Kisah Sersan Sariman Dalam Perang Krueng Raba

in Indonesia3 years ago

Perang kolonial Belanda di Aceh menyisakan banyak cerita, para serdadu Belanda mengakui heroism pejuang Aceh dalam buku-bukunya. Di gerbang Peucut Kerkhof Aceh ribuan nama serdadu Belanda yang tewas dalam perang Aceh terukir.

Dainatar sekitar 2.200 tentara Belanda yang dikuburkan di Peucut Kerkhoff, ada nama-nama mereka yang tewas dalam perang Krueng Raba. Patroli pasukan Belanda yang dipimpin sersan Sakiman asal Jawa mengalami nasib tragis saat patroli dari Krueng Rana ke Buket Saboen.

Peristiwa itu terjadi pada 15 Maret 1877. Di sebelah selatan Krueng Raba ada benteng pertahanan Belanda, tempat sersan Sakiman dan pasukanya bertahan dari gempuran pejuang Aceh, tak jauh dari sana Belanda juga membangun bivak atau kubu pertahanan di sekitar Buket Sabon.

gerbang kerkhof sayap.jpg
Sisi kanan bagian dalam gerbang Peucut Kerkhof [foto: dok pribadi]

Pada hari naas itu, sersan Sakiman bersama satu kopral dan 20 serdadu diperintahkan untuk melakukan patroli dari benteng Krueng Raba ke benteng Buket Sabon. Pemerintah Kolonial Belanda di Aceh ingin membersihkan kawasan tersebut dari serangan pejuang Aceh.

Berangkatlan sersan Sakiman dan pasukannya untuk patroli. Tapi ketika mereka berjalan antara kampung Lambesoe dan Lampaya, ketika akan sampai pada persimpangan jalan, patroli pasukan Belanda itu ditembaki pejuang Aceh dari pinggir jalan. Para penembak berlindung dalam lubang di sisi jalan.

Dengan sigap sersan Sakiman memerintahkan anak buahnya untuk berlindung dan membalas tembakan. Sementara serdadu Belanda yang kena tembak pejuang Aceh ditarik ke parit untuk diselamatkan, beberapa mereka tewas, ada juga yang kritis karena luka tembak.

Sersan Sakiman memerintahkan sisa-sisa pasukannya untuk membalas tenbakan pejuang Aceh, tapi tetap saja mereka tidak bisa menjangkaunya, karena para pejuang Aceh berlindung di belakang pagar.

Perwira Belanda yang ikut dalam perang di Aceh, Kapten Infantri WJ Philips mengabadikan kisah penyerangan tersebut dalam buku Penjoeratan Pekerdjaan Perang di Negeri Atjeh, ia menulis:

”pekerjaan patroli yang berjalan dari Krueng Raba ke Buket Sabon, maka diantara kampung Lambesoa dan Lampaya, sebelah jalan itu kiri kanan ada pagar, serta betul di tempat itu jalan bersiku. Sampai di situ dengan kaget patroli ditembaki oleh beberapa orang Aceh yang berada di dalam lobang-lobang besar di jalan itu. Begitulah kopral dan satu serdadu yang di muka sekali lantas kena luka tembak. Sebentar juga sersan Sariman yan bersentausa betul merapatan orangnya, serta menyuruh membalas tembakan.

lueng bata 1874.jpg
Nama-nama tentara Belanda yang tewas dalam perang di Luengbata tahun 1874 terukir di salah satu sisi gerbang Peucut Kerkhoff [foto: dok pribadi]

Perang terus berlangsung beberapa lama, sampai kemudian datang pasukan Belanda lainnya dari benteng Buket Saboh untuk membantu pasukan sersan Sakiman yang terpojok ditembaki pejuang Aceh. Kini para pejuang Aceh berada di tengah, antara pasukan sersan Sakiman dan pasukan Belanda dari benteng Buket Sabon. Pejuang Aceh ditembaki dari dua arah, membuat konsentarsi mereka terpecah dan mengundurkan diri.

Setelah perang reda, sersan Sakiman dengan sisa-sisa pasukannya, serta pasukan patroli Belanda dari benteng Buket Saboh memeriksa lobang-lobang yang dilakukan para pejuang Aceh ketika menyerang. Dalam laporan ke pos militer Belanda disebutkan empat pejuang Aceh tewas dan satu luka parah. Sementara jumlah pasukan Belanda yang meti ditembaki pejuang Aceh dalam perang itu tidak disebutkan.

Nama-nama tentara Belanda yang tewas dalam perang antara Krueng Raba dan Buket Sabon itu baru diketahui setelah Pemerintah Kolonial Belanda membangu gerbang Peucut Kerkhof, sebuah komplek kuburan militer Belanda di Banda Aceh. Di salah satu sisi dinding gerbang itu terukir nama-nama mereka yang tewas bersama ribuan nama tentara Belanda lainnya yang tewas dalam perang Aceh.

Coin Marketplace

STEEM 0.20
TRX 0.15
JST 0.030
BTC 65531.60
ETH 2644.26
USDT 1.00
SBD 2.81