“Tanggung Jawab Etika” atau “Tanggung Jawab Moral”.
Membaca kembali tulisan Professor Yusril Ihza Mahendra, tentang "Etika, Intelektualisme dan Propaganda", membuat saya menarik untuk menulis tentang "Tanggung Jawab Etika" atau "Tanggung Jawab Moral"
Persoalan etika memang persoalan fundamental dalam kehidupan manusia, sebab itulah saya mencoba untuk membahasnya, dalam situasi yang baru, ketika teknologi memperkenalkan Steemit sebagai wahana berkomunikasi dan berbagi informasi. Pada intinya masalah yang saya bahas, bukanlah masalah baru. Sejak Nabi Musa, Plato dan Aristoteles masalah ini telah dibahas. Menurut saya, norma-norma etika adalah norma-norma fundamental dan absolut yang mengandung sifat universal, seumpama Ten Commandements Nabi Musa. Norma jangan membunuh, jangan memfitnah dan sebagainya adalah norma fundamental dan absolut. Tanpa norma-norma itu, maka manusia akan kehilangan hakikat sebagai manusia yang sejati.
Prof. Yusril, di dalam tulisannya tentang "Etika, Intelektual dan Propaganda", menjelaskan bahwa "Norma etika berbeda prinsipil dengan norma sopan santun yang bersifat konvensional, relatif dan tergantung penerimaan sebuah komunitas. Norma sopan santun satu suku-bangsa tentu berbeda dengan norma sopan santun suku-bangsa lainnya. Norma etika juga berbeda dengan norma hukum, yang pada umumnya diformulasikan ke dalam hukum postif yang tertulis. Norma hukum akan jelas kapan dinyatakan berlaku, dan kapan tidak berlaku lagi. Norma etika berlaku universal dan berlaku selamanya. Hanya dalam keadaan tertentu, atau ada faktor-faktor tertentu, yang memungkinkan norma etika dapat dikesampingkan. Harus ada justifikasi yang kuat untuk memungkinkan hal itu, seperti keadaan yang amat memaksa. Saya menyadari bahwa etika seringkali berhadapan dengan dilema, suatu situasi yang amat sulit, dan suatu pilihan yang amat sulit."
Norma-norma etika harus hidup di dalam hati-sanubari setiap orang. Dia harus tumbuh sebagai kesadaran. Sebelum melakukan sesuatu, setiap kita hendaknya bertanya kepada hati nurani kita masing-masing: patutkah hal ini saya lakukan? Dasar dari segala norma etika adalah keadilan. Adakah adil, kalau saya mengatakan sesuatu atau melakukan seuatu kepada orang lain? Ini adalah pedoman dalam tindakan. Persoalan etika, bukan persoalan bisa atau tidak bisa, mampu atau tidak mampu, dan dapat atau tidak dapat. Persoalan etika ialah persoalan boleh atau tidak boleh.
Saya bisa saja nge- flag konten orang lain di Steemit, karena saya mempunyai akun Steemit yang saya kendalikan sendiri, tetapi bolehkah? Saya dapat saja memfitnah dan mencaci maki serta membunuh karakter orang lain karena saya punya blog yang tidak dapat dikontrol siapapun, tetapi bolehkah? Semua pertanyaan ini haruslah dikembalikan kepada kesadaran hati-nurani kita masing-masing. Dengan cara itu, kita akan memiliki apa yang disebut dengan “tanggungjawab etika” atau “tanggungjawab moral”.
Sia-sia saja pemerintah merumuskan kode etik secara tertulis. Percuma saja merumuskan matriks yang memuat sederet kewajiban dan larangan untuk dihafal luar kepala. Semua itu tidak menjadi jaminan apa-apa agar norma ditaati. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu, tidaklah berbanding lurus dengan kesadarannya. Apalagi ketaatannya.
Wallahu’alam bissawab.
Sumber:
https://steemit.com/kehidupan/@novrizaljuanda/etika-intelektualisme-dan-propaganda
http://eryridwan.blogspot.com/2012/11/etika-intelektualisme-dan-propaganda.html
ka vote ata lon hai katrep hana kupe ek status.nyan