" Melepas sedih saat tiba di kampung "
Hai rekan-rekan steemian, semoga sehat dan semangat dalam berkarya. Tulislah apa yang menurut hati perlu ditulis. Semua pasti bermanfaat. Nah, kelanjutan ceritaku masih perjalanan pulang ke kampung saat ibunda pergi menghadap sang pencipta. Santai saja dibacanya kawan. Ok, begini ceritanya;
Sekitar pukul 02.30 WIB dini hari (11/11/2024) Aku tiba di Mako Lanal Lhokseumawe dan beristirahat di mess Lanal. Aku tak lama menutup mata dan melepas lelah. Aku harus bangun untuk melaksanakan salat subuh berjamaah. Azan subuh saat itu pukul 04.58 WIB. Saat azan dikumandangkan maka terdengar jelas. Mess dan masjid letaknya berdampingan. Masjid Mako Lanal Lhokseumawe bernama Masjid Al-Muttaqin. Dalam bahasa Arab Muttaqin artinya orang yang bertaqwa kepada Allah SWT.
Saat Aku berdinas di Lanal Lhokseumawe sebagai Pjs Palaksa sekitar tahun 2019 statusnya masih Mushalla. Belum seindah dan senyaman seperti saat ini. Saat ini setelah diadakan perbaikan oleh Komandan Kolonel Laut (P) Andi Susanto dan kini statusnya naik menjadi Masjid, Saat salat Jum’at maka selain prajurit Lanal Lhokseumawe ada juga jamaah berasal dari masyarakat yang tinggal disekitar Mako Lanal ikut salat. Bertambah ramai. Apalagi selesai salat ada pembagian makanan yang dikenal dengan Jum'at berkah. Jama'ah tersenyum bahagia. Kita semua bahagia. Bagi yang menabur amal maka akan berlipat ganda pahala Allah berkan.
Bersama Palaksa Lanal Lhokseumawe, Bang Erjohan
Aku salat subuh di masjid. Mataku menatap disetiap sudut dan merekam serta menikmati kenyamanan salat subuh. Aku berjumpa dengan kawan satu angkatan bernama Bang Erjohan. Suasana sedih hatiku sesaat terhibur dapat berjumpa dengan rekan di masjid Al-Muttaqin. Udara pagi itu sejuk namun tak sampai memakai jas sebagai penawar sejuk.
Masjid Al-Muttaqin Lanal Lhokseumawe
Oh iya, sebentar kita bisa mengetahui dan takjub betapa indahnya masjid Lanal dengan wallpaper yang menghiasi tembok. Mimbar khatib terbuat dari kayu jati yang berukiran indah dengan latar dibelakangnya tembok keramik hitam bergambar pintu Ka'bah. Karpet masjid dua warna merah dan hijau. Selesai salat Aku sambil berjalan santai menuju mess. Aku sudah tiba di mess. Aku dan istri sudah merapikan ruangan. Tidak boleh tinggalkan suatu tempat dalam keadaan kotor. Budaya bersih perlu ditumbuhkembangkan. Sarapan pagi bersama sudah dilaksanakan. Sekitar pukul 07.30 WIB, Aku pamit. Bang Erjohan dan diriku saling berjabat tangan seraya Aku sampaikan salam hormat dan terima kasih kepada Komandan atas semua dukungan dan perhatian yang diberikan. Tak ada yang kebetulan dan semua ini Allah sudah takdirkan, ya, takdir kebaikan.
Ngopi sejenak di warung kopi Ulee Kareng Bireun
Kini saatnya lanjutkan perjalanan. Jarak tempuh masih sekitar empat jam normalnya untuk tiba dikampung. Jika Aku bawa mobil pasti lebih karena agak lambat ban mobil diputar. Mobil sudah tinggalkan Mako Lanal Lhokseumawe. Aku tidak bawa terburu-buru. Sang Ibunda sudah dikuburkan siang kemarin usai salat dhuhur. Tak lama kami berjalan, tiba di wilayah Bireun mampir sejenak ngopi bareng bersama istri. Kami mampir di Kopi Ulee Kareng Bireun. Suasana pagi itu, sangat ramai dikunjungi oleh penikmat kopi. Ada beberapa prajurit dan ASN menikmati kopi dengan ceritanya masing-masing. Mereka asyik bercerita dan Aku pun tak kalah asyik menikmati suasana bersama istri.
Menikmati pemandang menuju Kabupaten Pijay
Tidak lama dikedai kopi keemudian lanjutkan perjalanan. Sambil mengemudi maka dapat kita saksikan sebelah kanan dan kiri sawah luas nan menghijau. Sangat indah dipandang mata. Wilayah Peudada telah dilewati. Tak lama kemudian kami memasuki wilayah Jeunieb. Disekitar tempat tersebut dapat kita saksikan nantinya Desa Batee iliek, yaitu arena rekreasi yang sering dipergunakan oleh warga. Jembatan Batee iliek sudah tampak dimata dan kita lewati. Taka lama kemudian memasuki Pidie Jaya. Masih terlihat sejauh mata memandang hamparan sawah luas nan hijau sangat menghibur pandangan. Apalagi cuaca saat itu sangat cerah maka langit pun indah. Resiko panas terik dipancarkan oleh mentari.
Kami terus memacu kendaraan. Pelan namun pasti. Wilayah Pidie Jaya (Pijay) dilalui. Ingat Pijay maka terbayang coklat socolatte. "Jangan lupa singah Pa. Kita minum coklat three in one panas," kata istriku.
"Ok!" Jawabku singkat menyenangkan hati istri. " Mama tidur dulu. Ngantuk kali. Badan masih pegal. Nanti jangan sampai socolatte di lewati,"pesan istri.
Mobil terus menghajar aspal. Belok kiri dan kanan. Sekali waktu tancap gas dengan kecepatan 100 km/jam. Sekitar pukul 10.44 WIB kami tiba di tempat produksi coklat Socolatte. Coklat socolatte terletak di Jalan Banda Aceh-Medan, Desa Baroh Musa, Bandar Baru, Kabupaten Pidie Jaya.
Menikmati minuman coklat socolatte
Mobil Aku parkirkan diarea yang sudah disiapkan. Kami sudah sepakat tidak lama-lama. Saat melihat sekeliling dan memilih meja, Aku melihat teman lama dan pemilik socolatte, bang Irwan. Beliau juga sibuk dan kami bercerita sesaat membagi kisah. Beliau lanjutkan kegiatan dan Aku beserta istri duduk dimeja pilihan dan memesan mimuman coklat dingin three in one. Untuk makannya adalah mie goreng kering kesukaan. Duduk dan makan sambil rehat sejenak. Saat itu pegunjung belum terlalu ramai. Pastilah ramai semakin waktu meninggi. Setelah minum dan makan kami lanjutkan perjalanan.
Gumpalan awan mengiringi perjalanan
Saat perjalanan, gumpalan awan-awan putih yang beriringan mengiringi perjalanan kami dari udara. Cuaca memang sangat panas. Bahkan AC dalam mobil belum mampu mengademkan. Kami terus berpacu dengan waktu. Sekitar pukul 12.00 WIB, kami sudah tiba di Kota Lamlo. Karena waktu dhuhur hampir tiba maka mobil Aku arahkan masuk ke area parkir masjid Istiqamah. Masjid jantung hati warga Kecamatan Sakti dan sekitarnya.
Aku dan istri turun dari mobil dan menuju tempat wudhu. Untuk wanita dekat parkiran dan pria di belakang dua sisi masjid. Saat Aku masuk kedalam masjid, suasana masjid masih dalam keadaan kosong. Hanya ada muazin tua. Aku temui dan ijin untuk azan. Aku niatkan pahala azan ini untuk sabg ibunda yang baru saja meninggal dunia. Walau dengan suara agak parau alias serak-serak Aku kumandangkan azan dhuhur. Pengalaman menarik dan asyik yang akan terkenang.
Azan sudah. Iqamat sudah dan salat pun sudah. Selanjutnya Aku menuju rumah dikampung. Jalan masuk lewati Gapura dekat SMP N 2. Beberapa meter dekat sekolahan jalannya beraspal mulus. Namun setelah itu jalannya hancur berkeping-keping. Sudah bertahun-tahun tak ada perbaikan jalan hingga menuju rumahku. Mobil Aku bawa perlahan. Selain jalannya jelek, sempit pula. Aku tiba dan parkirkan mobil diarea rumah tetangga. Kemudian bersama istri masuk kerumah. Aku berjumpa dengan saudara kandung dan beberapa warga kampung yang ikut membantu dirumah. Saat memeluk kakak paling tua, Kak Maimunah, Aku tak mampu menahan air mata. Kami berdua saling membagi rasa sedih. Air mata turun tanpa diperintah. Namun, tangisan ini tidak sampai menjerit histeris. Tak baik efeknya. Kakakku, yang setia dan baik budi sudah bertahun-tahun merawat mamak. Beliau sangat faham bagaimana kondisi mamak sakit dan hingga akhir Allah panggil. Aku masih menangis dalam pelukan sang kakak tercinta. Dalam hati Aku berdoa, "Allahummaqfirlaha Warhamha Wa'afiha Wa'fu'anha." Lahul Al-fatihah buat Ibunda tercinta. Semoga Allah ampunkan dosa, kuburnya diluaskan dan khusnul khatimah. ***
Salam Rindu buat Ibunda dari Negeri Segantang Lada@hoesniy