Langit dan Aku, Mellow Meunan

in Indonesiayesterday (edited)

Foto diambil saat sedang menunggu gado2 dibungkus oleh Pakdhe yang mangkal di Lapangan Ruko, RW 15, PamEst. Rumah saya masih 2 belokan lagi. Langit mendung, sebentar lagi hujan


Senin berenang, Selasa berenang. Latihan membuat engkel kaki fleksibel berjalan baik. Magrib-Isya tetap ke mesjid meskipun hujan. Sesekali ingin mangkir, namun kesadaran terdalam menolak kompromi. Jadi begitu, auto-berger kalau sudah waktunya.


Sama seperti halnya ketika orang bergerak dan aku pegang HP, menangkap momentum sekedarnya. Tidak mudah menemukan waktu, teman dan tempat yang tepat. Aku selalu yakin itu Hak prerogatif yang dikaruniakan Allah Swt dalam nama cinta.


Sama halnya seperti aku yang dijauhkan dari lokasi bencana 26 Desember, 2004. aah sudah 20 tahun berlalu. Ingatan mungkin samar memudar, tapi rasa yang tertanam selama 20 tahun itu, tidak bisa dilupakan.

Semua dimulai ketika Maslakoe tiba-tiba menonton berita akan dirilisnya film "Van Helsing II". Saat memasak, lalu melintasi ruang tengah untuk mengambil sesuatu, mataku terpaku, terpacak pada televisi. Minggu, 22 Desember, aku terdiam sejenak. Lintasan kenangan muncul seperti rinai gerimis. "Oh, itu malam 20 tahun lalu, saya menonton film Van Helsing sendirian di kantor YEA, Kp. Ateuk", kataku pada Maslakoe dengan sedih. Lalu, aku memilah emosi melanjutkan apa yang tertinggal.

Waktu berlalu, aku terus bergerak dengannya. Bersenang-senang mencoba gaya renang yang baru kupelajari. Sesekali aku terdiam mengenang apa yang terjadi pagi itu. Tahun ini aku putuskan tidak akan mencari Dendi, teman curhat khusus tsunami setiap tahun. Aku akan membaca status teman-teman di FB saja nanti.


Langit dan aku sama mellownya pagi ini, aku menolak ajakan jogging. Meskipun saya tahu, ada agenda mengumpulkan foto untuk cerita "Jalan di hari Rabu" yang harus kutulis. Nanti saja kalau mood balik.

Aku teringat Almarhum teman-teman, Almarhumah sepupu dan keponakan. Mengenang hari-hari terakhir kami, momen indah, sedih dan konyol yang kami jalani, kebaikan dan kenakalan yang dilakukan bersama. Taufan Nugraha si jurnalis, Fred si korlap, yuli si penari, Nova si rafiah, Diva si ikal centil, Reza si biohazard, Bang Muharram si ketua AJI Banda Aceh, NJ si wartawan sersanko, Bang Muhammad Ibrahim si ketua Walhi, Adam Siregar si lancip, Kak Yus si tabah, dan beberapa nama yang hilang dari ingatan sebab sudah bertahun-tahun tak dibicarakan lagi.

Adik-adik dan kawan angkatan di kampus Unsyiah yang berdomisili di Lampuuk, Deah Glumpang, Deah Baro, Punge Jurong, Punge Blang Cut, Surien, Lamjabat, Peukan Bada, Kajhu, Cot Lamkuweuh, Ba'et, Gampong Baro, Lambaro Skep, Lamdingin, Lampriek, Gampong Jawa, Merduati, Keudah, Lampaseh, Lamjamee, Blower, Kp. Keuramat, Kp. Laksana, Lampineung, Lingke, Prada, Lam Gugob, Lamreung.

Semoga Allah Swt Memudahkan semua urusan mereka di Akhirat kelak, aamiin 🤲

Kelak, yang hidup; yang berjuang; yang bersedih; yang kehilangan; yang menemukan, akan sama-sama menunggu. Mungkin bertemu, mungkin saling mencari, mungkin pula tidak mengenal lagi. 20 tahun berlalu, ingatan itu masih di sini. Dalam hati, dalam benak, dalam do'a.

Langit dan aku sama Mellownya hari ini. Hidup jalan terus, aku mengingat rasa dingin pagi itu, hentakan berulang tak terhitung. Aku mengenang orang yang panik, berlari, berteriak sambil menangis menuju Mesjid. Mereka terluka, berdarah, putus asa pun pasrah.

Aku juga mengingat wajah-wajah orang kuat dan optimis bergerak bangkit menata hidupnya. Mereka yang datang membantu dan memberi. Mereka yang berhasil mengubah nasibnya. Aku bersama mereka melintasi jalan yang sama, bertemu di ruang diskusi, di warung kopi, di hotel mewah juga di gubuk kumuh pinggir kuburan, sampah dan emperan.

Langit dan aku, mellow hari ini. Kami berduka, berdo'a dan pasrah pada KehendakNya.

Posted using SteemMobile