Diary Game Better Life, Rabu, 4 Agustus 2021: Misi Mencari Perwira Belanda Henri Mari Vis

in Steem SEA3 years ago (edited)

Henri Mari Vis, perwira Belanda yang tewas dalam perang melawan pejuang Aceh di Gampong Kunyet, Pidie. Sejarahnya sudah lama tenggelam, saya mencoba mencari kuburannya di Peucut Kerkhoff, Banda Aceh.

Suara pengajian di masjid membangunkanku, pertanda fajar telah tiba. Belum sempat membersihkan diri azan sudah berkumandang, memanggil insan untuk merapatkan shaf. Banyak hal yang harus dilakukan usai menghambakan diri pada Illahi, seabrek kegiatan telah menanti. Dan yang menjadi misi utamaku hari ini adalah mencari kuburannya si Henri Mari Vis.

Usai shalat subuh, aku mulai menyusun agenda. Hal yang pertama dan utama adalah mengantar anak ke sekolah. Kulihat umminya sudah membangunkan si kecil untuk mandi. Sambil menunggu dia sarapan dan pakai baju, kubuka buku sejarah The Dutch Colonial War In Aceh. Ada beberapa nama yang harus kucari di sana dan menjadi catatanku ketika nanti berkunjung ke komplek kuburan Belanda, Peucut Kerkhoff.

kunyet3.jpg
Nama Henri Mari Vis terukir di puncak nisan bermarmer coklat [foto: dok pribadi]

Pukul 07.00 WIB sikecil sudah siap untuk diantar ke sekolah, jarak dari rumah ke sekolah hanya lima menit berkenderaan. Kemudian saya ke warung kopi langganan di Uleekareng, ada beberapa kawan yang sudah menunggu. Apa lagi untuk ke Peucut Kerkhof masih terlalu pagi.

Setelah basa-basi sambil menyeruput kopi pagi dengan tiga kawan di sana, kuajak mereka untuk ikut serta. Tapi tak satu pun yang mau ikut. “Malas ke kuburan, apa lagi kuburan kaphe Belanda,” katanya.

Maka sekitar pukul 08.30 WIB bergeraklah ku sendiri ke sana. Kulihat pagar besi di gerbang Peucut Kerkhoff sudah dibuka, aku segera masuk ke sana. Seorang perempuan paruh baya terlihat menyiram bunga di sekitar kuburan Panglima Perang Belanda Mayor Jenderal JHR Kohler tak jauh dari gerbang utama.

Aku mencoba akrabi perempuan itu dengan sekedar basa-basi. Ia mengaku sudah lama bekerja di sana. Bahkan gaji mereka dikirim langsung dari Belanda melalui Yayasan Peucut Kerkhoff. Tapi perempuan yang mengaku berasal dari Gampong Pangwa Dayah, Trienggadeng, Pidie Jaya ini, mengatakan tak tahu banyak tentang makam-makam di sana.

Ya, ada 2.200 tentara Belanda yang dikuburkan di sana, mulai dari Jenderal hingga prajurit biasa. Tapi saya mendapat informasi penting darinya, ternyata di salah satu sudut Peucut Kerkhoff itu ada beberapa kuburan orang Yahudi yang ikut membantu Belanda dalam perang di Aceh.

Aku bertanya soal Henri Mari Vis padanya, tapi ia mengaku tak tahu dan tak pernah dengar nama itu. ”Hanjeut tapeugah beurangkaho sejarah, hana tabaca buku, uroe nyoe tapeugah meunoe, singoh ka meudeh,” katanya.

kunyet1.jpg
Tulisan di bagian bawah nisan Henri Mari Vis [foto: dok pribadi]

Saya pun kemudian minta izin untuk menelusuri setiap sisi kuburan Belanda tersebut. Melewati jalan beton yang sudah banyak terkelupas tengah kuburan itu, aku menemukan beberapa nama yang sudah familiar di benakku, seperti kuburan Gubernur Militer Belanda Jenderal Pel yang paling menyolok di ujung jalan utama, kuburan De Bruney, calon pengantin yang tewas dalam perang Aceh seminggu sebelum pernikahannya, hingga kuburan Letnan Schoemaker penulis buku Tjerita-Tjerita dari Atjeh.

Dari jalan utama di tengah komplek kuburan itu aku memilih menyisir sisi kanan dulu di sebelah barat. Di ujung jalan sisi barat di tengah komplek sebuah tugu dari marmer berwarna coklat menarik perhatian. Aku segera menuju ke sana. Dan memang ini hari keberuntunganku, di kaki tugu itu kubaca tulisan “Zyne Vrienden En Vereerders in en Buiten Het Leger,” yang artinya "Teman dan kekasih di dalam dan luar angkatan darat." Ini menunjukkan bahwa yang dikuburkan di situ merupakan perwira yang sangat dihormati di kalangan militer Belanda di Aceh.

Keberuntunganku adalah ketika melihat ke bagian batang monument itu tertulis “In Kampong Kunyet Pidie.” Lalu segera ku lihat ke puncak monument itu di sana terukir nama orang yang kucari “Henri Mari Vis.”

kunyet2.jpg
Keterangan tempat Henri Mari Vis meninggal, Kampong Kunyet Pidie, tertulis di bagian batang nisan [foto: dok pribadi]

Segera kudokumentasi prasasti itu, ini sudah cukup sebagai bukti bahwa nama orang yang disuruh cari oleh rekanku di Belanda memang ada di Aceh. Konon itu adalah keluarganya, ia sudah lama ingin ke Indonesia, tapi wabah Covid-19 yang belum reda membuat hal itu tidak terwujud.

Dari Peucut Kerkhoff aku kemudian kembali ke Uleekareng karena jam sudah hampir pukul 11.00 WIB, artinya sudah tiba waktu untuk menjemput anak di sekolah, dari sana langsung pulang ke rumah. Foto-foto yang kujepret di Peucut Kerkhoff kemudian kupindahkan ke laptop, beberapa foto prasasti kuburan Henri Mari Vis kukirim melalui email ke rekanku di Belanda. Ini juga sebagai balas jasa untuknya karena atas jasanya aku mendapatkan berbagai buku literasi sejarah Aceh dari Koninklijk Instituut voor Taal Land en Volkenkunde (KITLV) Belanda.

Selanjutnya, saya hanya di rumah saja sampai sore, bermain bersama anak-anak sambil membaca beberapa buku sejarah dalam format pdf yang saya peroleh dari KITLV dan Colletie Tropenmuseum. Membaca semua itu saya teringat pada almarhum Profesor Teuku Iskandar, salah satu pendiri Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Dekan pertama Fakultas Ekonomi Unsyiah, yang kemudian hijrah ke Belanda menjadi guru besar di Leiden University. Guru besar asal Trienggadeng, Pidie Jaya itu merupakan sosok yang memperkuat literasi sejarah Aceh di Belanda yang sempat tercerai berai. Penyusunan katalog Aceh dan Melayu di Leidein tak lepas dari peran besarnya.

kunyet.jpg
Nisan petanda kuburan Henri Mari Vis [foto: dok pribadi]

Sort:  
 3 years ago 


SELAMAT

Postingan anda telah terpilih dalam "Edisi ke #52: 5 Postingan terpilih [04-08-2021]". Kami berharap anda terus konsisten dalam membuat karya yang berkualitas.

Salam Hangat,
Account Manager @steemseacurator

 3 years ago 

Terimakasih atas dukungannya @steemseacurator

Terimakasih bapak @isnorman, terkadang kita terlalu ambisi untuk masa depan sehingga lupa akan sejarah tentang bangsa ini 🙏💪

 3 years ago 

Sama-sama, sejarah merupakan spion yang dalam kondisi tertentu membuat kita harus meliriknya @mirzamg

Benar sekali pak.. Karena pada dasarnya tidak tercipta masa depan yg sempurna tanpa jejak sejarah yg terukir di masa lalu

Congratulations, your post has been upvoted by @scilwa, which is a curating account for @R2cornell's Discord Community. We can also be found on our hive community & peakd as well as on my Discord Server

Manually curated by @abiga554
r2cornell_curation_banner.png
Felicitaciones, su publication ha sido votado por @scilwa. También puedo ser encontrado en nuestra comunidad de colmena y Peakd así como en mi servidor de discordia

 3 years ago 

thank you so much for your support @scilwa

Neupakat kamoe sigo2 pak @isnorman watee neujak bak tempat bersejarah

 3 years ago 

Watee lon jak u Keureutoe napak tilas gerilya Cut Meutia beh...

Kabereh nyan pak @isnorman, nyan kamoe preh

 3 years ago 

dak meu item lagenyoe sabe. sep can nyak kaoy.

 3 years ago 

raseki aneuk saleh sigo-go nah.

 3 years ago 

beutoi.