Support Burnsteem. 25% Payout to @null

PAGI INI saya merasa kurang fit. Lantaran semalaman tidur saya tidak lelap. Hal ini membuat kepala saya pusing. Saya merasa terbangun setiap jam karena tubuh saya kembali terserang alergi kulit. Selain merah di sekujur tubuh, rasa gatal yang sangat luar biasa membuat saya terus menggaruk sepanjang malam. Itulah eknapa saya merasa tidur saya sangat tidak cukup semalam. Dampaknya saya merasa pusing dan seperti akan muntah.

Tetapi saya tetap berusaha untuk mengantar kedua anak saya bersekolah. Sepanjang jalan saya menyetir kendaraan, saya sangat waspada. Tidak seperti hari-hari biasa saya melaju dengan kecepatan tinggi. Pagi ini saya berkendera jauh lebih waspada . Saya khawatir tiba-tiba saya mengalami pitam atau sejenisnya yang bisa berdampak pada keselamatan kami semua.

_{Depan tugu Bank Aceh saat hendak belok ke SPBU}

Setelah selesai mengantar keduanya, saya melihat tanda di panel mobil adanya pengurangan bahan bakar dalam tangki. Saya pun mencari atm di sekitar Jalan Darussalam. Saya berhenti di depan RS Bunda, karena di sana ada atm Bank Aceh. Saat hendak turun dari dalam mobil, saya dibuat terkejut oleh pak jailani yang sudah berdiri tegak di samping pintu mobil saya.

Saya tidak menyangka beliau sudah di sana ketika saya sedang mencari kartu atm di dalam tas kecil di mobil. Beliu hanya tersenyum ketika saya tampak kaget. Ternyata Pak Jai sengaja berhenti karena melihat saya berhenti setelah secara kebetulan kami saling beriringan.

Saya bilang ke Pak Jai tidak bisa ngopi pagi ini karena saya harus pulang untuk beristirahat. Pak Jai memahami kondisi saya. Kami berpisah. Saya singgah di SPBU dekat Gedung DPRK untuk pengisian bahan bakar sebelum pulang ke rumah.

_{Suasana di Jalan Darussalam}

Tiba di rumah saya minum sebutir vitamin C dan satu kapsul suplemen Pharmaton Vit. keduanya sering saya konsumsi jika saya merasa styamina saya drop. Setelah itu saya langsung beristirahat. Awalnya saya berharap cukup tidur satu setengah atau dua jam. Kemudian saya harus beranjak ke kantor.

Tapi ternyata ketika bangun jam sepuluh, saya masih merasa belum sehat. Saya pun tidur hingga pukul sebelas siang. Setelah itu barulah saya bangun dan bersiap-siap ke kota untuk menjemput anak-anak pulang sekolah. Setelah mengantar balik mereka ke rumah, saya makan siang adn salat Dzuhur. Berikutnya langsung ke kantor.

Saya masih jadi plh ketua. Karena itu saya khawatir ada surat keluar yang harus ditandatangni segera. Tiba di kantor saya lansgung ke ruangan. Ternyata hanya ada satu surat undangan rapat saja.

_{Pemasangan back drop untuk acara besok selesai}

Sekitar sepuluh menit saya berada di kantor, datang dua orang tamu yang merupakan anggota DPRK Kota Lhokseumawe. Mereka ingin menanyakan terkait proses PAW keduanya. Namun belum sempat kami melayania keduanya, mereka mengaku harus segera pergi karena ada keperluan mendesak dan akan kembali lagi selepas waktu Ashar.

Ternyata mereka tidak kembali lagi dan meminta dijadwalkan ulang. Sebagai penyelengara tentu saja kami siap melayani. Kami akan atur jadwal kembali untuk itu.

_{Bersama Tim Piket Help Desk, Rabu malam}

Malam ini saya kembali dapat jatah piket. Karena itu saya mengabari istri saya lantaran tidak pulang lagi ke rumah. Saya bertahan di kantor hingga pukul 22.30 WIB. Karena perut mulai terasa lapar setelah beberapa potong roti bakar bandung larut dalam lambung, saya pun singgah di Kandang untuk membeli nasi goreng.

Tiba di rumah sudah hampir pukul 23.00 WIB. Makan malam, salat isya dan langsung istirahat agar besok pagi sudah mulai fit kembali.

Demikian catatan saya untuk hari ini. Saya menghaturkan ribuan terima kasih kepada teman-teman semua atas perhatian dan dukungannya terhadap catatan The Diary Game saya. tentu saja saya menjadi selalu bersemangat dalam membuat postingan karena mendapat perhatian dari teman-teman semua. Saya juga berterima kepada para pengelola Komunitas STEEMSEA @anroja @radjasalman @mirzamg @waterjoe dan @firyfaiz yang telah memfasilitasi dan mendukung kami setiap saat dalam menulis di komunitas yang besar ini.

Zainal Bakri