Masa Depan Dayah Di Aceh (III:31)
Mengenai dayah, penulis berpendapat bahwa pesantren atau dayah memiliki peran penting dalam pengembangan peradaban di Asia Tenggara. Sebelum kemunculan perguruan tinggi, pesantren atau dayah telah menghasilkan ilmuan yang mampu mengukir sejarah peradaban di Nusantara. Disitu penulis berpendapat bahwa salah satu kunci keberhasilan dayah berhasil membangun jiwa manusia secara terus-menerus, mulai dari pengasahan intelektual hingga spiritual. (hal 899)
Dalam sejarah, reproduksi spirit ternyata banyak dihasilkan oleh para penuntut ilmu di dayah. Spirit ini ternyata menjelma menjadi patron kebudayaan masyarakat Aceh. Hal ini disebabkan, mereka yang menerima spirit ini mampu menjadi penyuluh masyarakat, baik dalam kehidupan sosial maupun keagamaan. Dapat dikatakan spirit itu menyinari Aceh selama beberapa abad lamanya, mulai dari era kerajaan islam hingga hari ini. Bahkan spirit yang muncul dari dayah dikatakan sebagai eleume endatu yang masih sangat kentara keasliannya. Walaupun kemudian spirit itu semakin lama semakin meredup, terutama ketika para warga dayah harus menghadapi penjajah dan sebagian dari mereka keluar dari dayah. Karena itu, jika tidak ada lagi dayah, dapat diperkirakan spirit ilme endatu akan lenyap di Aceh. Lebih jauh lagi, tidak bisa dibayangkan apa yang akan terjadi di Aceh, jika tidak ada dayah yang menjaga spirit ke-Aceh-an. (hal 906)
Dayah merupakan tradisi khas Aceh. Tanpa dayah, maka Aceh sama sekali tidak memiliki kekhasan. Maksudnya, jika dayah ikut larut dalam perkembangan dunia, maka dikhawatirkan dayah akan hilang jati dirinya. Namun dayah harus mampu memepertahankan diri sebagai salah satu lembaga tradisional dalam proses transformasi ilmu pengetahuan di Aceh. Lembaga ini tetap seperti "apa adanya", tetapi harus melakukan tranfer of knowledge dan juga transfer of wisdom. Hal ini disebabkan, dayah pernah menjadi sebagai lembaga ketahanan masyarakat Aceh dalam melakukan proses transfer ilmu pengetahuan. Hal ini masih bisa dilakukan sejauh masyarakat Aceh masih memandang bahwa ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan merupakan akar peradaban manusia. (hal 924)
Hal yang menggembirakan bahwa di daerah Matangkuli, beberapa dayah tradisional telah membuka sekolah tingkat SLTA dalam dayah yang sedang memasuki semester ke-3 sehingga Tgk muda tak perlu repot keluar dayah mencari pendidikan formal.
Alhamdulillah. Selain mendapatkan ilmu keagamaan, mereka juga dapat menuntut ilmu dunia hingga mendapat ijazah seperti halny anak-anak yang sekolah.
Semoga karamah "ileumee Endatu" tidak terbang dari nanggroe meutuah ini seperti yang mendera tanah Andalusia. Na'uzubillah.