The Diary Game, Oct 11, 2020: Sunday Activity with YOT Jember Community

in Steem SEA4 years ago (edited)

Hari minggu ini, ada hal yang tidak biasa. Aku dan teman-teman komunitas mengadakan sebuah acara. Yup, gerakan untuk mendukung program Go Green Internasional.
Beberapa cerita telah kubagikan melalui blog pribadi Omegarion

erb.jpg
Suasana Car Free Day di Jember

Car free day, itulah target kami untuk menggencarkan gerakan bumi hijau.

Aku tahu ide salah satu kakak tingkat di komunitas yang kuikuti, YOT Jember yaitu menukar botol plastik dengan bibit tanaman adalah ide yang benar-benar inovatif. Salah satu kakak tingkat yang kuliah di pertanian Universitas Jember namanya Kikik, mengusulkan untuk mengusung bibit tanaman dari proyek yang dikerjakannya di kampus.

Taman kota Jember, setiap hari minggu selalu ramai. Orang-orang berolahraga, basket, atau sekadar bermain, membaca di perpustakaan keliling yang selalu mangkir di ujung trotoar di depan kantor Bupati. Itu adalah pemandangan luar biasa.

dal.jpg
Perpustakaan Keliling yang selalu ada di Pojokan Taman Kota Jember ketika CFD

Terlebih, aku juga bahagia mengikutinya. Mengapa? Karena salah satu dari anggotanya membuatku tak bisa berhenti kagum dengannya. Setiap kali aku bercerita dan mengingat hal ini, aku tidak hentinya ingin mengutarakan bahwa selama ini aku mengaguminya. Namun, aku tidak mampu walau hanya sekadar mengucap. Ia terlihat sangat jauh dari mataku. Jadi, ya sudah, aku hanya akan menyimpan perasaan ini sendiri.

Jadi, kamu tentu tahu bukan, berada dalam satu komunitas dengan orang yang kamu kagumi, tetapi kamu tidak mampu mengungkapkan rasa kagummu hingga sekarang. Dan ketika jarak begitu dekat, rasa degub dalam hati tak bisa dihindari. Uhh…

Hehe.. sudah, sudah cerita tentang dia. Aku akan bercerita bagaimana kegiatan kami berbagi dan mensosialisasikan Gerakan cinta bumi melalui program komunitas kami, Yot Jember bertajuk, “Tanami Aku 2.0.”

This Sunday, something was out of the ordinary. I and my community (YOT Jember) held an event. Yup, a movement to support the Go Green International program.

Car free day, that is our target to participate the green earth movement.

I know this idea from the seniors in the community that I joined, YOT Jember, which is to exchange plastic bottles for plant seeds, is a really innovative idea. One of the seniors who studies at the University of Jember's agriculture named Kikik, proposed to bring in plant seeds from a project she was working on at her campus.

Jember City Park, every Sunday is always crowded. People playing sports, basketball or just playing, reading in the mobile library who are always absent at the end of the sidewalk in front of the Regent's office. It was an incredible sight.

Moreover, I am also happy to participate. Why? Because one of the members makes me unable to stop being amazed by him. Every time I tell a story and remember this, I can't stop wanting to say that I've been admiring him. However, I couldn't even just say it. He looks very far from my eyes. So, well, I'm just going to keep this feeling to myself.

So, of course you know, not in the same community with people you admire, but you have not been able to express your admiration until now. And when the distance was so close, a feeling of excitement in the heart could not be avoided. Uhh ...

Hehe .. already, I told you about him. I will tell you how our activities are to share and socialize the Save Earth Movement through our community program, Yot Jember entitled, "Tanami Aku 2.0."

I'm Going to the Park by Foot

Pagi hari, ketika Bibiku masih belum bangun, Aku mematung di bibir pintu rumah bibi. Pikiranku penuh ragu untuk berangkat atau tidak. Ini masih pukul enam pagi. Aku tertawa dalam hati, “Mana mungkin mereka tepat waktu. Indonesia kan khas kebiasaannya, jam karet; suka molor-molor waktu.”

Tapi, ya sudah, Aku berangkat saja. Meskipun jarak yang ditempuh hampir lima kilometer, aku memilih jalan kaki. Mengapa? Itu karena Aku belum pernah mengikuti acara car free day tiap hari minggu itu. Takutnya nanti aku kebingungan harus memakirkan motorku dimana.

Oke, aku berjalan. Ekspektasiku juga untuk mengulur waktu. Sebab anggota komunitas lain pasti tidak tepat waktu.

Aku melangkah di atas trotoar, menyeberang jalan raya yang cukup lebar melalui jembatan penyeberangan yang cukup panjang. Jalan satu arah kelihatan lengang tidak seperti biasa. Benar-benar suasana yang menenangkan. Udara pagi juga jauh lebih menyegarkan.

maxresdefault (3).jpg
Suasana Alun-alun kota Jember

Aku tersenyum, dalam hati bergumam, “Ini akibatnya aku yang selalu telat bangun pagi. Matahari pagi yang tampak tersenyum dan merekahkan sinarnya itu adalah pemandangan indah yang rugi jika dilewatkan.”

Udara pagi ini sedikit lebih dingin dari biasanya. Embun masih tersisa membasahi besi pembatas jembatan penyeberangan. Dari atas jembatan, aku berhenti sebentar, “Wah, taman kota memang luar biasa. Ramai dan penuh rasa bahagia. Senyuman-senyuman itu terlahir dari kebersamaan yang telah mereka jalin.”

cfd-surabaya.jpg
Kurang lebih suasana CFD yang ditangkap dari mataku adalah seperti ini.

Aku kagum, sebab selama ini aku tidak pernah sekalipun keluar jalan-jalan ke taman. Meskipun, aku sudah hampir dua tahun di kota ini.

In the morning, when my aunt was still sleeping, I froze on the lips of my aunt's house door. My mind is full of doubts whether to leave or not. It's still six in the morning. I laughed to myself, “How could they be on time. Indonesia has a typical habit, a rubber watch; like to delay time."

But, okay, I'll just go. Despite the distance covered nearly five kilometers, I chose to walk. Why? That's because I've never attended a car free day event every Sunday. I'm afraid that I'll be confused about where to park my bike.

Okay, I'm walking. My expectations are also to spend much time. Because other community members must not be on time.

I stepped on the sidewalk, crossed a fairly wide highway through a fairly long pedestrian bridge. The one-way street looks unusually deserted. Really calming atmosphere. The morning air is also much more refreshing.

I smiled, muttering in my heart, "This is the result of me who is always up late in the morning. The morning sun that looks smiling and shining. It's a beautiful sight that is a loss to miss. "

The morning air was a little cooler than usual. The remaining dew soaked the iron guardrail of the overpass. From the bridge, I paused for a moment, “Wow, city parks are amazing. Crowded and full of happiness. Those smiles are born from the togetherness they have intertwined. "

I was amazed, because so far I never once went out to the park. Although, I have almost two years in this city.

In The City Park

Aku melihat ponselku sejenak, membaca pesan dari para anggota komunitas. Aku kembali berjalan, mencari tempat yang dimaksudkan dalam grub komunitas. Tempat dimana kami semua berkumpul di titik pertemuan. Aku memutari taman, menuju Restoran Pizza Hut Jember. Disanalah kami berkumpul.

Trotoar taman jauh lebih lebar dari trotoar jalan. Pepohonan rindang membuatnya teduh. Senyum dari orang-orang yang berlalu lalang di sekelilingku menular. Tanpa sadar, aku juga berbahagia melihat kebahagiaan mereka. Mereka berbagi tawa, berbagi kisah yang selama ini aku tidak pernah sempat menyaksikannya.

Dan saat aku tiba di bagian utara Taman, kulihat berdiri beberapa orang yang kukenal. Mereka saling bercakap tepat di depan gerbang Restoran Pizza Hut yang masih tutup.

Aku berlari, menghampiri mereka. Mereka menyambutku dan aku tersenyum. Pandanganku pertama kali jatuh pada bibit-bibit tanaman yang tertawa di dekat tiang listrik. Padahal, kudengar harganya Rp15000 per bibit. Tentunya hal itu tidak sebanding dengan botol bekas yang harganya tidak sampai Rp5000.
IMG-20181125-WA0019.jpg
Foto Saya bersama teman-teman komunitas saya saat akan melancarkan aksi 'Tanami Aku' untuk merayakan Hari Bumi | Saya yang Berkerudung Hitam

Inilah yang kusuka ketika bergabung dengan komunitas yang mayoritas anak kuliah. Mereka kalau melakukan sesuatu tidak pernah setengah-setengah.

Kemudian, pandanganku mengedar mencari sosok seseorang. Aku tercenung, dia belum datang. Padahal, sejak tadi ia membalas pesanku, hanya sekadar menjawab pertanyaan yang aku memang tidak paham.

Dan kupikir lagi, pertanyaan itu aneh sekali, Ya Tuhan. Aku malu ketika bertanya, “Kak, pakai baju apa?”
Karena kan yang tertulis di ketentuannya, memakai kaos komunitas bagi yang punya atau warna gelap. Jelas, kan? Aku saja yang benar-benar bego. Dan dia juga masih menanggapi pertanyaan anehku itu, tepat kalau di Indonesia, itilahnya 'receh'.

Haduh, aku masih saja mengharapkannya, wkwkwk…

I looked at my cellphone for a moment, reading messages from community members. I walked back on my way, looking for my intended place in the community grub. The place where we all gathered at the meeting point. I went around the park, towards Jember Pizza Hut Restaurant. That's where we gathered.

Park walkways are much wider than street sidewalks. The shady trees made it cool. The smiles of the people passing by around me are contagious. Without realizing it, I was also happy to see their happiness. They shared laughter, shared stories that I had never seen.

And when I arrived in the northern part of the Park, I saw standing some people I knew. They chatted with each other right in front of the gate of the Pizza Hut Restaurant which was still closed.

I ran, over to them. They greet me and I smile. My gaze fell for the first time on the laughing plant seeds by the electric pole. In fact, I heard that the price is IDR 15,000 per seed. Of course, this is not comparable to a used bottle which costs less than IDR 5,000.

This is what I like when I join a community where the majority are college kids. They never do something half-heartedly.

Then, my gaze was looking for someone's figure. I was stunned, he didn't come yet. In fact, since earlier he was replying to my message, only answering questions that I did not understand.

And I thought again, that question is very strange, my God. I was embarrassed when I asked, "Sis, what clothes are you wearing?"

Because what is written in the provisions is wearing community t-shirts for those who have or dark colors. Explain? I'm the one who's really stupid. And he is also still responding to my message. He's humble and kind person

Geez, I'm still expecting it, hahaha...

Berbagi Bibit ditukar dengan botol bekas

Masuk ya, ke cerita. Nah, awal mulanya dia datang, tentunya teman-teman tentu mengerubunginya. Meskipun tidak semua. Ya, tentu, karena dia adalah presiden komunitas YOT Jember saat ini, huhu. wkwkwk… Udah lah ya, bubar kan mereka buat konfirmasi sesuatu saja katanya.

Dia jalan, mendekat ke tiang. Kemudian, dia bilang, “Kamu udah datang dari tadi, kah?”
Ditanya begitu saja, aku udah seneng nggak karuan. Bahkan sel darah dalam diriku mungkin menari-nari, wkwkwk. Eh, kok malah cerita cinta, ya.

Jadi, Mbak Citra dan Mbak Nia menjelaskan masing-masing dari kita membawa dua bibit. Ada pula yang sampe tiga, memaksakan karena tersisa. Nggak mungkin juga ditinggal di sana.

IMG-20181125-WA0006.jpg
Mbak Citra yang sedang Berbicara panjang lebar dengan Masyarakat

Dari sini, kami mulai dibagi kelompok. Dan yah, sekali lagi aku dikejutkan oleh pemilihan kelompok ini. Tebaklah! Aku satu kelompok dengan Pak Press (Presiden komunitas alias orang yang kukagumi), Mbak Peni, Mas Ahmad, Kak Citra, kemudian datang pula Kak Alifa. Ia agak terlambat karena ada acara dulu di kampus katanya.

IMG-20181125-WA0004.jpg
Yup, inilah kelompokku, wkwkwk...

Aku hanya memutar bola mata. Kurasa mereka mungkin telah mengira aku menyukainya. Padahal, aku hanya kagum. Tidak bisa lebih dari itu. Pedih karena aku tidak bisa memilih menyukainya, meskipun mungkin perasaanku berkata seperti itu. Itu sebab ideologi agama kami yang berbeda.

Mulailah kami berjalan mencari orang yang menukar botol bekas air minum mereka dengan bibit tanaman bunga yang kami bawa.

Ada kisah yang membuatku agak dingin juga saat kami mencari mangsa. Ea, mangsa :P

Ketika Kak Citra berfoto bersama orang yang mau menukar botol minumannya dengan bibit bunga, Dia bilang, “Kamu coba, gih interaksi sama mereka, Rin.”

Deg.

Seketika aku berpikir, “Ya Tuhan, apa emang Aku ini dinilai selalu begitu oleh orang-orang. Dan ternyata dia sama seperti orang-orang yang Aku temui selama ini.”

Aku hanya tersenyum. Mau bagaimana lagi, aku orangnya memang cenderung pendiam. Namun, dalam melakukan hal apapun, aku akan memberikan apa yang terbaik yang bisa kuberikan. Tidak pernah aku tidak niat melakukan sesuatu.

Dan untuk mengubah apa yang telah menjadi karakterku; pendiam, itu agak menyakitkan. Mengapa? Karena aku harus melawan diriku sendiri.

Namun, akhirnya aku berhasil mendapatkan seseorang yang mau menukar botolnya dengan bibit bunga yang kubawa. Itu karena Mas Ahmad yang menyarankan padaku untuk mendekati Mbak-Mbak yang sedang jogging santai. Dan Mbak Peni juga menarik tanganku untuk meyakinkan diri. Dan betapa bahagianya aku mampu melakukannya dengan kemampuanku sendiri.

IMG-20181125-WA0005.jpg
Keberhasilanku yang tertunda akhirnya terwujud bisa foto bersama Pak Pres di dekatku, hihi..

Kemudian, saat kami berfoto (Sebagai bentuk dokumentasi), Pak Press berjejer di sampingku, tersenyum. Oh, tentulah kamu tahu, kali ini jantungku rasanya seperti dugem, wkwkwk…

Get in, to the story. Well, at first he came, of course friends surrounded him. Although not all. Yes, of course, because he is the current president of the YOT Jember community, huhu. wkwkwk… Never mind, they just disbanded to confirm something.

He walked, closer to the pole. Then, he said, "You've come earlier, haven't you?"

Just being asked, I'm already happy not being confused. Even the blood cells in me are probably dancing around, hahaha. Uh, how come it's actually a love story, huh.

So, Mbak Citra and Mbak Nia explained that each of us brought two seeds. There are also up to three, insisting because they are left. It's impossible leaving there either.

From here, we began to divide into groups. And well, once again I was struck by the selection of this group. Guess! I was in a group with Pak Press (the president of the community, aka the person I admire), Mbak Peni, Mas Ahmad, Kak Citra, then Mbak Alifa also came. She was a bit late because there was an event on campus, he said.

I just rolled my eyes. I guess they might have thought I liked him. In fact, I'm just amazed. It doesn't get any more than that. It hurts that I can't choose to like him, even though my feelings may say so. That's because our religious ideology is different.

We started walking looking for people who exchanged their used drinking water bottles with flower plant seeds that we brought with us.

There is a story that makes me a little cold too when we are looking for prey. Ea, prey: P

When Mbak Citra took a photo with people who wanted to exchange their drink bottles for flower seeds, Pak Press said, "You try, let's interact with them, Rin."

Deg.

Instantly I thought, “Oh my God, am I always judged by people that way. And it turns out he's the same as the people I've met so far. "

I just smiled. It can't be helped, I do tend to be quiet. However, in doing anything, I will give what is the best I can give. I never had the intention of doing anything.

And to change what has become my character; quiet, it hurts a little. Why? Because I have to fight myself.

However, I finally managed to find someone willing to exchange the bottle for the flower seeds that I brought. That's because Mas Ahmad advised me to approach some young girls who were jogging. And Mbak Peni also pulled my hand to convince myself. And how happy I am to be able to do it on my own.

Then, when we took pictures (as a documentation), Pak Press lined up beside me, smiling. Oh, of course you know, this time my heart feels like clubbing, hahaha ...

Berkumpul Kembali di Depan Restoran Pizza Hut

Saat matahari mulai meninggi, sekitar pukul setengah sembilan pagi, kami usai dan semua bibit bunga yang kami bawa tak bersisa. Kantung plastik besar berwarna hitam yang semula kosong, kini terisi penuh oleh botol-botol bekas yang juga kosong.

Kami kembali ke depan Restoran Pizza Hut. Dari kelompok yang lain, ada sekitar sisa 2-3 bibit yang rencananya akan dikembalikan ke penangkaran tanaman di kampus.

Aku bersandar di tiang. Kakiku lelah berjalan memutari taman. Kulihat member Yot yang saling bercakap-cakap. Mereka saling menatap kantung plastik besar hitam penuh botol bekas di tengah-tengah mereka. Mereka tidak tahu botol-botol itu harus diapakan setelah terkumpul. Sejujurnya, hatiku agak tergelitik karena hal ini. Pasalnya, kami melaksanakannya tanpa rencana matang.

Namun, kemudian datang ide dari Mas Rizal untuk membawa botol-botol bekas itu ke tengkulak. Namun, mereka sama kebingunan harus kemana. Aku ambil inisiatif coba nanya ke grub sekolahku sendiri melalui whatsapp. Dan inilah kali pertama Aku merasa berguna untuk lingkunganku. Sebab, teman sekolahku cepat merespon dan memberikan petunjuk dimana tengkulak yang bisa menampung botol-botol bekas ini.

IMG-20181125-WA0023.jpg
Dokumentasi foto bersama anggota YOT Jember setelah kegiatan

Dalam hati, seperti ada perasaan bahagia tersendiri. Sebelum penutupan, kami sempat foto bersama untuk dokumentasi. Sungguh, ini adalah pengalaman berharga dimana aku belajar mengenal diri sendiri, juga berinterasi dengan orang-orang yang ada di luar zona nyamanku. Ditambah mereka adalah angkatan mahasiswa yang haus pergerakan pemuda dan pengalaman.

IMG-20181125-WA0001.jpg
Aku ikut terfoto, padahal aku sedang memperhatikan seseorang, :v

Sungguh kali ini adalah pengalaman takkan terlupakan. Dan yah, hingga sekarang sepertinya aku masih mengagumi dia. Walau kami sudah tidak pernah berjumpa sebab terhalang waktu dan jarak. Meski aku masih berkontak whatsapp dengannya, tetapi hingga sekarang aku tidak pernah mengungkapkan rasa kagumku padanya secara langsung.

Kadang, ada harapan kecil dalam hati ini untuk menuliskan sebuah pesan yang akan didengar olehnya. Namun, aku tidak mampu menyampaikan langsung padanya. Jadilah, mungkin melalui tulisan-tulisan dan cerpenku yang termuat dalam media massa suatu saat, pesanku bisa tersampaikan padanya. Meskipun, mungkin perasaanku bertepuk sebelah tangan, Hiks. Dan meskipun, aku belum pernah mendengar ia berpacaran atau dekat dengan seseorang.

Wkwkwk… Menulis ini sungguh membuat hatiku geli. Antara perasaan senang tidak jelas dan aneh. Tapi, ya sudah, semoga suatu saat perasaanku didengar olehnya. Itu saja sudah cukup bagiku. Tidak butuh lebih dari itu :)

When the sun more rise up, around half past nine in the morning, we were done and all the flower seeds that we brought were not left. The large black plastic bag that was originally empty is now completely filled with bottles that are also empty.

We returned to the front of the Pizza Hut Restaurant. From other groups, there are about 2-3 seeds left which are planned to be returned to the plant breeding on campus.

I leaned on the pole. My feet are tired of walking around the park. I saw the YOT members speaking between each other. They looked at each other at the big black plastic bag full of used bottles in the middle of them. They did not know what to do with the bottles after they were collected. To be honest, my heart is tingling a little because of this. The reason is, we did it without a proper plan.

However, then Mas Rizal came up with an idea to bring the used bottles to middlemen. However, they were confused about where to go. I took the initiative to try asking my own school grub via WhatsApp. And this is the first time I feel useful for my community. This is because my schoolmate responded quickly and gave instructions on where the middlemen could accommodate these used bottles.

In the heart, like there is a feeling of happiness itself. Before closing, we took a photo together for documentation. Really, this is a valuable experience where I learned to know myself, as well as interact with people who are outside my comfort zone. Plus they are a student generation who are hungry for youth movement and experience.

Really this time is an unforgettable experience. And well, until now it seems like I still admire him. Even though we've never met, because time and distance are hindered. Even though I still have whatsapp contact with him, until now I have never expressed my admiration for him directly.

Sometimes, there is little hope in my heart to write a message that will be heard by him. However, I was unable to convey it directly to him. So, maybe through my writings and short stories published in the mass media one day, my message could be conveyed to him. Though, maybe my feelings are one-sided, sob. And though, I've never heard of him dating or close to anyone.

Wkwkwk… Writing this really makes my heart tickle. Between the feeling of pleasure is unclear and strange. But, well, I hope one day my feelings will be heard by him. That is enough for me. It doesn't take more than that :)

Tentang YOT Community

Aku tidak pernah menyangka akan bergabung dan benar-benar menikmati dalam berproses bersama mereka yang antusias akan pergerakan pemuda. Dan komunitas inilah yang menjadi wadah bagi kami untuk selalu menumbuhkan rasa nasionalisme, peka sosial, serta analitis.

Kenalkan, mereka adalah orang-orang hebat yang berkontribusi dalam pergerakan pemuda dan negara. Hehe.. Seperti itulah aku mendefinisikan komunitas ini.

Sejatinya, Komunitas YOT adalah komunitas berbasis pada pengembangan pergerakan pemuda di Indonesia yang telah tersebar nasional. Fokus gerakan kami dibagi per devisi. Dan karena background pendidikan yang kumiliki di kesehatan, maka aku masuk dalam devisi energy. Ada pula devisi catalys (fokus pada pendidikan dan literasi), devisi wirausaha, devisi green (fokus pada lingkungan).

Setiap kota di Indonesia ada loh, meskipun masih terbagi di 29 titik. Mungkin saja di kotamu ada. Komunitas ini tidak memandang latar belakang kamu mahasiswa atau bukan. Siapapun kamu, kamu bisa bergabung, asal kamu masih aktif sebagai pemuda. Meskipun sudah menikah juga tidak masalah.

Saat nanti acara YOT Camp, kita bisa bertemu. Sebuah acara tahunan YOT dimana seluruh Yot Kota yang ada di Indonesia berkumpul dalam satu ruang dan waktu, berbagi kisah dan cerita, berbagi tawa juga aspirasi dari para pemuda. Yuk, aku berharap bisa bersua denganmu, siapapun kamu 😊

IMG_20201011_132453.jpg
Press Release dokumentasi yang ada di Instagram YOT Jember

Cerita ini adalah kisah dari dokumentasi satu tahun yang lalu, saat aku masih berada di perantauan. Alasanku menuliskannya karena nostalgia ini ingin kuabadikan. Terlebih, jika apa yang kusimpan sendirian selama ini, rasa kagumku padanya bisa tersampaikan. wkwkwk... Ngarep!

I never expected to join and really enjoy processing with those who are enthusiastic about the youth movement. And this community is a chance for us to always foster a sense of nationalism, social sensitivity, and analytics.

Recommend, they are great people who contribute to the youth movement and our country, Indonesia. Hehe .. That's how I define this community.

In fact, the YOT Community is a community based on the development of the youth movement in Indonesia that has spread nationwide. The focus of our movement is divided into divisions. And because of my educational background in health, I entered the energy division. There is also a catalys division (focus on education and literacy), an entrepreneurial division, a green division (focus on the environment).

Every city in Indonesia has regional community, although it is still divided between 29 place. This community does not consider your background as a student or not. Whoever you are, you can join, as long as you are still active as a youth. Even though already married, it doesn't matter.

During the YOT Camp event, we can meet. An annual YOT event where all Yot Cities in Indonesia gather in one space and time, share stories, share laughter as well as the aspirations of the youth. Come on, I hope to meet you, whoever you are

This story is a story from a documentation one year ago, when I was overseas. The reason I'm writing it is because this nostalgia I want to perpetuate. Moreover, if what I had kept alone all this time, my admiration for him could be conveyed. hahaha ... Hope!

Jember, 11 Oktober 2020 11:46 p.m

Sorry if my english feels bad for you when you reading this. Because I want develop my english skill. So Sorry, but Thank You for your understanding :)

Sort:  

Congratulations, your post has been upvoted by @scilwa, which is a curating account for @R2cornell's Discord Community. We can also be found on our hive community & peakd as well as on my Discord Server

Manually curated by @kathe-art

r2cornell_curation_banner.png

Felicitaciones, su publicación ha sido votado por @scilwa. También puedo ser encontrado en nuestra comunidad de colmena y Peakd así como en mi servidor de discordia

 4 years ago (edited)

Sangat menarik membaca tulisan anda. Tapi sebelum anda memposting dan berpartisipasi di kontes termasuk The diary game, ada baiknya anda memperkenalkan diri terlebih dahulu.
Ini link untuk info tentang cara memperkenalkan diri
https://steemit.com/hive-172186/@radjasalman/panduan-perkenalan-achievement-1-bagi-pendatang-baru

#twopercent
#indonesia
#affable

Wkwkwk, terima kasih atas masukannya. Saya memang belum terlalu paham karena masih baru. Dan kebetulan saya hanya ingin mencoba.
Selanjutnya saya akan perbaiki, terima kasih.

 4 years ago 

Kami akan menanti Diary anda selanjutnya.