hingga memecah ombak ditepi pantai. Kami pamit dan mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya sama Ai yang sangat banyak membantu. Dan, Ai pun terbuka menyampaikan rasa terima kasih karena saya memberikan langganan baru baginya dalam melayani kegiatan snorkling dan atau menyelam.
Pelan namun pasti Pantai Iboih dan Pulau Rubiah kami tinggalkan. Sambil menikmati suasana sore dengan pemandangan indah mobil agak dipacu cepat melewati jalan penuh kelokan.Takut ketinggalan waktu magrib yang akan tiba. Dan, beruntungnya tatkala pulang lewat jalan Sabang Fair, Anakku sempat mengambil gambar suasana sunset. Indah nian. Betapa bahagianya kami semua dengan jumlah keluarga lengkap bisa melaksanakan rekreasi mengisi waktu liburan di Kota Sabang dengan segala warna warni panorama indah menjadi kisah tak terlupakan bersama keluarga. Terima kasih ya Allah. Terima kasih Ai atas keikhlasannya melengkapi kebahagian kami sekeluarga.***
Assalamualaikum bang.
Agar memiliki pengaruh di platform ini, mohon juga melakukan voting terhadap postingan lainnya serta memberikan komentar untuk minimal 5 postingan steemian lainnya. Sekaligus untuk dapat saling mengenal...🙏
Siap laksanakan Bang