The Diary Game | 9 September 2023 | Mencari Kopi ke Kampung Lestari
••• TENTANG GIATKU •••
Akibat kelelahan, ditambah dengan begadang hingga larut malam, pagi ini aku bangun sudah jelang siang. Itu pun dibangunkan oleh istriku. Ia melakukan itu sekedar untuk mengingatkan bahwa hari ini kami harus ke pusat kota untuk menjemput Gail dan Augus dan lalu ke pasar mencari keperluan mereka. Karena harus bergegas, aku pun tidak lagi mandi, hanya membasuh muka saja dan segera berkemas.
Menuju ke pusat Kota Ambon, kami diantar oleh Om Bob dengan mobilnya. Om Bob adalah saudara dari istriku. Sekitar 20 menit menempuh perjalanan, kami pun tiba di Hotel City dimana Gail menginap, kami turun dan berpamitan. Sejenak kemudian, Om Bob pun kembali pulang. Setibanya, istriku segera ke lobi hotel untuk menunggu Gail turun, sedangkan aku memilih di area parkir hotel saja sekedar untuk merokok. Belum habis sebatang kretek, mereka turun dan langsung berjalan kaki menyusuri trotoar jalan menuju pasar. Aku mengikuti dari belakang.
Baru beberapa langkah, sejenak aku berpikir, ada baiknya aku tidak ikut mereka. Niat ini aku katakan pada istriku, bahwa aku tidak ikut ke pasar karena aku ingin minum kopi di daerah Poka di Kampung Lestari Ambon. Nanti aku akan kembali sendirian ke rumah menggunakan angkutan umum. Istriku pun meng-iyakan, dan memberikan aku selembar uang lima puluh ribuan untuk pegangan. Tak butuh waktu lama menunggu, angkutan umum yang akan mengantarkan aku ke sana pun tiba. Melewati jembatan merah putih, 15 menit kemudian aku sudah di pinggir jalan masuk ke lokasi.
Untuk mencapai lokasi, aku pun berjalan kaki seratusan meter saja. Setiba disana, suasana masih agak sepi dan tertulis "close" di kaca depan depan. Aku memilih duduk saja, mungkin sebentar lagi Folk Cafe akan beroperasi. Tak berselang lama, Fahmi si pemilik cafe datang, dan membuatkan segelas kopi. Karena aku katakan bahwa aku kesini memang untuk ingin minum kopi. Setelah menyuguhkan kopi, berselang menit, ia pun pamit pulang karena ada urusan keluarga. Cafe kembali ditutup.
Aku memang sengaja kesini dengan satu tujuan, yakni ingin minum kopi. Sejak kemarin, belum segelas kopi pun aku nikmati dan aku sungguh tersiksa.
Di Kampung Lestari Ambon memang lebih sejuk walau berada di sekitar kota, karena area ini masih banyak pohon yang sengaja dibiarkan tumbuh. Kampung Lestari adalah wadah perkumpulan kawan-kawan pecinta alam yang juga menjalankan usaha cafe. Tempat ini sangat baik untuk dikunjungi bagi yang suka menikmati kopi bernuansa outdoor, dan tempat ini juga baik disinggahi oleh seorang backpacker. Oya, usai Fahmi pergi, aku ditemani Rasyid yang tak lain adalah junior dari owner Folk Cafe.
Sembari menikmati kopi, aku juga menyempatkan diri untuk mengumpulkan daun-daun kering dan kemudian kubakar. Aku memang senang melihat suasana sejuk seperti ini dipenuhi dengan asap. Selain sedikit lebih bersih, tentu akan mengusir nyamuk. Setiap kali api akan padam, kembali aku bangun dan mengumpulkan kembali daun-daun kering yang cukup banyak di sekitar. Bahkan, mereka disini sengaja mengumpulkan daun-daun kering di satu sudut dan membiarkan membusuk sebelum digunakan untuk pupuk alami.
Tak terasa sudah lewat ashar. Sebentar lagi aku harus kembali, rencananya aku akan diantar oleh Syarif. Sementara kami berdiskusi untuk rencana pulang, istriku menelpon. Ia katakan bahwa sebentar lagi Ampi akan datang untuk menjemputku. Selepas itu nanti aku akan diberi pinjam motor untuk kembali ke Latuhalat. Sekitar lima belas menit berselang, Ampi datang dan segera aku pamit. Kami kembali dalam suasana hujan rintik. Walau sedikit basah, kami tetap lanjutkan perjalanan.
Sore jelang malam aku pun pulang sendiri dengan motor pinjaman. Dari kota hanya tiga puluh menit saja. Setiba di rumah aku duduk sejenak untuk melepas lelah.***
@pieasant_belajar sambil berjalan







