The Diary Game (Selasa 8 Juni 2021): Seharian, Migrasi BRIS ke BSI
“Untuk mendapatkan hasil maksimal maka perlu perjuangan panjang”. Mungkin itu kata-kata sangat pantas untuk sebuah perjuangan sebuah cita-cita besar. Maka, kesabaran adalah puncak dari perjuangan itu sendiri.
Saya kira, begitu juga dunia perbankan, dari konvensional menuju ke syariah meskipun belum sempurna, sebagaimana tuntuan agama Islam melalui Qanun Lembaga Keuangan Syariah (LKS) khususnya di Aceh. Hal itu agar kita terbebas “cekik mencekik” ketika adanya utang-piutang antara nasabah dengan bank. Inilah jalan diridhai Allah.
Buku tabungan BSI
Pagi itu sekitar pukul 09.00 WIB, setelah pulang takziah ke rumah orang meninggal di dusun sebelah, saya hendak pergi ke bank di pusat kota Krueng Geukueh. Sesampainya di sana, saya lihat begitu ramainya antrean di BRI Syariah (BRIS) dan saya tidak kepikiran itu masalah migrasi BRIS ke Bank Syariah Indonesia (BSI).
Kemudian alih tujuan dari bank ke counter ATM terdekat. Sampai ATM, transaksi BRIS saya gagal meski telah berkali-kali. Belum menyerah di counter itu, dan saya mendatangi counter BRIlink. Kata petugas di sana, tidak bisa lagi pakai BRIS, harus beralih ke BSI sekarang. Dalam hati saya, sangat terlambat pengetahuan saya selama tidak lagi meneteng kamera.
Suasana dalam BSI Krueng Mane
Padahal dua hari sebelumnya, saya membaca pengumuman akun resmi Universitas Malikussaleh kepada mahasiswa di media sosial terkait migrasi BRIS ke BSI mulai tanggal 7 Juni. Begitu juga, sehari sesudahnya, saya juga membaca status FB Pak Wahyu, di mana keberhasilannya migrasi dari BRIS ke BSI.
Kemudian saya pulang dan ambil buku rekening dan fotokopi KTP dan bergegas ke Krueng Mane. Saya pikir di sana, antrean tidak sepadat di Krueng Geukueh. Padahal sama saja. Ketika sampai di KCP Krueng Mane, saya bertanya tatacara kepad panitia dan meminta nomor antre. Diberikan kepada saya nomor 65 untuk gelombang kedua.
Maklumat penting dari BSI kepada nasabah
Sementara gelombang pertama sudah pada angka 78. Ketika jam telah menunjukkan pukul 11.00 WIB, kami (kebetulan jumpa kawan, Imam dan Ahmad) kembali ke bank dari ngopi di sebelah pagar bank, dan mendengar pengumuman, “Kami beri tahukan, kepada nomor antrean di atas nomor 120 tidak kami layani lagi untuk saat ini dan silakan kembali pada jam dua nanti,” ucap satpam itu melalui pengeras suara.
Akhirnya saya dan Ahmad kembali ke rumah, karena Ahmad memegang nomor 35 pada gelombang ke dua. Sementara Imam, mendapat antrean nomor 114 dan akhirnya menunggu di sana. Setelah jam dua, saya kembali ke bank yang berada di ujung Jalan Elak itu dan saya baru dipersilakan masuk sekitar pukul 15.30 WIB.
Di dalam juga menunggu giliran dipanggil nomor dan baru bersamaan azan Ashar atau sekitar pukul 16.00 saya dipersilakan ke CS. Setelah menjalani berbagai proses dan sekitar pukul 17.00 baru siap sekitar 95 persen. Sisa 5 persen lagi adalah pendaftaran BSI Mobile di perangkat android saya, karena salah tujuan nomor dan terpaksa diulang hari ini pendaftarannya.
Kemarin saya dapat nomor antrian 154 Pak. Capek nunggunya.
Postingan ini telah dihargai oleh akun kurasi @steemcurator08 dengan dukungan dari Proyek Kurasi Komunitas Steem.
Selalu ikuti @steemitblog untuk mendapatkan info terbaru.
@ernaerningsih.