'Top tepong' menumbuk tepung sebelum bulan puasa
Assalamualaikum teman-teman,,,
Kali ini saya akan membahas seperti postingan sebelumnya yaitu mengenai tradisi yang di lakukan masyarakat aceh. Namun dalam tradisi yang berbeda yaitu tentang top tepong yang di lakukan sebelum puasa tiba. Top tepong bahkan menjadi hal yang jarang di dengar bagi orang yang tinggal di perkotaan, yang kehidupan mereka sudah serba canggih, sangat berbeda dengan orang yang masih tinggal di perdesaan mereka masih melestarikan tradisi top tepong ini walaupun sudah tidak semua melakukan top tepong menggunakan alat tradisional yang disebut dengan jeungki dalam bahasa aceh.
Tradisi top tepong ini sudah lama ada di aceh, namun saat ini sudah jarang di temukan, karena teknologi dunia yang sudah cukup canggih, "top tepong" adalah tradisi menumbuk beras hingga halus hingga menjadi tepung, "top tepong" berasal dari bahasa aceh, "top" berarti menumbuk, "tepong" artinya tepung, menumbuk beras hingga menjadi tepung tidak digunakan dengan sembarang alat, namun orang aceh memiliki alat yang cukup tradisional tersendiri, yang disebut dengan "jeungki" di dalam bahasa aceh dan saat ini sudah jarang ditemukan. Walaupun sudah jarang ditemukan, tapi di kampung saya masih dapat ditemukan jeungki ini, walaupun tidak semua rumah memiliki jeungki, dulu rumah aceh terbuat dari kayu, seperti rumah adat aceh, tentu saja di bawah rumah, terdapat tempat yang luas dan di sanalah biasanya orang aceh membuat atau meletakkan jeunki milik mereka.
Orang aceh sering melakukan kenduri, dan saat ingin dilaksanakannya kenduri semua ikut serta untuk menyukseskan kenduri tersebut semua ikut bekerja, dan biasanya ada sebagian yang bekerja untuk "top tepong" atau menumbuk tepung.
Biasanya top tepong sering dilakukan sebelum acara di lakukan, seperti pada acara maulid, kenduri apam, dan lainnya, yang membutuhkan menu dari dasar tepung. Sebelum hari kenduri para perempuan-perempuan aceh sudah berkumpul untuk menumbuk tepung, di sanalah anak-anak juga ikut berkumpul untuk melihat proses "top tepong" di sanalah adanya keceriaan tersendiri bagi anak-anak saat menyaksikan proses top tepong, namun berbeda dengan anak-anak sekarang yang keceriannya tergantung kuota internet, karena cukup bergantung kepada gadjet.
Dilakukannya top tepong selain untuk acara-acara seperti dijelaskan di atas, top tepong juga dilakukan untuk mengumpulkan tepung yang akan dijadikan bahan dasar dari kue tepung tersebut bisa di gunakan untuk membuat kue di bulan puasa, maupun untuk pembuatan kue di persiapkan hari raya, dalam menyambut tamu, dan juga menjadi kebanggaan tersendiri bagi tuan rumah, saat banyak tamu yang mencicipi kue buatannya.
Namun kebanyakan yang sering di lakukan dan itu terus menerus adalah saat sebelum puasa tiba, biasanya mereka menumbuk tepung atau top tepong dalam jumlah yang banyak, karena selain untuk mempersiapkan untuk bahan dasar pembuatan takjil dan kue lainnya di bulan puasa dan hari raya, mereka juga mempersiapkan nya guna menghindari kelelahan yang berlebihan di bulan puasa, karena alat top tepung begitu tradisional, maka sama sekali tidak ada unsur teknologi di dalam nya semua nya murni menggunakan tenaga manusia.
Jadi sampai saat ini masih ada masyarakat aceh yang tinggal di perkampungan yang masih menggunakan jeungki sebagai alat top tepong atau menumbuk tepung, dan selalu dilakukan sebelum bulan puasa tiba, atau saat ingin menyambut bulan puasa tiba. Selain top tepong, disana juga terbangun silaturahmi karena semua berkumpul untuk menumbuk tepung.
Dan yang terakhir walaupun jeungki, atau alat top tepong sudah jarang di temukan di perkampungan apalagi perkotaan, dan bisa di katakan seperti barang langka, namun jeungki ini tidak akan menghilang begitu saja, karena jeungki pun saat ini sudah di pamerkan dan di letakkan di mesium seperti mesium aceh misalnya, agar generasi muda yang mungkin belum pernah mengetahui dan mengenal apa dan bagaimana jeungki maka mereka dapat melihat nya di masium.