Iqra; Tata Tertib Mengibliskan Orang

in #indonesia7 years ago (edited)

imageCopyright @marxause- All Rights Reserved

Sudah kukatakan sebelumnya, Steemit ini platform cari duit, bukan medium silaturrahmi atau murni wadah apresiasi atas karya-karyamu. Meski disini, jika kau seorang yang levelnya sudah cukup tinggi, tai pun kau posting, niscaya tetap akan menuai sembah-puja dari kita-kita. Kita-kita yang berharap mendapatkan upvote darimu. Kita-kita yang nyaris tiap kontestasi politik dimanfaatkan oleh elit, lantas menjadi babunya dengan penghormatan sempurna meski kadang sadar si elit ini adalah orang yang bejat belaka, lantas saat mengetahui ada media baru macam Steemit yang bisa menelurkan duit, hijrahlah ke sini, sampai di Steemit mental budak itu mencapai klimaksnya manakala berhadap-hadapan dengan kurator.

Bahwa platform ini medium cari duit sudah dibenarkan belaka oleh Abangda @levycore pada paragraf pembuka dalam tulisannya. Di alenia pertama @levycore mendoakan para Steemian untuk tetap tabah menghadapi nilai pasar yang sedang mengalami tren menurun. Katanya, dengan kondisi pasar yang kurang bagus ini, kita tetap harus menyebarkan pesan-pesan informatif dan positif.

Saya sepakat. Namun juga tidak pada bagian antara menyebarkan pesan mulia dengan harga pasar. Itu tidak ada korelasinya sama sekali. Kalau kau mau menjadi motivator atau the next Mario Teguh, ya silahkan, sebab pun banyak juga orang-orang di Steemit ini yang berlagak jadi tuan guru, yang seolah sudah melewati meditasi di Gua Halimun bertahun-tahun lamanya, lantas apa urusannya dengan harga pasar. Tegaslah. Kalau mau mengkampanyekan Steemit sebagai dunia penuh sosial, berpacaklah di sana, pun kalau hendak mensosialisasikan Steemit bagai tempat mengais rejeki, tegaklah pula di sisi ini. Jangan plin plan.

Karena semua kita adalah kurator, maka berhentilah bermain drama, tak usah bentuk citra bahwa Steemit ini lebih agung, lebih berkualitas, hanya karena katanya banyak orang yang berkarya di sini. Cuuiihh, Selamanya akan ada orang yang berak di Steemit sebagaimana di Facebook dan Instagram juga banyak tainya. Atau jika ada yang bilang, Steemit ini melahirkan silaturrahmi gara-gara bisa bertemu dengan banyak teman-teman di berbagai pertemuan chapternya. Maka, Mark Zulfikar, eh Zuckerberg bahkan sudah melangkah lebih jauh, ia sudah mempertemukan jutaan orang, bahkan tak kurang banyaknya orang yang menemukan jodohnya gara-gara si Mark. Rugi benar si Mark, sebab jika dia Islam, niscaya akan banyak sekali masjid di surga atas namanya, sebab ia telah menjadi wasilah (perantara) bagi bertemunya orang-orang untuk menikah.

Jadi berhentilah, katakan saja sejelas-jelasnya, Steemit ini lebih unggul dari platform lain karena satu kelebihan, yaitu bahwa ia menghasilkan duit. Masalahnya, kita-kita yang masih pemula, tak terlalu paham pula ini media, dengan iming-iming duit, ujung-ujungnya jadi peminta, pedamba, pengharap upvote, jadi manusia yang hilang karakter dan identitas karena tidak lagi mandiri. Sebaliknya, kita-kita yang sudah tinggi levelnya, tak peduli seberapa berkualitas karyanya, berak pun di Steemit tetap akan banyak yang upvote. Yang upvote, ya kita-kita diatas, yang peminta-minta, pengikut, pedamba, yang pengharap itu dari berbagai jenis level dengan penuh kesetanan. Jadilah kita-kita yang level paling tinggi mendominasi, berkuasa nan menjadi berhala.

imageCopyright @marxause- All Rights Reserved

Hmmmm, bagaimanapun, kita semua patut berterimakasih, bahkan harus sujud syukur kepada Tuhan yang maha esa demi menemukan seorang @levycore yang telah ikut turun tangan melalui surah tulisan bijaknya untuk memberikan beberapa pencerahan kepada sebagian jelata Steemit, terutama kepada mereka-mereka yang katanya baru bergabung, tak tau hakikat Steemit, pencari sensasi, pengkritik pongah dan terakhir, kepada mereka yang sikapnya menurut abangda @levycore menyerupai Iblis. Menyerupai Iblis, karena dianggap sudah jadi pendatang baru, bahasanya urakan, sok, terus tidak menghargai karya orang lain pula. Dengan sikap demikian, telah paripurnalah syarat untuk menyamai pemilik sikap itu dengan Iblis sekalipun. Sebab seperti kata abangda @levycore, Iblis itu diusir dari Surga karena tidak menghargai Nabi Adam alias merasa lebih baik dari Adam. Persis seperti para pemilik batok kepala bodong, pendatang baru itu.

Baiklah, sebagai imigran baru yang baik dan taat ini, di sini, di Steemit ini, izinkanlah saya sedikit mengoreksi pernyataan @levycore, khususnya terkait dengan penyerupaan orang lain dengan Iblis. Sebab, karena kesibukan di Steemit barangkali banyak dari kita yang kadang, telah lupa mengaji. Namun sebelumnya perlu ditegaskan, ini penting, agar tidak terus menerus menderita dalam jurang pemahaman yang salah, bahwa alasan utama dibalik diusirnya Iblis dari surga bukan semata-mata karena ia merasa lebih baik dari Nabi Adam. Firman Allah dalam surat Al-Baqarah:34 ; Dan (ingatlah) ketika kami berfirman kepada para malaikat. "sujudlah kamu kepada Adam". Maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Setidaknya ada dua faktor utama kata Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya, begitu pula menurut Imam Sayuthi dalam Tafsir Jalalaynnya. Pertama, karena faktor bahwa ia tidak sudi menjalankan perintah Allah untuk sujud kepada Adam. Kata kuncinya di sini; "tidak menjalankan perintah Allah", bukan karena yang lain, poin ini harap dicatat, diingat dan dihafal.

Kedua, ini adalah esensinya, Iblis tidak lagi rasional disebabkan idealisme butanya untuk hanya bersujud kepada Allah, dan ia berpikir, persetan, ia tidak akan sujud kepada siapapun selain kepada Allah, meskipun perintah sujud itu datangnya dari Allah sendiri. Karena kebutaan yang tak terampuni inilah Iblis akhirnya terlaknat dari Surga, bukan karena Adam, akan tetapi karena Allah semata.

Hingga hari ini, para ulama sepakat, bahwa hak untuk melaknat merupakan hak preogratifnya Allah. Tak boleh manusia yang satu melaknat manusia lainnya, dengan alasan apapun. Maka menyamakan seseorang dengan Iblis, makhluk yang dilaknat Allah, hanya karena suatu kritikan di Steemit sama artinya dengan telah menaruh label laknat di jidatnya. Melaknat seseorang bermakna telah menyerobot hak preogratif Tuhan, dan ini membuat kita seolah mencoba menyerupai Tuhan. Seiblis-iblisnya iblis, ia tak pernah berani menyerupakan diri dengan Tuhan. Kecuali hanya satu yang berani, dialah manusia, yang dicatat sejarah dengan nama Fir'aun, ia mengaku Tuhan.

Saya kira, tulisan ini sudah terlalu panjang. Padahal, ini hanya baru seperbagian dari keseluruhan apa yang ingin saya sampaikan. Baiklah, sebagai penutup, saya rasa Steemit sebagai media yang kita provokasi sedemikian rupa sebagai media yang lebih berkualitas dari platform manapun harus menjadi media yang bebas, yang sesak dengan dialektika, penuh dengan manusia unggul, manusia putus kawat juga harus ada, yang berak, yang kesurupan, penuh kritik, sarat perang, dan beragam kegilaan lainnya.

Sort:  

bertuuuusss.. karap hana meuteumee raba abee..! meugokgok singgasana negara api itu..

mantap mas brô! yang penting iqraq... banyak baca banyak tau

Sebab wahyu pertama adalah Iqra, membaca.

Gue berpijak di sebelah steemit yang memang untuk menghasilkan uang ya.. Kalo yg diseblahnya di medsos lain aja.. Succes..

Diupvote ya.. 🙂

Ketika orang miskin berbicara dengan bijak, itu terdengar seperti suara (geuntot). Tapi ketika orang kaya (itoh geuntot) itu terdengar seperti kata-kata bijak.
Nyan keuh nyo permasalahan lam steemit yang hana tasadari lee geutanyo.

Hahaha .. yg dukung curator pane di Jak komen hinou .. njou yg komen Kon tok lage tanyou yg Hana Meu urusan Ngon jih

hahaaa jelah that nyan bg @iskandarpcc. nyan yg dron maksud curaptor yg toh geuntot koen.

Hahahah . . Njou

Meusilakk ija krong.. 😀😀😁

Kreuh, lon galak bang @miswarnjong..

Lon kalon, Steemit nyoe leupie that. Jadi sige-ge harus na yang peu apui. 😂😂

Hahaha.. Bereh nyan bang

Hamok tengku...

Asooy!
Mangat teungett teuh malam nyoe!

Lon komentar meuleudak dile. Anteuk lon baca ngon kusyuk lom