The Diary Game | 7 September 2023 | Makan Patita di HUT Kota Ambon

in Steem SEA8 months ago
•••TENTANG GIATKU•••

Aku datang ke pusat Kota Ambon sudah jelang siang, sekitar jam 11, menggunakan angkutan umum. Masyarakat disini menyebutnya outo. Aku datang dengan istri. Seperti rencana yang sudah disusun, hari ini kami dan dua teman istriku akan berkeliling kota untuk menyaksikan meriahnya hari lahir Kota Ambon ke 448 tahun.

Sebelum menuju pusat acara di sekitar jalan A.Y. Patti, kami menyempatkan untuk ke City Hotel. Di sanalah Gel dan Augus menginap dan kami akan menjemput mereka segera. Tak harus menunggu lama, pasangan muda dari Belanda ini pun sudah di lobi hotel, berselang menit kami sudah di mobil rental dan bergerak menuju pusat kegiatan makan bersama, lazimnya dikenal dengan istilah makan patita.

Karena jalanan sedikit padat, setiba kami di lokasi acara pun sudah nyaris usai. Hanya sedikit makanan yang tersisa di meja yang dijajar memanjang sepanjang jalan. Namun masih terbilang beruntung, karena kami masih bisa mencicipi, walau hanya sisa. Disini terlihat masyarakat tumpah ruah ke badan jalan, sebagian mereka sudah usai makan dan sebagian lagi masih menenteng makanan sembari mencari tempatnya yang nyaman untuk menikmatinya.

Kurang dari satu jam, semua menu patita ludes sudah. Namun acara belum usai, karena di sudut pertokoan masih digelar acara musik. Lantunan lagu nuansa Ambon pun mengalun di tengah teriknya matahari lepas siang ini. Namun demikian, masyarakat tetap saja bergoyang saat musik dimulai walau sebenarnya panasnya semakin menjadi karena mereka bergoyang di badan jalanan aspal.

Untuk menikmati, Gel dan Augus ikut bergoyang pula, tapi aku memilih untuk duduk di tenda yang sengaja dipasang di sisi kanan depan panggung. Kurasa, sekitar satu jam lebih kami sudah menghabiskan waktu disana.

Namun jalan-jalan belum selesai. Dengan berjalan kaki kami lanjutkan perjalanan menuju Kompleks Gong Perdamaian yang jaraknya hanya seratusan meter saja dari lokasi acara makan patita, dan persisnya tepat di depan lapangan Merdeka. Setiap orang dikenakan karcis seharga lima ribu rupiah, total kami harus membayar sebesar 20 ribu rupiah. Di komplek yang tidak terlalu luas itu kami hanya menghabiskan waktu sekitar 20 menit saja.

Sesuai dengan penuturan, Gong Perdamaian ini dibuat sekitar tahun 2009 sebagai bentuk apresiasi dari perdamaian yang bisa dicapai setelah konflik antar agama di Ambon. Peristiwa ini lebih akrab dikenal dengan kerusuhan Ambon yang terjadi di awal tahun 1998. Namun suasana ini telah membaik hingga saat ini dan semoga saja tidak terulang peristiwa yang mencoreng rasa damai.

Namun sesuai rencana hari ini kami masih ada satu agenda lagi. Kegiatan yang dibungkus dengan makan patita ini lebih kepada konsolidasi politik yang dilakukan oleh seorang mencalonkan diri untuk maju pada Pileg DPR-RI 2024 mendatang. Mereka menyebut sosok tersebut dengan nama BMW. Konon, ia pula yang menginisiasi pembangunan jembatan merah putih yang menghubungkan dua daratan di Ambon.

Kami menghabiskan waktu disini hingga sore hari, hingga badan pun terasa begitu lelah. Sebelum hari gelap, kami pun bergerak pulang untuk melepas penat dari rutinitas yang sebenarnya cukup menyenangkan.***

@pieasant_belajar sambil berjalan

Coin Marketplace

STEEM 0.27
TRX 0.12
JST 0.032
BTC 66671.81
ETH 3087.26
USDT 1.00
SBD 3.68