Saat Logika Kita Dipecundangi “Tayangan Sampah” Vicky Prasetyo

in #indonesia7 years ago
Saya tak habis pikir, mengapa acara pernikahan Vicky Prasetyo dan Angel Lelga yang penuh absurd itu tayang di televisi. Siapa penikmatnya? Pertanyaan sederhana ini kemudian menjadi narasi lain.

Sebab pertanyaan tersebut secara tak langsung, justru menjelaskan karakter kita sebagai bangsa. Yang tak ingin ribet, dan suka mengelabui logika sendiri.

068741200_1515490820-Vicky_Prasetyo_program_ANTV_Salam_Ramadan_di_epicentrum_kuningan_foto_by_Bambang_E_Ros__2_.jpg

Siang tadi, saya sekilas menyaksikan tingkah konyol sepasang pengantin baru dari artis ibu kota itu. Saya menemukannya secara tak sengaja di-timeline Twitter. Saya mengernyitkan kening menyaksikan setiap potong ceritanya.

"Mengapa ada tayangan sebodoh ini?"

Mulai Vicky melompat dari heli yang jaraknya hanya beberapa meter saja dari laut. Lalu “tak sengaja” melemparkan cincin pernikahannya ke laut. Sekali lagi, ia membuktikan cintanya dengan melompat ke laut untuk menemukan cincin tersebut.
Alih-alih menyelam untuk mencari cincin, lelaki kelewat modern ini malah mengapung tak tentu arah. Sampai di situ, saya kira cukup! Kebodohan seperti apalagi yang hendak saya konsumsi.

Saya yakin, selugu apapun diri kita, pasti percaya bahwa semua adegan mereka itu adalah pura-pura belaka.
Belum lagi kata-kata “puitis” Vicky yang diucapkannya sesuka hatinya saja. Awalnya, kita mungkin tertawa melihat kebodohan Vicky. Tapi bagi Vicky, justru kebodohan itulah nilai jualnya. Ia mengkomersilkan kebodohanya sendiri. Ironisnya, kebodohan tersebut justru menjadi konsumsi publik.

vicky-prasetyo-ungkap-alasan-kenapa-ia--279c58.jpg

Tapi begitulah, stasiun tv kita masih tetap menanyangkannya. Mereka rela merogoh kocek yang dalam untuk memuat semua cerita kepalsuan tersebut, lalu menyajikannya di depan mata kita.

Akhirnya kita pun terjebak dengan perasaan sendiri, antara harus tertawa atau prihatin?

Tontonan sampah seperti ini, sebenarnya bukan kali pertama tersaji di layar kaca kita. Ini adalah cerita berulang dengan kemasannya saja yang berbeda. Semua tayangan tersebut muatannya tetap sama: Sampah!

Akal yang dikaruniakan Tuhan untuk kita pun, rasanya tidak berguna jika kita hendak menonton tayangan sampah tersebut. Sebab kita tidak perlu berpikir, karena tayangan tv hari ini memang tidak menuntut kita untuk mengunakan akal.

Maka kita patut gelisah, saat tayangan sampah seperti ini semakin akrab bagi masyarakat kita. Saat akal kita terus dipecundangi oleh kepalsuan. Lalu masyarakat kita merasa nyaman, seolah mereka telah menerima dengan lapang dada semua kepalsuan ini.

Jika hal seperti ini terus berlanjut, maka tayangan tersebut akan menjadi standar di tengah masyarakat kita. Produser tv pun tak ragu lagi untuk membuat tayangan yang sama.

Sampai kapan tragedi ini? Entahlah, yang jelas mari terus merawat akal sehat. Sebab kebodohan, bagaimanapun kemasannya tetaplah kekosongan.

Sort:  

Mestinya tayangan televisi itu memberikan pesan2 moral dan unsur edukasi, bukannya acara murahan yg seperti bgtu. Gawat..

Betul bang, kesal sendiri kita lihatnya :D

Sedih baca penjelasan ini, merasa prihatin dengan nasib masyarakat yang dilenakan dengan hal-hal gak berguna gitu.

Makannya di rumah kami TV walau bagus gak pernah hidup, kabelnya udah lama dipotong sama mamak daku. Hahaha...

Wuihh revolusioner kali mamak Ayu :D
Seandainya semua orang tua setegas itu ya.

Kita juga harus jeli memilih tayangan yang disajikan. Kalau sampah yg disodorin masak kita mau terima dan melihatnya juga. Yel lebih memilih nggak usah menonton, bahkan tampang dia lewat aja di IG atau FB langsung discroll.

Nah ini baru mantap, setidaknya kita bisa mem-filter diri sendiri. Cuman kan, enggak semua orang bisa sesadar itu Yel @_@

Begitulah... Dia berhasil jualan. Marketing nya bgs :)

Kena jebakan batman lah ceritanya :))

Selama remote tv masih ada di tangan kita penonton, semoga kita tetap terus pintar dan cerdas memencetnya.

Ulasan yang mencerdaskan bang. Trims

Yup, sebenarnya kendali ada di tangan kita :D

Kebodohan yang dipelihara....

Sebab kalau pelihara kameng harus ada umpan :))

Tak habis pikir dengan tanyangan tv jaman now...
Bukan mencerdaskan bangsa, tapi justru membodohkan...

Maka, mari jauhkan tv dari keluarga kita :D

Tulisan ini memginspirasi saya. Sekaligus membuat saya tersadar, ternyata berat juga beban tvri sebagai tv publik