Lessons from the Lion JT 610 Tragedy (Bilingual)
The tragedy of the Lion Air JT610 plane crash which will serve passengers from Jakarta to Pangkalpinang, at least began to be revealed. The cause of the crash was reported due to interference with the aircraft's control system. Even though it is still in a new condition, the Max 8 type Boeing has a fatal problem.
Since it started driving to fly, it turned out that problems had begun to be felt in the cockpit room. Copilot did not know the speed of the aircraft at that time. This was learned from the copilot communication with the officers in control tower of Soekarno Hatta Airport.
Imagine the pilot and copilot don't know how fast the plane is. Even though they have to take off. Not only that, just two minutes away, the pilot and copilot also could not detect the height and speed. This is because the aircraft instruments display the same number.
That was the condition of the aircraft with the PK-LQP register number as reported by the November 2 issue of Tempo magazine. In the report, which made us feel heartbroken, the two pilots had requested permission so the plane could return to Soekarno Hatta Airport.
The permit was given from the watch tower, but the plane had fallen to the seabed in the Karawang coast of West Java before it managed to return. The new plane flew for 12 minutes. Communication was cut off, the aircraft signal was also lost from the surveillance radar.
Tempo also mentioned that the copilot named Harvino, on that day was the replacement copilot. He replaced his colleague who could not fly because he did not have a license to fly a Max 8 type aircraft. But it turned out that day, along with the passengers and crew of the cabin, became the last flight of the father of two children.
The event of the fall of the Lion Air JT610 aircraft is hopefully a valuable lesson for the government, related parties and other airlines. Don't easily fly a problematic plane, because this involves human lives. One life is priceless, more than 189 people.
*INDONESIA*
Pelajaran dari Tragedi Lion JT 610
Tragedi jatuhnya pesawat Lion Air JT610 yang akan melayani penumpang dari Jakarta ke Pangkalpinang, sedikitnya mulai terungkap. Penyebab jatuhnya pesawat tersebut diberitakan karena gangguan pada sistem kendali pesawat. Meski masih dalam kondisi baru, pesawat Boeing tipe Max 8 tersebut ternyata memiliki masalah yang fatal.
Sejak mulai melaju untuk terbang, ternyata permasalahan sudah mulai dirasakan di ruang kokpit. Kopilot tidak tahu berapa kecepatan laju pesawat saat itu. Hal ini diketahui dari komunikasi kopilot dengan petugas di menara pengawas Bandara Soekarno Hatta.
Bayangkan pilot dan Kopilot tidak tahu berapa kecepataan pesawat. Padahal mereka harus take off. Tak hanya itu, baru dua menit terbang, pilot dan kopilot juga tak bisa mendeteksi ketinggian dan kecepatannya. Hal ini disebabkan karena pada isntrumen pesawat menampilkan angka yang sama.
Begitulah kondisi pesawat dengan nomor register PK-LQP seperti laporan yang diturunkan majalah Tempo edisi 2 November 2018. Dalam laporan tersebut, yang membuat hati kita renyuh adalah kedua penerbang sudah meminta izin agar pesawat bisa kembali ke Bandara Soekarno Hatta.
Izin tersebut sudah diberikan dari tower pengawas, namun pesawat sudah jatuh ke dasar laut di perairan Karawang Jawa Barat sebelum berhasil kembali. Pesawat baru terbang selama 12 menit. Komunikasi terputus, sinyal pesawat juga hilang dari radar pengawas.
Tempo juga menyebutkan bahwa kopilot yang bernama Harvino, pada hari itu adalah kopilot pengganti. Ia menggantikan rekannya yang tidak bisa terbang karena belum memiliki lisensi untuk menerbangkan pesawat tipe Max 8. Namun ternyata hari itu, bersama para penumpang dan awak kabin, menjadi penerbangan terakhir ayah dari dua orang anak ini.
Peristiwa jatuhnya pesawat Lion Air JT610 ini semoga menjadi pelajaran berharga bagi pemerintah, pihak terkait serta perusahaan penerbangan lain. Jangan mudah menerbangkan pesawat yang bermasalah, karena hal ini menyangkut dengan nyawa manusia. Satu nyawa saja tak ternilai harganya, apa lagi 189 orang.
Sedih😭😭😭
Saya kurang mengikuti berita luar negeri, apakah tragedi jatuh pesawat ini hanya sering terjadi di Indonesia saja? Sungguh memilukan..
Semoga dari peristiwa tragis jatuhnya pesawat Lion Air JT610, bisa jadi pelajaran berharga bagi maskapai penerbangan lain, untuk lebih berhati-hati lagi, keselamatan penumpang, tetap jadi prioritas utama, demi keamanan dan kenyamanan, bersama.
Informasi yang sangat bermanfa'at dan menambah wawasan saya, salam sukses bang @aiqabrago😊
Peristiwa seperti ini terus saja berlangsung dan yang paling merasakan duka adalah para keluarga yang ditinggalkan. Kita hanya berharap kedepannya sedikit berkurang dan bisa ditanggulangi. Informasi yang sangat berguna,, sukses selalu bg @aiqabrago
@mukhtarilyas, semoga menjadi pelajaran bagi bangsa ini dan teguran Allah kepada hambanya yang terlena dengan piasan donya bang @aiqabrago. Salam
Ini pembelajaran yang sangat berharga. Ini bukan juga pelajaran pertama bagi para pemangku kebijakan di negeri ini. Kasus serupa telaj sering terjadi. Hendaknya bisa dicari solusi jitu agar kasus serupa tak terulang lagi di masa depan
Sedih sekali membaca ulasan ini.
Al-fatihah untuk semua korban, dan semoga dibei kesabran pada anggota keluarga yg ditinggalkan.
Al-fatihah, aamiin, terkadang kesalahan kecil jika tidak di acuhkan fatal akibatnya, terima kasih sharing nya bang @aiqabrago
Posted using Partiko Android
semoga tragedy pesawat seperti ini tak terulang lagi