Gaya Hidup Yolo Di Era Milenial

[Source](https://www.bbc.com/indonesia/majalah/2014/08/140819_budaya_yolo)
Jadi ternyata di usia-usia saya yolo itu, cara menyebutnya pun beda, dan itu memang bahasanya anak muda sekarang. You only live once, kita itu hidup di dunia ini cuma sekali, kebanyakan yolo ini pada awalnya banyak orang katakan sebenarnya banyak membawa sisi yang negatif. Jadi mumpung hidup satu kali, ayo kita jadikan hidup ini seenaknya kita, mumpung masih hidup broe. Lakukan saja yang kita mau.
Nah sebenarnya rata-rata kayak gitu, tapi kalau kita punya keimanan, kita yakin dengan pertemuan Tuhan suatu hari nanti, yolo ini nggak cuma negatif. Tapi juga akan jadi positif. Kita jadikan yolo hidup yang sekali, dan kita jadikan hidup ini suatu hidup yang bermanfa'at. Jadi yolo tergantung bagaimana kita menyikapinya. Tapi banyak anak muda justru menggunakan yolo itu sebagai alasan untuk mereka jadi lebih konsumtif, di buat jadi lebih baik.
Jadi contohnya ini, jalan-jalan, keluar negeri, refreshing, padahal uang saja masih ngutang, ya kan. Atau bahkan di awalnya baru dapat gaji, udah langsung hangout, heboh, di habiskan, padahal masih belum bayar uang kost misalnya, dan seterusnya, seterusnya, dan akhirnya ngeraskan. Oke, sebelum membahasnya lebih jauh, saya mau tanya sama anda, kira-kira apasih tujuan hidup kita ? Kita pengen sukses, ada yang pengen menikah, kemudian pengen kaya.
Baiklah, kita buat semua jadi mudah, jadi begini, kita ingin kaya, ada yang ingin bahagia'in orang tua, kemudian ada juga ingin masuk surga, kemudian sukses pastinya, dan kenudian tujuannya menikah. Tapi balik lagi kita lihat, buat apasih kita sukses, buat apa kita kaya, buat apa kita bahagia'in orang tua, buat apa kita masuk surga, buat apa kita menikah, ternyata jawabannya satu, kira-kira apa ? Ada yang tau jawabannya ? Jawabannya satu kata yaitu Bahagia.

Source
Dan inilah yang menyebabkan anak-anak muda milenial jaman sekarang menghabiskan waktunya, untuk kemudian menjadi orang yang konsumtif. Karena mereka mencari kebahagiaan, dan akhirnya yolo dia jadikan prinsip untuk menjadikan kebahagiaan yang salah, yang konsumtif, itu dia kurang lebih seperti itu. Kita semua ingin bahagia, kita semua ingin senang-senang, dan bukan berarti kita nggak boleh juga bersenang-senang, kita nggak boleh mengeluarkan uang kita untuk jajan, nggak seperti itu juga, tapi itu semua harus di rencanakan.
Jadi sebetulnya yolo itu, kalau kita konotasikan, kebanyakan anak muda khususnya di Indonesia, itu menganggap yolo itu sesuatu yang negatif. Kita kan hidup cuma sekali, yuk kita lakukan hal yang gila-gilaan, yuk kita belanja ini itu, barang itu lucu, yuk kita beli. Karena kalau nggak beli, nggak bisa tidur. Ini cewek-cewek banyak kayaknya ya.

Source
Nah biasanya perempuan sama laki-laki itu punya hobi belanja yang berbeda. Bedanya kalau perempuan itu biasanya banyak boros di penampilan, kalau laki-laki itu banyak boros di hobi. Generasi milenial di Indonesia itu mereka melakukan dua hal, mereka punya nilai-nilai yang berbeda dengan generasi yang dulu.
Kalau generasi dulu yang paling penting buat mereka adalah security, mobil dulu lah, kendaraan dulu dan lain sebagainya, nah kalau generasi milenial sekarang gaya hidup. Jadi gaya hidup mumpung kita hidup cuma sekali, kita ngerasain kerja di berbagai tempat, itu positifnya mungkin ya, memperkaya pengalaman. Tapi kadang tidak d satu tempat, paling mereka kerja, cuma kerja 6 bulan, terus beda lagi, ada yang seperti itu, ada keinginan lain, misalnya travelling ke negara Asia yang satu itu jauh lebih daripada menabung buat masa yang akan datang, seperti itu ya kira-kira.
Yang mereka kejar pengalaman, kalau saya hidup misalnya begini, ini saya kasih analoginya, sebetulnya bisa beli kopi yang oke-oke aja, yang harga yang masuk akal gitu ya. Tapi karena dia mementingkan gaya hidup yang luar biasa, makanya mereka membayar lebih mahal untuk gaya hidup itu. Dan ini juga di buktikan beberapa waktu yang lalu, ini ada survey. Survey ini, atau sebuah artikel headline, kita bisa lihat menunjukkan bahwa 18% milenial itu tidak bisa beli rumah, tidak mampu. Jadi hanya 17% generasi milenial yang mampu beli rumah di Jakarta. Ini hasil yang di lakukan survey oleh rumah 123.com, dan juga karir.com.

Source
Nah generasi milenial cenderung memiliki kesadaran finansial, dan perencanaan uang yang rendah, minimnya finansial literasi . Tapi begini, prinsipnya begini, kondisinya sekarang adalah seringkali kenaikan haga rumah, itu seringkali jauh lebih tinggi, daripada kenaikan penghasilan mereka adalah karyawan. Jadi sekali lagi di Indonesia ini harga rumah, jauh lebih cepat daripada kenaikan penghasilan tingkat pertama. Jadi sepenuhnya bukan salah milenial, milenial itu kebutuhannya tidak seperti jaman dulu, di mana security itu penting, jadi udah harga rumah naiknya jauh lebih cepat, du banding kenaikan penghasilan.
values anak muda jaman sekarang adalah gaya hidup, jadi dua-duanya sama berperan. Mudah-mudahan dengan survey ini menyadarkan generasi milenial bahwa nggak apa-apa kita mengejar gaya hidup itu, sepanjang itu positif, dan jangan lupakan security juga. Nah jadi dari sini bisa kita simpulkan, bahwa memang hidup itu sekali, gaya hidup itu boleh, nggak salah, karena itu salah satu bagian untuk menikmati hidup. Tapi harus bisa menej ya, jangan sampai nanti hal-hal yang penting malah akhirnya tidak di dapatkan.
Jadi, sebaik-baik manusia adalah yang bermanfa'at bagi sesama, semakin bermanfa'at diri kita, maka semakin mahal nilainya di hadapan Tuhan dan manusia. Inilah prinsip yolo yang kita pegang, jadi you only live once. Maka bernanfa'atlah bagi sesama, dan lanjutannya adalah, semakin bermanfa'at diri kita, semakin mahal nilainya, harganya di hadapan Tuhan, dan di hadapan sesama manusia. Semoga bermanfa'at, Salam Steemian Indonesia💫
~Keep Writing*~
Salam Sahabat Inspiratif
