Pantai Lampuuk, Aceh: Pasir Putih, Tebing Cantik, dan Pizza Italia
Perlahan-lahan mobil memasuki area parkir yang berpasir putih tapi berumput itu. Begitu pintu mobil terbuka, saya dan rombongan teman sekantor disuguhi pemandangan yang menakjubkan. Tampak sebuah bukit hijau dengan tebing yang terpahat sangat indah. Terpaan angin laut dan suara debur ombak yang pecah menghantam tebing menambah indahnya suasana.
Ya, saat itu kami berada di pantai Lampuuk, Aceh Besar, sebuah tempat yang berjarak 15 km dari Banda Aceh. Untuk sampai ke tempat ini, pengunjung bisa menggunakan kendaraan pribadi dengan mengambil jalur Banda Aceh-Calang (Aceh Jaya) dengan waktu tempuh kurang dari 20 menit. Jika memakai transportasi umum, yaitu angkutan kota (labi-labi) jurusan Banda Aceh-Lhoknga waktu tempuhnya sekitar 35 menit.
Tapi tempat yang kami datangi ini bukan bagian pantai yang umumnya ramai dikunjungi wisatawan. Destinasi ini bernama Joel’s Bungalows, sebuah penginapan yang unik karena letak beberapa bungalownya yang menempel di tebing. Jika kita berada di bagian pantai yang ramai itu, lalu melihat ke kanan, kita akan melihat bukit hijau bertebing yang berjarak sekitar 200 meter. Itulah lokasi tempat tersebut. Tujuan kami bukan untuk menginap, tapi mengunjungi restoran yang sebenarnya adalah fasilitas bagi tamu yang menginap di bungalow tersebut. Tapi restoran ini juga terbuka bagi siapa saja yang ingin bersantap di sana.
Segera kami melangkahkan kaki memasuki area tersebut. Ternyata pemandangan yang lebih memukau terpampang nyata di depan mata. Kami melihat hamparan pasir putih yang luas laksana gurun pasir dimana di tengahnya terdapat danau, mirip sebuah oase. Tiba-tiba pandangan kami tertambat pada sebuah bungalow yang berdiri dengan cantiknya di tengah danau. Satu-satunya akses menuju tempat itu adalah sebuah jembatan kayu kecil yang memanjang yang secara keseluruhan memberikan kesan romantis. Kabarnya tempat ini sering dijadikan lokasi untuk pemotretan pre-wedding. Pemandangan yang memukau ini pasti membuat siapa saja yang melihatnya tidak tahan untuk tidak mengambil foto.
Padahal di dekat jembatan itu sudah ada peringatan bahwa tidak boleh masuk lokasi atau berpose di situ tanpa ijin. Tapi selalu saja ada orang-orang bandel yang melanggar peringatan tersebut, termasuk kami tentunya.
Kami meneruskan langkah dan ketika sampai di restoran, kami meletakkan barang bawaan. Sejenak kami berdiri di restoran, menebar pandangan ke sekitar. Aduhai sekali panoramanya.
Sejurus kemudian, kami menghambur keluar, menikmati satu-per satu keindahan yang ditawarkan. Pasir putih yang membentang luas itu sungguh menggoda seolah mengundang untuk mengajak bercengkrama. Saya mengambil foto bersama teman-teman, lalu berjalan bertelanjang kaki di tepian pantai. Saya biarkan air laut itu menjilati kaki saya sesukanya. Sambil berjalan, sesekali saya menengok ke belakang, meliat jejak-jejak kaki yang hilang terbilas air laut. Sebagai orang yang berasal dari tempat yang sebagian pantainya berpasir hitam, bermain dengan pasir putih seperti ini sangat menyenangkan.
Beberapa teman yang lain asyik bermain lempar pasir, sebagian lagi bersuka cita bermain sepak bola meski peluh membasahi baju mereka.
Bagian paling ikonik di tempat ini tentu saja tebing terjal dengan pahatan indah hasil mahakarya Tuhan. Siapa saja yang datang ke sini pasti ingin mengambil banyak foto dengan latar belakang tebing ini.
Ikon lain dari Joel’s Bungalows adalah pizza dengan cita rasa Italia. Pizza ini unik karena tidak dipanggang di dalam oven, tapi menggunakan tungku dengan bahan bakar kayu. Dan menariknya, kita bisa melihat proses pemanggangan pizza tersebut.
Tekstur pizza di restoran ini juga berbeda dari pizza yang biasa kita jumpai di Pizza Hut atau Paparon’s di mana pizza di kedua tempat tersebut rotinya tebal dan empuk sehingga jika kita makan terasa cepat mengenyangkan bahkan cenderung eneg. Sedangkan pizza di restoran abang Joel ini tipis dan renyah jadi kalau kita makan, rasanya ringan saja, tidak eneg. Ada berbagai macam topping yang bisa kita pilih sendiri. Mulai dari zaitun, sayuran, margarita, jamur, seafood, sampai terong. Saat kita menggigit potongan pizza itu, terasa keras di pinggirnya, dan empuk di bagian tengah. Lelehan keju mozzarella lumer di mulut, dan topping yang masih segar seperti udang, terasa kres...kres...kres. Buah zaitunpun langsung pecah di mulut. Sungguh, cita rasa yang berbeda dari pizza kebanyakan.
Meskipun segmen utama tempat ini adalah wisatawan asing, namun harga makanan dan minuman masih terjangkau untuk pengunjung lokal. Untuk pizza, harga berkisar antara 60 – 80 ribu rupiah tergantung toppingnya. Aneka minuman mulai dari teh, kopi, minuman bersoda, air kelapa muda dihargai mulai dari 5 sampai 10 ribu. Selain pizza, pengunjung juga bisa memesan aneka menu lainnya seperti steak, burger, mi instan, kentang goreng, nasi, lalapan, dan lain lain.
Ada sedikit cerita tentang pemilik Joel’s Bungalows ini. Menurut bos saya yang sering berkunjung ke tempat tersebut, abang Joel adalah seorang warga lokal yang menikah dengan wanita asal Italia. Beliau kemudian hijrah ke Italia mengikuti istrinya, lalu kembali lagi ke Indonesia dan membuka usaha penginapan ini. Para pekerja di tempat tersebut yang rata-rata adalah anak muda adalah anak-anak korban Tsunami yang kehilangan orang tua mereka. Abang Joel kemudian menampung dan memberikan mereka pekerjaan.
Begitulah, di hari itu,ada terselip secuil cerita kemanusiaan di antara indahnya pemandangan pasir putih dan tebing yang terjal serta santapan pizza Italia.
jadi laper liat nya @horazwiwik
@hayatunnufus hahaha, makan dulu gih, kalo ga ada pizza, ya makan apa aja yg ada di situ . yg penting ga laper, sebab laper bisa menyebabkan baper :D
meep
@ionlysaymeep whatever meep is, thank you :D
meep
cerita yang bagus, kelihatan lezat pizza nya @horazwiwik. Voteup!
Trimakasih byk @ademadani atas komen dan vote nya. Pizzanya memang bener enak, beda dari pizzanya paparon. Saya follow ya..
Jadi rindu aceh ni liat postingan nya kk
Memangnya skrg lagi dimana?
di riau kak hhe
I see. Udah ga ada kabut asap lagi kan ya di situ?