Dalam bab ini membahas tentang salah seorang sosok yang paling sering diucapkan oleh rakyat Aceh, yaitu Christiaan Snouck Hurgronje pada 8 Februari- 26 Juni 1936).

Bagi orang Aceh, mengenang prang selama beberapa puluh tahun yang lalu dengan Belanda. Yang selalu diberangi dengan kisah “Snouck”. Orang Aceh memangil Snouck itu penasehat politik Hindia Belanda. Orang Aceh membenci Snouck, dan para orang tua menasehati kepada anak-anaknya supaya tidak seperti Snouck.
Dalam bab ini menjelaskan bagaimana upaya Snouck memperhadapkan fungsi dan otoritas tokoh inti di dalam kehidupan sosial-religius orang Aceh. Dalam teori fungsi ini lebih dilihat oelh Snouck di dalam analisis konsep adat dan hukum. Adapun hal yang paling menarik dianalisa oleh Snouck adalah pandangan Snouck tentang Aceh dimulai dari struktur pemerintahan yang bukan bersifat istana sentris. Dengan kata lain, teori-teori fungsi ini yang dipaparkan oleh Snouck lebih banyak melihat aspek dialektika masyarakat yang non Istanaisme. (hal 359)
Dalam bab 13 ini dapat disimpulkan mengenai uraian kontribusi Snouck, yang tampak bahwa studi Aceh telah hampir satu abad lebih dibajak oleh sarjana. Alasan yang kuat, mengapa Acehnologi perlu dibangkitkan untuk meluruskan beberapa hal yang telah dibelokkan oleh Snouck. Yang telah disajikan keutuhan ilmu-ilmu Aceh, di dalam rimba ilmu sosial dan humaniora.