Kisah Aan
– Aan Wahyudi, buah hati dari pasangan Anita (31) dan Iswandi (30) warga Gampong Lhok Jok, Kecamatan Kuta Makmur, Kabupaten Aceh Utara, terpaksa tidak melanjutkan pendidikannya setelah lulus sekolah dasar (SD) pada pertengahan 2017 lalu. Keterbatasan ekonomi orang tuanya menyebabkan remaja tersebut harus mengurungkan keinginan untuk dapat melanjutkan cita-citanya seperti teman-teman yang lain.Remaja berusia 13 tahun itu adalah putra pertama dari empat bersaudara. Iswandi selaku ayahnya saat ini bekerja sebagai petani upahan.
Uang yang diperoleh sehari-hari hanya untuk makan keluarganya saja. Sedangkan ibunya, Anita bekerja sebagai pemulung di tempat pembuangan akhir (TPA) di Kemukiman Kandang, Kecamatan Muara Dua, Lhokseumawe.Saat ditemui GoAceh di tempatnya bekerja, Anita mengaku, anaknya hanya tamat SD saja. Untuk menyambung ke jenjang SMP dirinya tidak mampu karena keterbatasan ekonomi.
“Sebenarnya saya kasihan sama anak saya, tapi mau bagaimana lagi, kami tidak memiliki biaya untuk itu,” ujarnya lirih. Anita menambahkan, Aan merupakan putra pertama dari empat bersaudara. Adik-adiknya bernama Iin Maulana (10), Merizka (5), dan Meranda (2). Aktifitas sehari-hari Aan adalah membantu ibunya memulung sampah dan barang-barang bekas di TPA tersebut.“Sehari dari hasil memulung ini paling banyak bisa dapat uang Rp15 ribu, dipotong uang minyak sepeda motor berangkat dari Kecamatan Kuta Makmur,” katanya. Anita sangat menginginkan anaknya itu kembali melanjutkan sekolah. Ia hanya bisa berharap, ada bantuan pendidikan dari pemerintah setempat agar anaknya dapat terus menuntut ilmu.
“Yah, semoga saja akan ada beasiswa pendidikan ke depannya untuk anak saya, sehingga Aan bisa kembali bersekolah,” harapnya.Sementara itu, Aan sendiri masih ingin meneruskan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.“Tapi karena orang tua saya gak punya uang jadi hanya bisa bersyukur saja,” ucap Aan dengan wajah lugu.