The Beauty of Nature, Halal Tourism, and Our Culture (Bilingual)

in #indonesia6 years ago

Often we hear, the natural beauty of Aceh really amaze tourists from abroad. But unfortunately, tourist destinations have not been managed properly, making it difficult to realize Aceh as a religious tourist visit. When talking about tourist destinations, it means to have touched many supporting facilities and infrastructure, ranging from human resources, culture, to infrastructure.

When it alludes to many aspects, the responsibility of advancing tourism potential becomes a profitable industry, not just on the shoulders of the tourism service. All offices with the public and private parties must support the growth of the tourism industry. Otherwise, the natural beauty and cultural richness of Aceh will not contribute to society and region as expected.

Amid the concept of tourism that is not far from sex and liquor, Aceh is trying to offer the concept of halal tourism according to the Shari'a. The Ministry of Tourism has also issued regulations on the guidelines of Halal tourism, with all the pros and cons and it is common in Indonesia. Each region to live with the richness of culture and natural surroundings.

Aceh, which has many religious tourism destinations such as the tombs of prominent Islamic figures, has not been able to use the wealth to attract tourists from Muslim countries to come in droves. Likewise with cultural richness such as saman dance momentum, marine tourism event in Sabang and all other natural beauty. Even the richness of Leuser forest that can become a tourism forest riches like in other countries, has not been optimally utilized (not to mention ignored). In fact, it is reportedly outsiders who benefit.

The challenge of developing a halal tour is heavier, or even easier because the focus is clear? It takes a deeper study. If you are busy reviewing, when is the execution? When to work to change the paradigm of the society that tourism is only about sex and alcohol? When to change the culture of society to serve tourists as if a host treats guests? Building a conscious human tour-especially religious tourism-is much harder than building infrastructure.

If people aware of tourism has been awakened, other physical development to follow. Adequate transportation facilities, safe, convenient, and scheduled, strong travel networks, complete lodging ranging from jasmine to five stars, and information that is easily accessible to potential travelers even while still in the country. In the midst of advances in information technology as now, all the overseas travel campaigns can certainly be easy to do, even though the Steemit platform can also, of course, synergize with other facilities that support.

Image source

*INDONESIA*

Keindahan Alam, Wisata Halal, dan Budaya Kita  

Sering kita mendengar, keindahan alam Aceh sungguh memukau para turis dari mancanegara. Tetapi sayangnya, destinasi wisata belum dikelola dengan baik sehingga sulit mewujudkan Aceh sebagai daerah kunjungan wisata religi. Ketika bicara tentang destinasi wisata, berarti harus menyinggung banyak sarana dan prasarana pendukung, mulai dari sumber daya manusia, kebudayaan, sampai infrastruktur.  

Ketika menyinggung banyak aspek, tanggung jawab memajukan potensi wisata menjadi sebuah industri yang menguntungkan, tidak saja berada di pundak dinas kepariwisataan. Semua dinas bersama masyarakat dan pihak swasta, harus ikut mendukung tumbuhnya industri wisata. Jika tidak, keindahan alam dan kekayaan budaya di Aceh tidak akan memberikan kontribusi bagi masyarakat dan daerah seperti yang diharapkan.

Di tengah konsep pariwisata yang tak jauh dari seks dan minuman keras, Aceh memang berusaha menawarkan konsep wisata halal sesuai syariat. Kementerian Pariwisata juga sudah mengeluarkan regulasi tentang pedoman wisata halal, dengan segala pro dan kontra dan itu biasa saat di Indonesia. Setiap daerah tinggal menyesuaikan dengan kekayaan budaya dan alam sekitarnya.

Aceh yang memiliki banyak distinasi wisata religi seperti makam para tokoh Islam ternama, belum bisa memanfaatkan kekayaan itu untuk menarik wisatawan dari negara Muslim untuk datang berbondong-bondong.  Demikian juga dengan kekayaan budaya seperti momentum tarian saman, even wisata bahari di Sabang dan seluruh keindahan alam lainnya. Bahkan kekayaan hutan Leuser yang bisa menjadi kekayaan wisata hutan seperti di negara lain, belum dimanfaatkan secara optimal (untuk tidak menyebut diabaikan). Bahkan kabarnya justru pihak luar yang mengambil manfaat.

Tantangan mengembangkan wisata halal memang lebih berat, atau malah lebih mudah karena fokusnya jelas? Memang butuh kajian lebih dalam. Kalau sibuk mengkaji terus, kapan eksekusinya? Kapan bekerja untuk mengubah paradigma masyarakat bahwa wisata itu hanya seputar seks dan alkohol?  Kapan mengubah budaya masyarakat agar mau melayani wisatawan selayaknya seorang tuan rumah memperlakukan tamu? Membangun manusia yang sadar wisata—terutama wisata religi—jauh lebih sulit dibandingkan membangun infrastruktur.

Kalau masyarakat sadar wisata sudah terbangun, pembangunan fisik lainnya tinggal menyusul. Sarana transportasi yang memadai, aman, nyaman, dan terjadwal, jaringan dengan travel yang terjalin kuat, penginapan yang lengkap mulai dari melati sampai bintang lima, serta informasi yang mudah diakses para calon wisatawan bahkan ketika masih berada di negaranya. Di tengah kemajuan teknologi informasi seperti sekarang, semua kampanye wisata ke luar negeri tentu bisa mudah dilakukan, bahkan melalui platform Steemit juga bisa, tentunya bersinergi dengan fasilitas lain yang mendukung.

Sort:  

My family and I are looking to visit Indonesia for our next holiday. We have been to Malaysia and Singapore this January. we love it . The east as culture and warmth .

Luar biasa,,, saya sangat menikmatinya,,,, kombinasi yang brilliant,,, kata-kata yang menggelora,,, stelan paradigma yang mengubah insting,,,, saya sangat setuju dengan pendapat bg @aiqabrago

kita malu sama NTB yang sukses menjalankan wisata halal, semoga masyarakat kita sadar tidak membuang sampah sembarangan, fasilitas kita sederhana bisa dimaklumi turis bahkan turis asing, pernah suatu ketika ada turis asing main kedanau laut tawar disana dia tercengang melihat serakan sampah yang luar biasa dari pengunjung liburan.

Sejujurnya, ada banyak LSM yang telah mempromosikan wisata halal,tetapi ada2 saja pihak2 yang merusak sebutan wisaaa halal dengan membuat tempat prostitusi seperti berita beberapa waktu lalu... Sedih kuta mengetahuinya 😐

postingan yang sangat tertari memiliki ciri khas budaya, inilah budaya yang memiliki nilai sejarah mendunia, semoga kita pertahankan budaya nenek moyang kita. Terima kasih @aiqabrago

I love Aceh. Salam sehat selalu...

Sebagai masyarakat Aceh kita harus merawat budaya dan segala keindahan alam dan adat sebagai cikal bakal destinasi wisata di kemudian hari. Semoga makin banyak steemian yang merawat adat dan budaya Aceh melalui tulisan-tulisan di Steemit. Salam Bang @aiqabrago.. :)

thanks your post!

Saman mendunia, tapi didaerah sendiri saman kurang dikenal, ini yang disayangkan, semoga dengan konsep menteri pariwisata, wisata halal dapat menambah pendapatan ekonomi masyarakat. Sukses selalu buat @aiqabrago.

Coin Marketplace

STEEM 0.28
TRX 0.11
JST 0.030
BTC 67655.95
ETH 3799.02
USDT 1.00
SBD 3.53