Pagi ini kumulai dengan hati riang gembira. Segembira bocah yang beraktivitas untuk bermain-main dalam keseharian mereka. Sekolah SMAN 2 Unggul Banda Aceh menjadi tempat pertama yang kutuju. Aku punya agenda bertemu guru-guru PRESISI dan siswanya hari ini. Rencana yang sudah disusun oleh sekolah, hari ini siswa akan diarah untuk memastikan ide kreatif dari hasil refleksi diri menjadi ide karya. Proses refleksi diri telah dilakukan pada Minggu sebelumnya. Guru-guru kemudian membuat analisis terhadap refleksi siswa tersebut. Ada hal yang aku kritisi pada form analisis yang dibuat guru. Kelemahan para siswa menjadi sorotan utama para guru. Sementara kelebihan mereka tidak disebutkan sama sekali. Alangkah baiknya jika kelebihan siswa yang diangkat untuk menambah kepercayaan diri siswa. Guru-guru terlihat rada cuek tatkala perihal kelebihan siswa yang terlupakan ini aku pertanyakan.

Sekolah Yang Sepi

Ketibaan diriku di sekolah lebih cepat dari waktu yang kita sepakati. Sebenarnya gak lebih cepat juga. Para guru memindahkan jadwal dari jam sembilan ke jam sepuluh. Jadilah aku berputar-putar untuk membunuh waktu satu jam yang tersiakan. Aku sempat singgah di rumah adik almarhum ibu di kawasan Jambo Tape. Sekedar informasi, sekolah yang menjadi tanggung jawab pengawasanku terletak di Kampung Mulya. Tepat jam sepuluh aku bergerak kembali ke sekolah. Disana sudah mulai terlihat beberapa siswa yang terpilih untuk program ini. Mostly cewek semua sehingga aku kembali menjadi yang tertampan di kelas pertemuan hari ini.

Ada sembilan dari sepuluh siswa yang terpilih yang hadir pada hari ini. Seperti yang kusebut diatas. Semuanya adalah murid perempuan. Tapi ya udahlah ya. Sudah demikian adanya. Bersyukur masih ada siswa yang bersedia untuk dilibatkan dalam program ini. Aku sempat pesimis tadinya. Kondisi Banda Aceh yang terterapkan sebagai zona merah COVID19 sungguh membuat runyam semuanya. Apalagi SMA 2 ini pernah tercatat sebagai sekolah yang beberapa murid terpapar oleh penyakit ini. Siswa boarding yang tinggal di asrama sekolah terpaksa dipulangkan karena itu. Semoga semua kesulitan dimasa ini terbayar untuk sebuah era yang lebih baik kedepannya.

Diskusi untuk mengerucutkan ide karya siswa dimulai oleh wejangan pengantar dari Ibu Amaliawati, guru bidang studi Fisika yang terpilih sebagai guru program PRESISI. Aku bersyukur sekali lagi, guru-guru PRESISI untuk sekolah ini sangat interaktif dalam diskusi. Semangat guru yang ikut serta tertular pada siswa yang mulai terlihat berani untuk mengekspresikan diri. Setelah muncul tiga ide karya yang tadinya akan dieksekusi, kesepakatan siswa yang hadir untuk menentukan hanya dua saja yang terpakai. Kelompok yang mengusung projek pembuatan komik digital dan kelompok yang akan meneliti kuliner Mie Goreng Aceh.

Munculnya dua kelompok yang sudah memiliki ide karya untuk dieksekusi sungguh melegakan hari ini. Aku sempat diminta untuk beberapa masukan yang kiranya bisa bermanfaat bagi siswa dalam memahami semangat PRESISInya. Aku coba sebisaku untuk memberikan semangat bagi para siswa. Meskipun terlihat masih ada yang malu-malu, menyenangkan melihat diskusi guru dan siswa ini berlangsung lancar. Pada pukul 12 kurang seperapat, aku ijin untuk pamit dari sekolah. Sekian diary game ini kutuliskan. Terimakasih bagi yang sempatkan diri untuk mampir di postingan alakardus ini. Semoga bermanfaat bagi diri sendiri dan anda sekalian. Sampai jumpa di postingan berikutnya.