RUJAK BIJAK
Lagi nih, saat membaca berita di linimasa pada media sosial ang aku punya. ada berita yang sangat menarik yang mendorong aku untuk segera memencet link yang ada. Pernah dengar beberapa hari yang lalu, tentang 'kesaktian' seorang petinggi besar negara ini?
Dan anehnya 'kesaktian' itu dijadikan lelucon atau lebih tepatnya mengarah kepada sindirian, olokan, konten konyol bernada satire terhadap yang bersangkutan. Beberapa gambar meme mulai beterbaran memenuhi linimasa. Mungkin maksud awal si pembuat hanya iseng atau mungkin memang sengaa menyindir. Yang jelas, gambar-gambar tersebut menyebar sebegitu secapatnya, mungkin melebihi kecepatan cahaya.
Dan selang beberapa minggu, si empunya atau orang yang menjadi bahan tertawaan, ejekan, sindiran dan semacamnya itu kini melakukan lankah-langkah serius untuk menindak akun-akun yang membuatnya.
“Untuk memberikan nasihat hukum, mendampingi, mewakili Pemberi Kuasa mengajukan Laporan Polisi atas terjadinya dengan sengaja merekayasa foto, membuat meme foto Pemberi Kuasa yang disebarluaskan di dunia maya melalui berbagai situs sebagaiamana Pasal 310, 311 KUHP jo Pasal 23 UU No. 31/1999.” Demikian bunyi surat kuasa orang yang bersangkutan.
Bukan hanya kali ini saja. Akhir-akhir ini sering aku lihat berbagai kasus yang berawal dari unggahan di media sosial. Dari beredarnya video yang suit... suit... video pemukulan aparat hingga video-video kocak yang dilakukan oleh anak-anak kecil. Demi keeksisan mereka menjadi seleb medsos.
Aku kembali teringat saat bertemu dengan Fulan sambil minum kopi beberapa hari yang lalu, aku membuka obrolan dengan fenomena yang terjadi dijaman milenial ini. Dan dia hanya bisa beristighfar sambil menggelengkan kepala. Mungkin apa yang dilakukan karena sedikit pengetahuan mereka akan bahaya dan dampak yang akan mereka dapatkan dikemudian hari. Seperti yang dulu Fulan lakukan dan masih berharap semoga Alloh Subhanahu wa Ta'ala senantiasa mengampuni ketidaktahuannya akan hal ini.
"Yang sekarang perlu kita ketahui bahwa, media sosial memiliki kekuatan untuk memengaruhi opini atau pandangan publik mengenai sesuatu." Berkata Fulan sambil merubah posisi duduknya.
Tanpa kita sadari, apa yang kita unggah selanjutnya bisa cepat berpotensi untuk menyebar kemana-mana.
"Jika yang kita unggah berupa kebaikan, mengajak untuk bisa menambah ketakwaan, tulisan inspirasi, berita benar, informasi penyaluran bantuan kemanusiaan atau apapun. Maka kita berharap untuk bisa mendapatkan amalan-amalan yang bisa mengalirkan pahala kepada kita bahkan hingga kita telah tiada. Dan kemudian aku mulai membayangkan jika yang aku sebarkan itu adalah hal-hal yang berpotensi memberi contoh perilaku buruk dan kejelekan kepada orang lain, menyebarkan berita palsu, fitnah dan sejenisnya." Aku hanya bisa menatapnya serius sambil mendengarkan nasehatnya.
"Media sosial itu seperti pedang, jika tak berhati-hati dalam menggunakannya bisa melukaimu." Lanjut Fulan mencoba menasehatiku.
Jadi memang kekuatan media sosial ini berimbas sangat besar terhadap pola pikir masyarakat milenial saat ini. Tak berlebihan jika mulai saat ini sudah selayaknya kita lebih bijak lagi dalam menggunakannya. Terlebih untuk kepentingan yang memang berguna untuk kita.
Terima kasih kepada Komunitas Steemit Indonesia, @indo-communitydan Terima kasih Kepada para Curator Indonesia @aqiabrago, @levycoredan @mariska.lubis
celoteh orang manggut-manggut.
@donikudjo.