Kontribusi Keilmuan Alumni Luar Negri di Aceh III : 30
Baik teman-teman kali ini saya akan mencoba kembali mereview buku Acehnologi volume tiga karya Bapak Kamaruzzaman Bustamam Ahmad Ph.D yaitu tentang kontribusi keilmuan Alumni Luar Negri di Aceh pada bab 30.
Pada bab ini dikupas mengenai bagaimana peran alumni luar negeri terhadap masyarakat dan melihat bagaimana peranan alumni luar negeri apakah memiliki keseimbangan sejarah, baik di aceh maupun dengan indonesia.
Belajar atau menuntut ilmu ke luar negeri memang sangat mentradisi di aceh dan pendidikan di luar negeri menjadi bisa dilihat ketika seorang anak ingin belajar ke luar negeri apalagi ke timur tengah, tidak jarang dari keluarga membuat syukuran untuk keberangkatan anak mereka. Karena itu belajar ke luar negeri menjadi hal yang bergengsi bagi masyarakat aceh.
Tradisi mengantar anak menuntuti ilmu ke timur tengah sering dilakukan oleh masyarakat aceh, karena saat mereka pulang mereka sangat berkiprah dalam masyarakat, peran mereka sangat dapat dirasakan, dikarenakan keluasan akan ilmu yang mereka miliki yang mereka dapatkan dari belajar di luar negeri, hal ini dulu sempat terhalang saat penjajah datang untuk menjajah aceh sehingga para ulama disibukkan melawan penjajah, sehingga susah untuk mengantar anak-anak mereka ke timur tengah.
Bab ini juga membahas bagaimana cara tradisi belajar ke luar negeri yang non studi islam ? Untuk masalah ini dulu penjajah hanya mengirim kelompok bangsawan dari jawa, dan di antarkan ke belanda dan amerika serikat, untuk memahami hukum yang ada di belanda dan juga memahami ilmu "ekonomi" sehingga saat mereka kembali mereka bisa ditempatkan pada tempat yang terbaik, yang kemudian dapat menularkan cara berpikir mereka bagi masyarakat indonesia secara umum.
Salah satu sangat menarik, yaitu adalah dari Hasbi As-Shiddiqie, beliau adalah ulama dari aceh, yang tidak menuntut ilmu di luar negeri, namun perannya setara dengan pembaru islam di luar negeri.
Mengenai peran dalam masyarakat aceh, tentang lulusan dari dalam maupun luar negeri, pada tahun 1970an, tidak menjadi hal penting. Karena para sarjana sama-sama membangun dan mengembangkan spirit dari keilmuan mereka. Contoh penerbit yang terkenal pada masa itu, bulan bintang misalnya itu selalu diwarnai dengan pemikiran yang kreatif dari aceh, dan karyanya juga dibaca oleh orang luar seperti malaysia, brunei, thailand, dan lain-lain. Dan ini menjadi bulan keilmuan orang aceh sulit ditradisi. Karena orang dulu jauh dari internet, atau kemajuan teknologi lainnya.
Semua murni dari semangat keilmuan mereka hingga tulisan mereka dibaca sampai hari ini.
Sejak dulu orang tua lebih senang jika anak-anak mereka diantar ke timur tengah, walaupun yang sering menawarkan beasiswa adalah dari eropa, australia dan amerika, namun ketertarikan orang tua lebih mengarah ke timur tengah karena diyakini saat mereka kembali dari menuntut ilmu di timur tengah, mereka lebih berguna bagi aceh, dan ilmu yang di dapatkan bukan sekedar teori tapi juga tentang islam.
Mereka juga lebih dekat dengan rakyat kecil, lebih memahami masyarakat, mampu menyelesaikan masalah yang terdapat dalam masyarakat.
Maka dari itu apakah seseorang di antarkan menuntut ilmu di dalam atau di luar, semua tergantung pada kemauan mereka, sehingga dapat memberikan pengaruh baik terhadap aceh.