Lobster Maulid
Dua hari lalu saya bersama teman lainnya memenuhi undangan Maulid yang disebar lewat pesan singkat di grup SMA beberapa waktu lalu. Beberapa dari kami memutuskan pergi lebih awal sehari dari acara, pukul 17:15 kami berangkat setelah menelpon sana sini dan menunggu lama. Kami pergi menggunakan tiga sepeda motor dengan berboncengan.
Setelah melakukan perjalanan lebih kurang satu jam, kami sampai di rumah Nikmatun Imdad si empunya acara, tak lama berada di rumahnya, kami digiring ke rangkang yang berada di "lhok" kebun tempat si Imdad bertani dan bercocok tanam.
Nikmatun Imdad terkenal dengan sifatnya yang ulet, sifatnya ini sudah tampak sejak dari pesantren dulu, tak ingin melulu meminta pada orang tua Imdad termasuk anak yang mandiri dari hampir segala sisi termasuk ekonomi.
Tidak langsung beristirahat, kami sempatkan untuk memetik rambutan yang masih tersisa di pohon. Setelah istirahat di malam hari kami berencana pergi untuk memancing tetapi Imdad mengajak kami mencari Lobster di Waduk Keliling Aceh Besar. Kami menyambut hangat ajakan Imdad, kami langsung menyiapkan peralatan untuk keperluan di sana.
Sesampai di Waduk kami harus berbagi wilayah tangkapan dengan kelompok lain yang sudah lebih dulu tiba di sana. Mulailah kami membagi tugas, ada yang menebar umpan, memegang senter dan yang menangkap undang, untuk menghemat waktu kami mencari secara berkelompok.
Tidak berjalan mulus, Haris yang skelompok dengan saya terjungkal ketika ingin menangkap Lobster, sontak kami tertawa terbahak-bahak setelah membantunya berdiri dan Lobster yang kami incar kabur ntah kemana.
Setelah kejadian itu, Haris melanjutkan petualanganya mencari Lobster. Cuaca malam itu sangat bagus, bintang bertaburan di langit menambah semangat kami mencari Lobster.
Ada romansa yang hilang, datang kembali, di mana kami bersama di asrama, tertawa, bahagia dan sedih bersama.
Merasa tangkapan cukup, kami balik ke Rangkang dan menyulap Lobster menjadi makanan enak. Setelah berdiskusi, kami sepakat Lobster dimasak dengan mie, dan Imdad yang menjadi kepala kokinya, sama halnya dengan dua tahun lalu dibelakang asrama, sering masak mie di tengah malam, mengisi perut kami, yang tidak kunjung tidur.
Malam itu setelah melahap mie dengan puas kami mulai menyiapkan tempat untuk istirahat sambil bercerita perihal pesantren dulu. Banyak hal sepele yang kini kita anggap penting, banyak hal mudah yang kini mungkin tidak bisa kami lakukan lagi sekarang, kami rindu masa itu.
Keesokan harinya sebelum ke rumah Maulid kami menyiapkan diri dan mandi, Imdad membawa kami ke sebuah sungai yang tidak jauh dengan Rangkang. Memori terputar kembali ke dua tahun lalu, Mandi bersama di bawah keran, bak yang sama handuk yang menjadi barang milik umum dan sebagian sikat Gigi, hahaha.
Tiba di Rumah Maulid kami langsung mengambil piring untuk menyantap kuah belangeung khas Aceh Rayeuk itu. Rupanya teman SMA lainnya sudah tiba duluan. Banyak perubahan dari fisik mereka walaupun tidak semua. Setelah menyantap makanan kami bertegur sapa, bencengkrama melepas rindu.
-Perihal waktu memang tidak bisa diulang, hanya bisa dikenang
Plese vote me😅