Tarian Meugrob dan Ikatan Persaudaraan Yang Tinggi Masyarakat Gampong Pulo Lueng Teuga
Foto Masyarakat menarikan Tarian Meugrob di Gampong Pulo Lueng Teuga, Kecamatan Glumpang Tiga, Kab Pidie
Aceh merupakan provinsi paling barat Indonesia yang mempunyai berbagai macam ragam seni budaya peninggalan Endatoe terdahulu. Seni-seni budaya itu hingga sekarang masih terjaga kelestariannya, seperti halnya sebuah kesenian yang terdapat di Kabupaten Pidie, yaitu Tarian Meugrob. Tarian Meugrob merupakan tarian yang gerakannya didominasi oleh gerakan kaki sehingga Tarian meugrob disebut seni hentakan kaki. Tarian Meugrob hingga sekarang belum diketahui secara jelas kapan pertama kali di lakukan dan siapa yang menggagasnya.
Tarian Meugrob juga bisa dikatakan sebagai sebuah ritual keagamaan yang sudah menjadi budaya dan diekpresikan dalam bentuk seni gerak. Gerak-gerak tersebut diawali dengan posisi duduk dan di akhiri dengan posisi berdiri hingga berputar sambil meloncat–loncat diiringi dengan berzikir.
Foto Masyarakat menarikan Tarian Meugrob di Gampong Pulo Lueng Teuga, Kecamatan Glumpang Tiga, Kab Pidie
Lebih jelasnya, Tarian Meugrob tersebut terdapat di Gampong Lueng Teuga, Kecamatan Glumpang Tiga. Tarian Meugrob dilakukan hanya pada setiap malam menyambut hari Raya Idul Fitri, biasanya di mainkan oleh 20 penari dan 2 orang Syeh (Radat). Meugrob sendiri dilakukan secara serentak dan kompak sehingga mengeluarkan suara hentakan kaki sebagai irama penggiring. Tarian Meugrob pada dasarnya hampir sama dengan Tarian Seudati, terutama pada syair yang digunakan. Di Pidie sendiri pernah terdapat sebuah seni tari yang menyerupai Meugrob, namanya Tarian Hasan-husen, tapi masyarakat banyak yang menyebutnya sebagai tarian San-Usen.
Syair yang sering dibacakan dalam Tarian Meugrob di Gampong Pulo Lueng Teuga menggunakan syair-syair kekinian berupa shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, serta pesan-pesan Tauhid dan pesan moral.
Foto Masyarakat menarikan Tarian Meugrob di Gampong Pulo Lueng Teuga, Kecamatan Glumpang Tiga, Kab Pidie
Snouck Hurgronye pernah menulis praktek keagamaan yang disebut orang aceh dengan nama Meugrob.”Mula-mula mereka berkumpul dengan irama sedang, mendendangkan ayat-ayat yang memuja kebesaran Allah. Tetapi lambat laun irama tadi bertambah cepat sehinnga ayat-ayat yang tidak hentinya di ulang bertambah pendek. (Misalnya: hu Allah! Hu da’em! Hu! dan lain lainnya). Suarapun makin keras dan memekik, mereka yang berteriak-teriak dengan fanatik itu berkeringat karena kerasnya gerakan, kadang-kadang berdiri, kemudian duduk kembali, melompat-lompat dan menari-nari. Akhirnya banyak diantara mereka jatuh pingsan oleh karena banyak diantara mereka kegembiraan yang meluap-luap yang timbul dalam memikirkan sesuatu yang bersifat ketuhanan, menurut kehendak atau anggapan mereka masing-masing keadaan demikian itu oleh orang aceh dinamakan Do’), dan bentuk ratip saman yang riuh dan rendah itu di beri nama Ratib Mensa atau Kuluhe’t”.
Di Gampong Pulo Lueng Teuga Meugrob sendiri sudah menjadi ruang untuk mempererat persatuan dan kekompakan antara pemuda gampong dan perantau yang pulang kampung ingin melepaskan rindu di malam hari Raya Idul Fitri tersebut. Meugrob sendiri dilakukan secara bertahap mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, hal ini bertujuan agar generasi selanjutnya bisa meneruskan tradisi Meugrob tersebut.
Foto Masyarakat menarikan Tarian Meugrob di Gampong Pulo Lueng Teuga, Kecamatan Glumpang Tiga, Kab Pidie
Dalam gerakan Tarian Meugrob menggunakan beberapa simbol, Meugrob mempunyai banyak pengulangan dalam setiap gerakan, dalam Tarian Meugrob terdapat 10 macam gerakan yaitu Tienggong (Jongkok), Sinthop (Hentak), Tiekui (Merunduk), Chep-Chep (Hentak-Hentak), Grietan Apui (Kereta Api), Meugiek-Giek (Saling Berpelukan), Moto Teng (Mobil Tank), Meuayon (Berayun), Meulinggong-Linggong (Meliuk-Liuk), Meugiek Sira Meuwet (Berpelukan Sambil Berputar).
Beberapa simbol dalam Tarian Meugrob yaitu menggunakan garis gerak, garik tengah, kolom-kolom, delapan simbol arah, tiga simbol tingkatan, tiga simbol putaran, dua jarum dan simbol kunci. Hampir semua tarian meugrob menggunakan simbol tersebut.
Itulah sedikit penjelasan tentang Tarian Meugrob yang ada di Kabupaten Pidie. Kita mengharapkan tarian yang telah berumur lama ini selalu terjaga dan semakin di lestarikan oleh masyarakat Gampong Pulo Lueng Teuga, agar anak cucu kita nanti kelak dapat mengetahui dan menyaksikan peninggalan leluhur tersebut.(zk)
Sumber:
Nanda Putri Zuhra, 2016. Notasi Tari Meugrob di Gampong Pulo Lueng Teuga, Kecamatan Glumpang Tiga, Kabupaten Pidie, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Drama Tari Dan Musik Unsyiah.
Azhari Meugit, 2017. Pembuat Film Dokumenter Meugrob.
Snouck Hurgronye, Aceh di Mata Kolonial Iilid I
Ketua Pemuda Gampong Pulo Lueng Teuga. Tokoh Masyarakat.