Tak Selamanya Cafee Itu Seindah Bougenville
Apakabar rekan semuanya
Kalau anda sering melintasi kawasan Tibang menuju Alue Naga, Banda Aceh, pasti tahu tempat ini. Posisinya di sisi kiri. Bertetangga dengan Universitas Ubudiyah Indonesia (UUI) Aceh. Di situlah Bougenville Café melalui masa jaya. Kabarnya, Cafe ini cukup diminati kawula muda.
Itu cerita dulu. Kini ceritanya sudah berbeda. Pada akhir Oktober lalu saya singgah ke sana. Tujuan utama adalah melihat sebuah rumah shalter yang sudah teronggok di sini. Dan benar saja. Kini Bougenville Cafe tinggal kenangan yang perlahan memudar.
![]() | ![]() |
|---|
![]() | ![]() |
|---|
Bangunan terlantar
Dari kejauhan, papan namanya yang mulai kusam masih berdiri tegak di tepi jalan, Namun kini, keheningan menggantikan riuh pelanggan, dan semak belukar tumbuh bebas merayapi bangunan yang dulu dirawat dengan baik.
Jembatan kecil sebagai pintu masuk ke area kafe menjadi bukti, kehidupan di sini sudah "mati". Jalan aspal yang sepi seakan menjadi pertanda, keindahan Bougenville tidak lagi menarik hati pengunjung. Hanya di sisi kanan yang hidup. Di sana dekat tepian air. Kawasan rindang ini menjadi tempat orang melepas penat.
Tapi bangunan Bougenvile Café sendiri justru tersembunyi di balik rimbunnya dahan-dahan besar dan dedaunan yang seolah menelan struktur megah tersebut. Dari dekat, tampak dengan jelas bagaimana waktu menggerogoti setiap sudutnya.
![]() | ![]() | ![]() |
|---|
Fasad bangunan yang dulu mungkin tampak artistik kini kehilangan warnanya. Cat dinding memudar, sebagian terkelupas, dan beberapa bagian seperti pernah ditinggalkan dalam proses renovasi yang tak selesai.
Atap seng berwarna merah tampak tua. Sementara di bawahnya terlihat ruang-ruang kosong tanpa aktivitas. Cahaya matahari menembus sela-sela daun, menerangi kayu-kayu penyangga yang kini diselimuti akar gantung dan tumbuhan liar.
Di sisi lain, struktur besi bertingkat yang menjadi ciri khas Bougenville Café masih berdiri kokoh, membentuk jalur-jalur tinggi seperti skywalk kecil yang menghubungkan area satu dengan area lainnya. Namun tangga dan lantainya mulai menghitam, ditutupi lumut dan daun gugur.
Beberapa bangunan kecil di bawahnya tampak sepi. Jendela-jendela mati tanpa lampu, pintu tertutup rapat, dan di sekitarannya alat-alat yang terbengkalai berserakan, seperti saksi bisu dari usaha yang berhenti tiba-tiba.
Konon, sang pemilik kafe yang masih bujang telah meninggal dunia. Kepergiannya meninggalkan Bougenville tanpa penerus. Tanpa pengelola yang bisa melanjutkan potensi besar tempat ini.
![]() | ![]() |
|---|
Struktur skywalk yang terlantar
Bougenville Café hari ini bukan sekadar bangunan terlantar. Di sana ada juga harapan yang terkurung di ruang hampa. Tidak ada lagi canda dan tawa pengunjungnya. Kini cuma menyisakan desir angin dan cerita yang tertinggal di akar rimbun pepohonan. Ini menjadi bukti, tak selama cerita indah berakhir manis. Apalagi seindah bunga Bougenville.
Terima kasih sudah membaca postingan saya. Mohon dukungannya
| Photographer | @munaa |
| Device | Samsung Galaxy A14 5G |













Upvoted! Thank you for supporting witness @jswit.
Hello there, you have posted a great quality post and we are happy to support you, stay up with good quality publications
Curated by heriadi
Terima kasih atas dukungannya...