Independensi Media dalam Politik [10]

in #indonesia7 years ago

Bahkan ketika media menyebut dirinya sebagai “pembela warga”, “bagian dari masyarakat”, “pencerdas rakyat”, atau “sarana pendidikan umum” sebenarnya media sudah menunjukkan ketidaknetralannya. Penggunaan dan pengaplikasian term-term tersebut menampakkan dengan telanjang kepada siapa keberpihakan politis media ditujukan. Sebabnya, warga atau rakyat termasuk aktor dalam kehidupan politik.

Warga adalah pelaku politik yang memiliki tuntutan-tuntutan atau kepentingan-kepentingannya pula yang bisa bersesuaian atau berseberangan dengan politikus atau partai politik. Perspektif yang komprehensif ini tentu mengandaikan adanya cara melihat politik dan aktor-aktornya dengan computer-3204251_960_720.jpg
cara yang lebih luas.

###Media dan Pemilu Legislatif

Dalam pemilihan anggota parlemen atau pemilu legislatif (pileg), cukup banyak aktor yang bertarung. Bukan hanya antarpartai politik dan antarpolitikus dari partai politik lawan, tapi juga terjadi di antara politikus di satu partai politik. Ketika situasi persaingan seperti ini menarik peran media, maka “perang” media menjadi cukup sengit.

Dalam pileg, ada dua tipe pemberitaan yang lazim ditemui publik. Pertama, soal perkembangan, persaingan, serta situasi lain-lain menjelang pileg. Di sini misalnya ada berita mengenai kegiatan kampanye yang dilakukan, dengan bermacam jenis kampanyenya. Ada pula soal penertiban alat peraga kampanye yang dinilai melanggar aturan.

Bentuk pemberitaan lain dalam konteks ini misalnya pula soal regulasi-regulasi pileg, kemeriahan di daerah, distribusi surat suara, sosialisasi, perampungan daftar pemilih tetap, pro-kontra sistem proporsional terbuka atau tertutup, dan sebagainya.

Kedua, soal image building. Pembangunan atau pembentukan citra positif kandidat tidak bisa dilakukan melalui media. Umpamanya, seorang calon anggota legislatif (caleg) datang ke kampung-kampung miskin untuk membawa bantuan seperti sembako, berdialog dengan masyarakat, menyampaikan program-program kerjanya, atau menyampaikan janji-janji.

Tanpa diliput dan disiarkan media, kegiatan tersebut tak akan berpengaruh signifikan terhadap citra “merakyat” caleg tersebut, karena kegiatannya hanya diketahui oleh sekelompok orang yang didatangi.

Sementara untuk meraih kursi di parlemen, ia tak cukup hanya meyakini orang di satu-dua kampung saja. Ia harus meraup suara sebanyak-banyaknya. Tujuan tersebut bisa diperoleh apabila semakin banyak orang yang mengetahui tentang sosok dirinya, apa yang dikerjakan, baik yang sudah, sedang, dan akan diwujudkan nanti tatkala telah menjadi anggota parlemen.

Ketika media meliput dan memberitakan kegiatan kampanye tersebut, lebih banyak orang akan tahu dan menerima efeknya. Simpati makin meluas, dan potensi pertambahan suara akan semakin besar.

Berbeda dengan pemilu presiden (pilpres), pileg biasanya mendorong lahirnya media-media online (MO) di daerah. Di Aceh, misalnya, menjelang Pileg 2014 silam banyak bermunculan MO yang dibangun dan dibiayai oleh kandidat tertentu yang secara finansial memadai untuk mengoperasikan sebuah media.


bersambung

Sort:  

To be continued...
Tentang pendanaan pribadi terhadap media...

😣 Nice Post!!; 😣

Coin Marketplace

STEEM 0.19
TRX 0.15
JST 0.029
BTC 63204.10
ETH 2560.70
USDT 1.00
SBD 2.79