Antara Cut Nyak Dhien, Christine Hakim, dan Emas Harun Keuchik Lumiek

in Indonesia4 years ago (edited)

Antara film Cut Nyak Dhien dan Christine Hakim, ada sumbangsih pengsaha emas Aceh H Harun Kechik Lumiek yang meminjamkan lebih 100 koleksinya untuk mendukung pembuatan film drama epos biografi sejarah tersebut.

Hal yang akan saya tulis ini merupakan sesuatu yang jarang diungkap tentang peran sosok saudagar Aceh itu menyukseskan film Cut Nyak Dhien, sehingga memenangkan Piala Citra sebagai film terbaik dalam Festival Film Indonesia tahun 1988, serta penghargaan dari Ferstifal Film Bandung untuk Film Sejarat Terpuji.

Karena film Cut Nyak Dhien pula, H Harun Kechik Leumik kemudian berteman akrab dengan Christine Hakim pemeran Cut Nyak Dhien dalam film tersebut, Slamed Rahardjo pemeran Teuku Umar suami Cut Nyak Dhien, dan Pitrajaya Burnama yang memerankan Panglima Laot alias Pang Laot, serta Eros Djarot sang sutradara.

chistine hakim_tjut nyak dhien.jpg
Christine Hakim dalam film Cut Nyak Dhien [Sumber: boombastis]

Dalam bukunya Penyelamat Warisan Budaya H Harun Keuchiek Lumiek mengungkapkan, suatu hari di tahun 1987 sebuah kru seniman film dari Jakarta yang terdiri dari Christine Hakim, Eros Djarot, Slamer Raharjo dan beberapa artis pemdukung lainnya datang ke rumanya di Lamseupeung, Kota Banda Aceh.

Mereka menceritakan keinginan untuk menggarap film Cut Nyak Dhien, karena itu meminta kesediaan H Harun Keuchik Lumiek untuk meminjamkan atribut dan benda-benda budaya warisan Aceh, terutama senjata-senjata yang digunakan oleh para pejuang Aceh dalam perang melawan Belanda tempo dulu.

Benda-benda budaya Aceh yang bernilai sejarah mereka cari saat itu memang sudah sangat langka tak bisa ditemukan lagi di pasaran. Dan itu hanya ada dalam koleksi H Harun Keuchik Lumeik, barang-barang itu antara lain senjata tajam khas Aceh seperti rencong, pedang, senampang dan lain sebagainya.

Bila Anda pernah menonton film Cut Nyak Dhien dan melihat Christine Hakim mengenakan kain tenun Aceh, itu juga koleksi H Harun Keuchik Lumiek yang usianya sudah ratusan tahun. Koleksi-koleksi langka itu ikut menjadi pendukung kostum para pemain film kolosal tersebut.

Cut Nya Dhien.jpg
Sampul CD film Cut Nyak Dhien [Sumber: google]

Bukan itu saja, bahkan H Harun Keuchik Lumiek juga diminta kesediaannya untuk meminjamkan perhiasan emas dan perak koleksinya untuk digunakan dalam proses pembuatan film itu, jumlahnya sekitar 100 koleksi perhiasan.

H harun Keuchik Lumiek sempat khawatir benda benda bersejarah dan perhiasan emas koleksinya yang sudah berusia ratusan tahun akan rusak. Tapi demi pembuatan film Cut Nyak Dhien ia bersedia meminjamkan koleksinya itu.

H Harun Keuchik Lumiek juga tidak berkecil hati, ketika film itu sukses dan perannya di belakang layar dilupakan. Sampai H Harun Keuchik Lumiek meninggal, produser film tersebut tidak pernah memberikan penghargaan dalam bentuk apa pun kepadanya.

Eros Djarot sendiri dalam pemutaran perdana film itu di Banda Aceh pernah berkata. “Seharusnya sebuah penghargaan harus diberikan kepada Bapak H Harun Keuchik Lumiek, karena beliaulah yang telah banyak membantu perlengkapan-perlengkapan pembuatan film Cut Nyak Dhien, hingga membuat film ini menjadi film yang sukses dalam sejarah perfileman nasional kita.”

Hal lainnya adalah ketika H Harun Kechiek Lumiek diundang ke Jakarta untuk menonton pemutaran perdana film Cut Nyak Dhien. Dalam satu adegan film itu Chistine Hakim yang memerankan peran Cut Nyak Dhien menjual sejumlah perhiasan sumbangan rakyat Aceh kepada seorang pedagang emas untuk membiayai perjuangannya.

Pada saat menonton adegan itu H Harun Kechik Lumiek mengaku sempat tertawa, karena semua perhiasan emas itu adalah miliknya. “Itu perhiasan emas koleksi saya, jadi ketika melihat adegan itu saya merasa ada kelucuan, sedangkan penonton lain mungkin merasa iba dan terharu melihat pengorbanan Cut Nyak Dhien dalam perjuangannya melawan Belanda di Aceh,” tulis H Harun Keuchik Lumiek.

harun dan critine hakim.jpg
H Harun Keuchik Lumiek dan istri bersama Christine Hakim dan Kabag Humas Setwilda Aceh Ramli Dahlan [Repro: Penyelamat Warisan Budaya]