The Diary Game | 11 September 2023 | Subuh ke Bandara, Malam Mencari Kopi

in Steem SEA9 months ago

••• TENTANG GIATKU •••
Jam 5 pagi aku dibangunkan istri, padahal aku baru empat jam tidur. Namun begitu aku tetap harus bangun karena kami akan berangkat ke bandara untuk mengantar Gail dan Augus kembali ke Belanda. Aku memilih tidak mandi, aku hanya basuh muka saja. Sejurus kemudian aku sudah siap dengan daypack dan sweater untuk menahan udara dingin. Sembari menunggu istriku berkemas, aku memanaskan mesin motor terlebih dahulu. Selang sepuluh menit kami pun sudah keluar ke jalan yang masih sunyi.

Baru setengah jam perjalanan, gerimis kembali datang menemani kami berkendara. Agar perjalanan tetap berlanjut, aku pun mengambil raincoat dari jok motor. Setidaknya dapat sedikit menahan hujan dan dingin. Sekitar 45 menit perjalanan dalam kondisi gerimis, akhirnya kami tiba. Namun Gail dan Augus belum tiba. Kata istriku, mereka baru sedang akan dijemput oleh Kaka Tony. Mungkin dalam setengah jam mereka akan tiba. Untuk itu kami pun menghabiskan waktu sejenak di warung samping bandara.

Awalnya kami hanya akan minum kopi saja, namun karena perut terasa lapar, aku juga memesan semangkuk mie instan plus telur untuk sarapan pagi ini. Saat sedang asyik menikmati sarapan, gerimis kembali datang namun tidak sampai mengganggu posisiku. Seperti biasa, usai sarapan aku menyulut sebatang kretek sembari menunggu orang yang kutunggu. Sementara istriku sudah lebih dulu pergi ke pintu keberangkatan agar saat Gail dan Augus tiba mereka bisa bertemu.

Berselang menit, handphone ku berdering. Istriku menelpon dan mengabarkan bahwa yang ditunggu sudah datang, dan segera aku harus kesana. Satu kopi, satu teh panas serta semangkuk indomie dihargai 70 ribu rupiah. Selembar seratusan aku ambil dari dalam tas, dan segera dibayar. Cuaca masih gerimis, dan aku berjalan kaki saja ke tempat mereka menunggu. Tidak jauh, hanya puluhan meter saja dan aku sudah bertemu mereka.

Karena waktu boarding masih satu jam lagi, sisa waktu pun kami gunakan untuk mengobrol ringan saja. Sementara istriku dan Gail lebih pada melepas kangen, karena mereka memang bersaudara.

Jam delapan lebih sepuluh menit, kami pun meninggalkan bandara. Dan mendung di langit belum juga beranjak pergi. Dalam cuaca gerimis kami teruskan saja perjalanan. Sesekali gerimis berhenti sejenak, dan tak berselang lama gerimis kembali datang. Tampak sejumlah pengendara motor yang tidak memiliki jas hujan memilih berteduh di warung-warung pinggir jalan. Sementara kami tetap saja berjalan dalam kondisi gerimis panjang. Agar lebih cepat kami memilih jalan potong walau agak sedikit berlubang disana sini.

Setengah perjalanan mataku mulai terasa mengantuk, mungkin karena kurang tidur. Untuk itu kami rencana kembali ke Gunung Nona di tempat saudara istriku. Disana nanti aku akan tidur, mungkin bisa saja sampai siang atau sore hari. Tidak sampai setengah jam, kami sudah tiba di lokasi yang kami tuju. Begitu masuk ke rumah, sebentar aku segera menuju kamar untuk merebahkan badan. Tak butuh waktu lama, aku pun terlelap dan aku baru bangun sudah jelang sore hari.

Usai membasuh muka, aku makan dan setelah itu aku duduk di dapur dengan Tante Ma dan Om Buce. Suami istri ini sehari-hari membuat kue untuk dijajakan kepada tetangga sekitar kampung. Dengan inilah mereka memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sembari berbincang denganku, mereka terus saja menyelesaikan pekerjaan untuk membuat kue yang akan dijajakan jelang malam nanti. Sekitar satu jam berselang, semua kue sudah selesai dibuat dan siap untuk dijajakan.

Untuk mencari suasana, lepas magrib aku mengajak istriku untuk minum kopi di Folk Cafe Komunitas Kampung Lestari. Di sanalah aku menghabiskan malam. Kami baru kembali sudah lewat tengah malam, namun gerimis belum juga pergi.***


@pieasant_belajar sambil berjalan

Coin Marketplace

STEEM 0.28
TRX 0.11
JST 0.030
BTC 68436.55
ETH 3750.49
USDT 1.00
SBD 3.66