gathered with several village youths in the coffee shop hut

Pagi ini cuaca di desa tampak suram. Hujan gerimis yang turun sejak subuh tak juga berhenti hingga sore hari. Langit kelabu seakan menyelimuti seluruh desa, membuat suasana di luar terasa sepi dan tenang. Aktivitas yang biasanya ramai di pagi hari pun tampak lebih lesu. Beberapa petani yang biasanya sibuk di sawah, kini memilih untuk menunggu cuaca membaik. Tak banyak yang bisa dilakukan di luar, sehingga kebanyakan orang lebih memilih untuk beristirahat di dalam rumah atau berkumpul di tempat-tempat yang nyaman.

Saya pun akhirnya memutuskan untuk mampir ke salah satu pondok kedai kopi yang terletak di tengah jalan desa. Pondok kecil dengan atap rumbia yang sudah kurang bagus ini memang tempat berkumpul para pemuda desa. Kedai kopi sederhana ini memiliki suasana yang hangat, dengan lantai papan kayu yang sudah tua. Dinding pondok juga terpasang dari papan juga, seakan mengundang siapa saja untuk menikmati suasana yang tenang di dalamnya.

Sesampainya disana, saya melihat beberapa pemuda desa sudah duduk di pondok. Beberapa dari mereka mengenakan jaket, menyandarkan tubuh pada dinding pondok yang sudah agak lapuk. Mereka terlihat santai sambil menyeruput kopi yang mereka pesan di warkop depan pondok. Suara gelas dan sendok yang beradu dengan piring terdengar sesekali, namun obrolan mereka lebih mendominasi.

Cuaca kayak gini enaknya memang cuma ngopi aja ya ujar Munawir salah satu pemuda yang duduk di depan saya. Ia tampak tersenyum sambil menatap keluar, melihat hujan yang masih turun dengan pelan. Sambil meneguk kopinya ia melanjutkan, kalau di luar hujan begini nggak ada yang bisa di kerjain.

Saya mengangguk setuju. Hujan yang tak kunjung reda memang membuat aktivitas di luar terasa terhambat. Beberapa dari mereka mengeluh tentang pekerjaan yang tertunda, sementara yang lain lebih memilih berbincang tentang berbagai hal. Ada yang bercerita tentang rencana acara desa yang tertunda, ada pula yang membahas cerita lucu seputar kehidupan sehari-hari di desa.

Selain obrolan ringan, kami juga berbicara tentang perubahan yang terjadi di desa kami. Meskipun cuaca tak mendukung untuk aktivitas fisik, saat-saat seperti ini memberi kesempatan untuk berbicara lebih dalam tentang kondisi desa, harapan dan tantangan yang dihadapi. Beberapa dari mereka bahkan mulai membahas ide-ide untuk memajukan desa, seperti pengembangan usaha kecil atau peningkatan infrastruktur yang bisa dilakukan meskipun di tengah keterbatasan.

Hari semakin sore, hujan tetap turun meski tak begitu deras. Namun di pondok kedai kopi ini suasana tetap hangat. Kehangatan yang datang bulan hanya dari secangkir kopi, tetapi juga dari kebersamaan yang terjalin di antara kami. Dalam cuaca yang tak bersahabat, kadang-kadang waktu berkumpul seperti ini justru menjadi momen berharga untuk saling berbagi cerita dan mempererat tali persaudaraan antar pemuda desa.

Akhirnya saya memutuskan untuk pulang terlebih dahulu meskipun masih hujan, Karena saya harus mandiin dulu anak pertama saya yang masih kecil.

Salam @aril.hatake