Pasar Memang Diciptakan
Kemarin malam usai ngopi bareng. Saya mengajak beberapa teman untuk makan bersama. Entah dari mana datangnya saya kepingin makan pecal lele. Ada kawan yang kurang sreg sih. Tapi saya memaksa. Sudah lama saya tidak makan nasi uduk. Walau saya tak menyukai lele dan pecel ayam. Kebiasaan saya makan paha bebek atau ikan lain selain lele.
Kami akhirnya makan di pecel lele dekat warkop Solong Premium Beurawe. Menunya semua memilih ikan goreng. Dan tentu saja ada terasi, kecap dan sayur mentah. Sayur itu hanya daun kol dan daun kemangi. Tentu ini bukan menu lazim orang Aceh.
Kebetulan kami berlima suku Aceh. Tentu saja kebiasaan orang Aceh bukan model begini. Apalagi ikan yang tidak di potong duri dan bulu bulunya. Makan tanpa kuah dan nasi lemak untuk makan malam. Pola menu ini tak lazim bagi kita di Aceh. Namun dari semua yang makan diwarung tenda pinggir jalan itu bertutur dalam bahasa Aceh.
Nah ternyata pola makan kita bisa juga berubah. Padahal budaya makan pada menu yang tersaji disini bukan kelaziman disini. Inilah yang dinamakan pasar yang diciptakan. Sebab mereka datang berjualan kemari berspekulasi dengan membawa hal baru. Hal yang hanya pada menu makanan. Tentu disini ada yang jual makanan tradisional. Ini berbeda dengan hal baru pada produk alat komunikasi seperti HP. Atau alat transport seperti mobil dan pesawat terbang. Kedua hal baru ini tercipta pasar karena membantu mempermudah manusia. Dan prosesnya dari tidak ada ke ada. Dari lambat ke yang lebih cepat. Tapi pada produk makanan. Apalagi makanan pokok sudah ada sejak manusia ada dibumi. Inilah inovasi, bagaimana mengubah kelaziman.
Bisnis model beginilah yang sedang bergerak saat ini. Mensiasati perilaku manusia. Bahkan perilaku tradisional mereka. Bukan hanya untuk hal yang baru sama sekali. Tapi memodifikasi peradapan. Atau mensiasati pola tradisional ke pola yang lebih menggugah dan nampak modren. Sebagai contoh kinj di Aceh bertabur warung kopi modren. Dekorasi, pola penyajian dan modifikasi menu. Di Aceh dari jaan baheula memang dikenal sebagai negeri beribu warung kopi. Tapi kini warung kopi bukan lagi kebutuhan atau cuma kebiasaan. Bukan cuma budaya turun temurun. Tapi kini nongkrong di warung kopi adalah trend. Para pelaku usaha ini berlomba menyuguhkan hal hal menarik.
Bila dulunya budaya warung kopi di Aceh adalah tempat nongkrong sambil minum kopi. Kemudian beralih jadi tempat hiburan. Ada pemutaran video, VCD dan nonton televisi. Kemdian di era milenium warung kopi menjadi pusat komunikasi murah karena ketersediaan WiFi. Kini bergerak ke nilai estetis. Ajang selfie dan nongkrong kaum urban. Menu yang dulu hanya ada dikota besar dan mewah seperti ekspresso, americano dan lain lain. Kini dengan mudah dan murah di kedai kedai kopi kita. Peluang peluang bisnis dengan memodifikasi produk dan kebiasaan menjadi bagian ekonomi kreatif. Suatu saat nanti sangat mungkin barangkali keurupuk mulieng Pidie akan tampil dengan aneka rasa. Misalnya emping crispy atau rasa pedas dengan aneka level. Dan ini akan menjadi nilai tambah produk. Menciptakan ceruk pasar tersendiri. Dan menjadi makanan semua kalangan. Dan menjadi elit. Lihat produk olahan ubi yang kini beredar di toko toko modren. Pada tingkat petani harga ubi paling tinggi cuma seribu. Tapi setelah diberi sedikit rasa dan kemasan baru maka nilai tambahnya berpuluh kali lipat. Maka tidak mustahil suatu saat menu masakan tradisional Aceh akan go nasional dan international. Seperti warung padang dan pecel lele. Yang akan melahirkan kembali perantau dari Aceh. Seperti pedagang pecel lele yang datang dari jawa. Padahal melihat menunya kitapun dengan mudah membuat dan menjualnya. Maka bisnis adalah tentang kemampuan membangun pasar. Sehingga setiap akan memulainya. Bukan resiko yang terlalu dipikirkan. Tapi adalah peluanv peluang yang harus diciptakan.
Aseuli gleh mandum pingan, lagee ban pasukan kalah perang he he he.
Urusan si mubarak nyan
Hana roh lon, teungoh diet. hana pajoh bu malam. Jak peungon mantong kakakakaka
Ha-ha-ha... geuthat geutuoh cok foto. Dipike le ureueng mandum ku geranyai le droekeuh
Man kon? 2 boh sidroe keuh
Saleeum ke Abang baje mirah..
Hahahahahha, na ji turi keuh
kadang-kadang meuturi kamoe, abang leting SMP lon
Ka puleih neuh Aapa ?